Techverse.asia - Arysun, perusahaan rintisan climate tech atau teknologi iklim, baru-baru ini mendapat pendanaan awal sebesar Rp9,5 miliar atau sekitar US$575 ribu, yang dipimpin oleh dua perusahaan ventura yaitu First Move Fund dan Wavemaker Impact.
Pendiri Arysun Ng Aik-Phong mengungkapkan, pendanaan awal itu akan dialokasikan untuk memperluas akses energi surya yang terjangkau dan mudah dipakai bagi rumah tangga yang memiliki penghasilan menengah di seluruh wilayah Asia Tenggara.
"Kami percaya bahwa tenaga surya harus dapat diakses oleh semua orang. Kuncinya ialah menciptakan solusi yang hemat biaya dan tepat sasaran. Setiap elektron hijau harus dimanfaatkan secara optimal," ujar Ng Aik-Phong.
Baca Juga: Ada Kesenjangan Gender dalam Akses Modal Startup, AC Ventures Berpartisipasi dalam We Fund Climate
Dana tersebut juga akan memungkinkan Arysun guna memperluas tim perintisnya, mengakselerasi pemasangan sistem tenaga surya di Indonesia yang kekinian adalah pasar utamanya, hingga membangun kemitraan dengan lembaga pembiayaan, tim pemasangan solar, dan pemasok lokal.
"Kami dalam jangkan menengah akan menguji dan mengembangkan platform digital untuk mendorong adopsi tenaga surya," paparnya.
Arysun berupaya membangun solusi yang cerdas, terjangkau, dan scalable guna menghadirkan energi bersih bagi jutaan penduduk Asia Tenggara - dengan pendekatan yang masuk akal secara finansial bagi keluarga berpenghasilan menengah.
"Juga untuk membantu kami dalam mencapai target jangka panjang untuk mengurangi emisi karbon hingga 100 juta ton setiap tahunnya," ujar dia.
Baca Juga: AC Ventures Soroti Outlook Investasi Energi Surya di Asia
Kelas menengah yang saat ini tumbuh pesat di Asia Tenggara, baik dari segi demografi maupun ekonomi, diporyeksikan bakal menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia. Di Indonesia, jumlah rumah tangga kelas menengah diproyeksikan bakal tumbuh dari 32 juta menjadi 54 juta pada 2035.
Pergeseran demografi ini mendorong lonjakan keperluan energi, dengan permintaan listrik rumah tangga di seluruh wilayah Asia Tenggara diproyeksikan akan berlipat ganda dari level tahun 2027 pada 2040 yang akan datang.
Berdasarkan laporan 8th ASEAN Energy Outlook, porsi kapasitas terpasangnya tenaga surya di Asia Tenggara akan melonjak dari 7,7 persen (25 GW) pada 2022 menjadi sekitar 27 persen (200 GW) pada 2040 atau meningkat sebanyak delapan kali lipat.
Semakin mahalnya biaya energi, akan membuat masyarakat semakin sadar tentang perubahan iklim dan semakin terjangkau harga perangkat tenaga surya. Atas dasar hal itu, Arysun melihat peluang guna mendorong transisi menuju energi yang terbarukan.
Baca Juga: Xurya Kembali Pasang PLTS Di Pusat Perbelanjaan, Plaza Kenari Mas Jadi Mall Ketiga
"Kami mau mengatasi kesenjangan akses energi terbarukan bagi pemilik rumah kelas menengah dengan menyediakan rangkaian solusi tenaga surya yang harganya ramah di kantong," ujarnya.
Oleh karenanya, Arysun berkomitmen untuk membuat model penerapan teknologi yang sifatnya hyper-lokal, yang membuat adopsi tenaga surya menjadi lebih mudah, lebih terjangkau, dan lebih punya dampak rumah tangga kelas menengah.
"Dengan menjawab kebutuhan sehari-hari dan memberi manfaat yang berarti bagi setiap keluarga, kami bertujuan untuk mempercepat transisi Asia Tenggara menuju ke arah masa depan energi yang lebih cerdas dan bersih," imbuhnya.
Para pemakai awal paket standar tenaga surya Arysun di Tanah Air melaporkan penghematan tagihan listrik lebih dari 50 persen, yang menandai titik balik penting yang mana menurunnya harga teknologi surya yang kian cepat tak cuma masuk akal dari segi finansial, namun juga membangkitkan antusiasme dari segmen target pelanggan Arysun.
Baca Juga: Climate Tech Hijau Raih Pendanaan dari ClimeCapital, Lewat SEACEF II
Di Indonesia sendiri kekinian tarif listrik ada kisaran Rp1.600 per kWh dan biaya energi rumah tangga untuk pelanggan non-subsidi telah meningkat lima persen sejak pertengahan 2022. Bagi rumah tangga berpenghasilan menengah, biaya listrik bisa mencapai 10 persen dari pendapatan bulanan.
"Hal itu menjadi beban yang terus bertambah seiring dengan kemungkinan kenaikan tarif listrik di masa depan," katanya.