Techverse.asia - Sirsak adalah perusahaan rintisan (startup) yang menggeluti bidang pengolahan sampah kemasan bisnis ke bisnis (B2B) resmi mengumumkan pendanaan pra-awal yang merek dapatkan sebesar Rp9,7 miliar atau setara dengan US$600 ribu.
Baca Juga: Dash Electric Hadirkan EV Van, Layanan Distribusi untuk Korporasi Skala Menengah
Pendanaan ini dipimpin oleh Openspace Ventures, dengan partisipasi dari The Radical Fund. Menurut Chief Executive Officer (CEO) Sirsak Angeline Callista, suntikan dana ini akan dialokasikan untuk memperluas teknologi unggulan, mengakselerasi pengumpulan dan daur ulang limbah kemasan di seluruh Indonesia, hingga program pemulihan kemasan (PRP).
"Pendanaan pra-awal ini akan mendukung kami dalam mengembangkan sistem ketertelusuran yang ditingkatkan, penelitian dan pengembangan untuk kemasan bernilai rendah, serta perluasan jaringan mitra daur ulangnya," ujarnya.
Sirsak juga berencana untuk mencapai empat ribu ton pemulihan limbah dan bisa dikembangkan menjadi seribu titik pengumpulan limbah dalam beberapa bulan yang akan datang.
Baca Juga: Jakarta Venture dan Asiapay Capital Beri Suntikan Modal Pre-seed ke Lokatani
Angeline mengungkapkan bahwa krisis sampah kemasan di dalam negeri memerluka solusi yang inovatif yang melengkapi, alih-alih mengganggu, dan nilai rantai yang ada.
Berangkat dari hal ini, platform pengelolaan sampah Sirsak membantu memformalkan ekosistem sampah dengan memberi insentif finansial dan non-finansial kepada berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemalung, sekaligus membantu merek dalam memenuhi mandat tanggung jawab produsen yang diperluas (EPR) dengan dokumentasi yang transparan dan bisa diaudit.
Sirsak didirikan pada 2023 lalu yang berupaya menjawab tantangan penting kebutuhan EPR dalam ekosistem pengelolaan sampah di Tanah Air yang sampai saat ini masih terfragmentasi.
Terlebih sekarang ini semakin banyak sampah yang mencemari laut dan alam, dan sebagian besar sampah tersebut keduanya berasal dari kemasan. "Maka, kami mendirikan Sirsak untuk mengembangkan solusi yang terukur untuk sampah kemasan, terutama yang bernilai rendah, guna memastikan sampah tersebut tidak terbuang sia-sia," katanya.
Baca Juga: Jangjo Sediakan Mesin Pengolahan Sampah Pintar, Warga Jakarta Bisa Mengaksesnya
Lebih lanjut dia menerangkan, tercatat di Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah setiap tahunnya, dengan catatan 30 sampai 40 persen di antaranya ialah sampah kemasan. Walaupun jumlah perusahaan rintisan yang fokus pada pengelolaan sampah terus bertambah, namun Sirsak menawarkan pendekatan yang berbeda dan unik.
"Kami memanfaatkan sumber daya manusia Indonesia yang jumlahnya sangat banyak. Bekerja sama dengan para pengumpul sampah tradisional alih-alih bersaing dengan mereka," katanya.
Mereka bertujuan untuk mendistribusikan jaminan sosial kepada 50 ribu pekerja di sektor persampahan dan memberi penghasilan tambahan kepada agregator maupun pendaur ulang dengan memberikan nilai tambah lewat sampah yang sebelumnya dipandang tak memiliki nilai ekonomi.
Baca Juga: Startup Pengelolaan Sampah Waste4Change Dapat Pendanaan Senilai US$ 5 juta: Dipakai Perluas Jaringan
"Kami juga memberi insentif buat mereka untuk melakukan digitalsasi, sehingga menciptakan model ekonomi sirkular lebih adil dan berkelanjutan," ujar dia.
Menurut Managing Partner di The Radical Fund Alina Truhina, Sirsak punya posisi yang unik dalam menjembatani kesenjangan antara merek barang konsumsi cepat saji (FMCG) dan sektor persampahan informal di Indonesia.
"Pendekatan lokal mereka mampu menangani kepatuhan peraturan dan inklusi sosial ekonomi, membuat mereka jadi pendorong utama bagi transisi Indonesia menuju praktik ekonomi sirkular," ujarnya.
Baca Juga: Antler Investasi Pre-Seed untuk 37 Startup
Pihaknya mencatat potensi dampak komersial dan iklim dari usaha tersebut. Modal Sirsak menunjukkan bagaimana teknologi sanggup memformalkan pengelolaan sampah dalam skala yang masif, menghasilkan keuntungan komersial dan membuat dampak sosial yang berarti.
Dengan menargetkan pengalihan 100 ribu ton sampah kemasan dalam jangka waktu lima tahun ke depan, Sirsak secara langsung mengatasi krisis sampah Indonesia sekaligus mengurangi emisi karbon dioksida (CO2).