Simak Kebaikan Yoghurt untuk Kesehatan Mental

semangkuk yoghurt dengan buah dan granola (Sumber: unsplash)

Makanan dan minuman tertentu bisa memberikan efek terbaik mereka bagi kesehatan mental yang mengonsumsinya. Hal itu dibenarkan oleh para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Virginia. Sebuah tulisan ilmiah yang dipublikasikan di laman Brain, Behaviour and Immunity telah mengulas tentang ini.

Ilmuwan menemukan, bakteri umum yang ditemukan dalam makanan fermentasi dan yoghurt, yang disebut Lactobacillus, memainkan peran penting dalam mengelola stres, berpotensi membantu mencegah kondisi seperti depresi dan kecemasan.

Kemudian apa korelasi yoghurt dengan kesehatan mental?

Baca Juga: JALA Raih Pendanaan Rp202 Miliar, 3 Wilayah Ini Dibidik untuk Perluasan Bisnis

Para peneliti mengisolasi Lactobacillus dari beragam mikroorganisme yang ada di tubuh kita, yang secara kolektif dikenal sebagai mikrobiota.

Fokus yang berbeda pada bakteri tertentu ini, menandai kemajuan signifikan dalam upaya menguraikan peran masing-masing mikroba, dan menghadirkan jalan baru untuk mengembangkan pengobatan dan penyembuhan berbagai penyakit mental dan fisik.

Departemen Ilmu Saraf UVA, Pusat Imunologi Otak dan Glia (BIG Center), dan Inisiatif Mikrobioma TransUniversity, Alban Gaultier, menyatakan bahwa penemuan ia bersama tim menjelaskan bagaimana Lactobacillus yang hidup di usus mempengaruhi gangguan mood, dengan menyesuaikan sistem kekebalan tubuh.

"Penelitian kami dapat membuka jalan menuju penemuan terapi yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kecemasan dan depresi," ujar Gaultier, dilansir Sabtu (2/12/2023).

Ia menambahkan, usus manusia secara alami dihuni oleh banyak sekali bakteri, jamur, dan virus, yang secara kolektif membentuk mikrobiota.

Meskipun ada kekhawatiran awal mengenai banyaknya mikroorganisme di dalam tubuh kita, para ilmuwan menyadari peran penting mereka dalam kesehatan sistem kekebalan tubuh, kesejahteraan mental, dan kesehatan secara keseluruhan.

Gangguan pada mikrobiota karena penyakit, pola makan yang buruk, atau faktor lain telah dikaitkan dengan banyak penyakit. Sehingga para ilmuwan menyoroti pentingnya memahami dan mengatur penghuni mikroskopis ini.

Baca Juga: Ada Drama Petinggi di Internal OpenAI, Perilisan GPT Store Ditunda

Baca Juga: Cara Mengaktifkan Fitur Ramah Buta Warna di Aplikasi GoTo

Baca Juga: Huawei Mulai Bangun Jaringan Chip Mandiri yang Didanai Pemerintah China?

Upaya untuk memanipulasi flora usus menggunakan bakteri menguntungkan (probiotik), menunjukkan hasil yang beragam karena kompleksitas mikrobioma.

"Dengan perkiraan terdapat 39 triliun mikroorganisme dalam setiap individu, memahami peran spesifik dan interaksi di antara organisme-organisme ini masih merupakan tantangan besar bagi para peneliti," tulis laman itu.

Tim Gaultier kemudian menggunakan pendekatan inovatif untuk fokus pada Lactobacilli.

Penelitian sebelumnya dari tim ilmuwan, mengisyaratkan adanya potensi Lactobicilli untuk mengurangi depresi pada tikus percobaan, sehingga mendorong penyelidikan lebih lanjut.

"Kami menyadari dari penelitian kami sebelumnya, bahwa Lactobacillus bermanfaat dalam memperbaiki gangguan mood dan hilang setelah stres psikologis. Namun alasan yang mendasarinya masih belum jelas, terutama karena tantangan teknis yang terkait dengan mempelajari mikrobioma," kata Gaultier.

Hasilnya sangat menarik. Para peneliti mengidentifikasi bagaimana Lactobacilli, khususnya dalam keluarga Lactobacillacea, mengatur mediator imun interferon gamma, yang penting dalam regulasi respons stres dan pencegahan depresi.

Baca Juga: Hidupmu Terasa Berat dan Penat? Kunjungi Wisata Religi Sejenak, Hati Tenang Batin Lapang

Berbekal pengetahuan ini, para ilmuwan kini diposisikan untuk mengembangkan cara-cara baru untuk mengelola depresi dan kondisi terkait, di mana Lactobacillus memainkan peran penting.

Prospek suplemen probiotik, yang diformulasikan khusus untuk mengoptimalkan kadar Lactobacillus pada pasien dengan atau berisiko depresi, memberikan harapan untuk pengobatan di masa depan.

Anggota tim peneliti, Andrea R. Merchak, menyebut dengan hasil ini, mereka memiliki alat baru untuk mengoptimalkan pengembangan probiotik, yang akan mempercepat penemuan terapi baru.

"Yang paling penting, kita sekarang dapat mengeksplorasi bagaimana menjaga tingkat Lactobacillus dan/atau interferon gamma yang sehat dapat diselidiki, untuk mencegah dan mengobati kecemasan dan depresi," pungkasnya.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI