Bukan Hanya Kelola Sampah, Rekosistem Ubah Hidup Pekerja Sampah

Uli Febriarni
Selasa 11 Juni 2024, 10:38 WIB
Rekosistem turut membantu para pekerja sampah meningkatkan taraf hidup mereka (Sumber: Rekosistem)

Rekosistem turut membantu para pekerja sampah meningkatkan taraf hidup mereka (Sumber: Rekosistem)

Indonesia menjadi negara dengan populasi terbesar keempat di dunia sekaligus pencemar plastik terbesar kedua setelah China. Negara kepulauan ini sudah lama bergulat dengan masalah pengelolaan sampah.

Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia ternyata turut memperburuk masalah ini. Sebagian besar tempat pembuangan sampah sudah mencapai kapasitas maksimal, yang mana hal ini menjadi masalah serius bagi penduduk setempat.

Padahal, tempat pembuangan sampah yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan banyak risiko kesehatan dan sanitasi, hingga menyebabkan bencana, misalnya kebakaran tempat pembuangan sampah.

Sistem pengelolaan sampah formal di Indonesia saat ini masih mengikuti siklus 'ambil-buat-buang' dari ekonomi linear. Masalah sampah bukan hanya berkutat pada masalah pembuangan, tetapi juga mencakup seluruh siklus hidup material.

Begitu kompleksnya masalah sampah kemudian mendorong Rekosistem hadir. Startup lokal ini berusaha mengintegrasikan proses daur ulang dan penyortiran, ke dalam rantai pengelolaan sampah formal, untuk mendorong ekonomi sirkular.

Baca Juga: Spesifikasi dan Harga Ponsel Entry Level Itel S24, Punya 3 Mode Pemotretan

Ernst dan Joshua (sumber: Rekosistem)

Teman Kampus Jadi Teman Bisnis, Kenapa Tidak?!

Sebelum mendirikan Rekosistem, pendirinya adalah teman satu kampus, yang kemudian bekerja di dunia korporat.

Ernest Layman kini menjadi CEO dan Co Founder, sementara itu Joshua Valentino duduk di kursi COO yang juga selaku Co Founder Rekosistem.

Ernest mengungkap, Joshua adalah orang yang sangat peduli isu sosial dan etis, sedangkan ia lebih peduli lingkungan.

"Dari situ kami bekerja sama—Joshua menjadi sopir truk, dan saya menjadi investor," canda Ernest, mengenang awal Rekosistem dibentuk, dikutip Selasa (11/6/2024).

Ernest menjelaskan, Indonesia sangat bergantung pada sektor informal untuk daur ulang sampah—pemulung, gerobak sampah, pengepul sampah. Sektor-sektor ini merupakan tulang punggung dalam menerapkan ekonomi sirkular.

Untuk selanjutnya, Rekosistem berperan untuk menyentralisasi proses ini.

"Kami mengumpulkan sampah ke hub-hub pusat, dimana pemulung bisa menyortir dan memilah sampah untuk di daur ulang secara efisien. Cara ini meringankan biaya perjalanan dan meningkatkan produktivitas," kata Ernest.

Baca Juga: Komitmen Dimulai, Seluruh Perangkat Terbaru OPPO Bakal Bertenaga AI Generatif

Perjalanan bisnis mereka dimulai pada 2018, bersama-sama, Ernest dan Joshua mulai mempelajari pengelolaan sampah dengan modal awal, seperti truk bekas, sebidang tanah, dan beberapa klien B2B.

Ernest tahu betul mereka tidak punya jaringan, modal, atau pengalaman untuk memulai secara besar-besaran. Satu yang mereka yakini, mereka bisa menciptakan nilai.

Bisnis Ini Mengubah Wajah Pekerja Sampah

Alih-alih membangun tim pengolah sampah baru dari nol, Rekosistem bermitra dengan pihak-pihak yang sudah lebih dahulu bekerja di proses pengelolaan sampah, yaitu para pengangkut sampah, pengepul, dan pemulung.

"Kami fokus meningkatkan keahlian mereka, dan kami menyediakan alat mekanisasi serta sistem insentif yang terstandarisasi,” jelas Ernest.

Rekompos, salah satu produk yang ditawarkan Rekosistem (sumber: Rekosistem)

Software Rekosistem menghubungkan pemerintah kota dengan pengangkut sampah dan fasilitas daur ulang milik Rekosistem. Reko Station dan Reko Hub, memastikan sampah bisa dilacak, disortir, dan disuplai ke pengolah daur ulang.

Terlebih lagi, hub Rekosistem berfokus pada ergonomi dan efisiensi dengan memfasilitasi pekerja dengan alat penyortiran; seperti conveyor belt yang terhubung dengan mesin pres dan penyaring, untuk mengurangi biaya logistik.

Dengan mesin penimbang, Reko dapat memberi insentif kepada para pekerja, berdasarkan banyak dan berat sampah yang dikelola. Proses ini mendorong alur kerja yang efektif melalui mekanisasi.

Baca Juga: Bocoran Samsung Galaxy Watch FE Kembali Bergulir, Rilis Bulan Ini?

Ia mengungkap, salah satu dampak yang paling mengharukan dari kerja Rekosistem yaitu adanya transformasi pada kehidupan para pekerja sampah.

"Sebelumnya, pekerjaan ini dipandang tidak stabil dan berisiko, dengan upah minimum. Kami mengubahnya menjadi lebih aman dan lebih dihargai, serta meningkatkan pendapatan mereka sebesar 220 persen," terangnya.

"Sekarang, pekerja kami dapat memiliki kondisi keuangan yang lebih stabil dan kualitas hidup yang lebih baik," imbuh Ernest.

Baca Juga: Hal-hal yang Diharapkan Rilis dalam Gelaran Apple WWDC 2024

Baca Juga: Palo Alto Netwroks Resmi Investasi Cloud Baru di Indonesia

Pada 2023, Rekosistem berhasil mendapatkan investasi sebesar US$5 juta dari East Ventures dan investor lainnya.

Hal itu mengingatkan Ernest pada masa perjuangan Rekosistem di masa lalu, yang begitu sulit meyakinkan investor. Meski demikian, Ernest mengakui, perjuangan ini juga sering dialami oleh banyak founder startup teknologi iklim (climate tech).

Ernest percaya, menghadapi rintangan yang sulit di awal akan menjadikan sebuah startup lebih baik dan lebih siap untuk menghadapi tantangan masa depan.

"Melewati hal tersebut membuat kami tangguh," tutur Ernest.

Reality check membuat tim di Rekosistem lebih cepat dewasa. Sehingga ia kemudian mengajak para founder startup lain untuk tetap realistis dengan produk; mengenai apa yang bisa dieksekusi dan apa yang dibutuhkan di setiap tahap, terutama untuk social entrepreneur yang memiliki niat baik dan tekad kuat.

Solusi ideal memang penting, tetapi untuk mencapainya tetap perlu pendekatan bertahap yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini. Kita harus fokus pada apa yang dibutuhkan sekarang untuk mencapai keadaan ideal.

"Dampak membutuhkan pengukuran—solusi harus bisa diukur dan menguntungkan banyak orang, agar bisa benar-benar berdampak," tegas dia.

Selain itu, para founder startup climate tech harus memprioritaskan hal-hal terpenting untuk bisa berkembang lebih pesat, meskipun dengan investasi minim.

Tim di Rekosistem (sumber: Rekosistem)

Ernest juga menyemangati para startup founder di bidang ekonomi sirkular dan pengelolaan sampah di Indonesia, agar jangan takut bersaing.

"Pasar ini cukup besar untuk banyak pemain, dan, apabila ada lebih banyak pemain di sektor seperti pengumpulan, pengolahan, dan penyortiran sampah, hal ini menunjukkan bahwa langkah Anda sudah benar," lanjut dia.

Pemain yang berbeda membawa hipotesis dan pendekatan yang berbeda, yang menunjukkan bahwa ada potensi besar di sektor ini. Jadi, jangan berkecil hati—gunakan hal tersebut sebagai motivasi untuk menjadi yang terbaik, dan ketahuilah bahwa kita telah memilih sektor dan area yang tepat dalam pengelolaan sampah.

Ke depannya, Rekosistem terus mengembangkan teknologi untuk menyederhanakan proses pengelolaan sampah. Dengan tetap fokus pada aspek teknologi dan sosial dari pengelolaan sampah, Rekosistem tidak hanya mengelola tetapi juga mengubah sampah menjadi sumber daya untuk masa depan yang berkelanjutan.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno18 Desember 2025, 20:23 WIB

Roblox Replay 2025: Laporan Tentang Tren Pencarian dan Gaya dalam Pengalaman Digital

Tahun ini pengguna di seluruh dunia menghabiskan 88,7 miliar jam di platform tersebut.
2025 Roblox Replay. (Sumber: Roblox)
Lifestyle18 Desember 2025, 19:23 WIB

Carhartt WIP x Salomon X-ALP: Alas Kaki Khusus untuk Hiking

Sepatu tersedia dalam satu warna saja dan sudah meluncur global.
Carhartt Work In Progress (WIP) x Salomon perkenalkan sepatu kolaborasinya, X-ALP. (Sumber: Carhartt WIP)
Hobby18 Desember 2025, 17:54 WIB

Disclosure Day: Film Baru Steven Spielberg, Tayang 12 Juni 2026

Cuplikan pertama film baru misterius karya sutradara legendaris ini.
Poster film Disclosure Day. (Sumber: null)
Techno18 Desember 2025, 17:20 WIB

Warner Bros Discovery Tolak Tawaran Pembelian dari Paramount, Ada Apa?

Dewan direksi WBD tetap berkomitmen pada kesepakatan dengan Netflix.
Warner Bros Discovery diantara penawaran pembelian Netflix atau Paramount. (Sumber: istimewa)
Techno18 Desember 2025, 16:33 WIB

Komdigi Ingin Terapkan Kartu SIM Ponsel Berbasis Biometrik Pengenalan Wajah

Kebijakan akan mulai berlaku pada 1 Januari 2026.
Ilustrasi kartu sim untuk ponsel. (Sumber: istimewa)
Lifestyle18 Desember 2025, 15:04 WIB

Crunchyroll Arc 2025 Kembali Hadir, Ada 7 Persona Bagi Perjalanan Setiap Penggemar

Arc 2025 kembali diadakan untuk merayakan fandom, ikatan erat, dan kebangkitan anime di seluruh dunia.
Crunchyroll Arc 2025.
Startup18 Desember 2025, 13:58 WIB

Superbank Melantai di Bursa Efek Indonesia, Kumpulkan Dana Rp2,79 Triliun

Dana tersebut akan dialokasikan buat ekspansi bisnis dan penguatan kapabilitas perusahaan.
Superbank melantai Bursa Efek Indonesia (BEI). (Sumber: Superbank)
Techno18 Desember 2025, 13:24 WIB

Sharp Aquos R10 dan Sense 10 Resmi Dipasarkan di Indonesia, Segini Harganya

Sharp Perluas Lini Smartphone Premium Lewat AQUOS Sense 10 dan AQUOS R10.
Sharp memperkenalkan smartphone Aquos R10 dan Sense 10. (Sumber: Sharp Indonesia)
Travel18 Desember 2025, 11:52 WIB

Patung Lilin Jung Hae In Resmi Hadir di Madame Tussauds Hong Kong

Kalau kamu lagi berkunjung ke sini, enggak ada salahnya untuk mampir melihat aktor K-pop idolamu.
Aktor Jung Hae In (kiri) berfoto dengan figur patung lilin yang menyerupai dirinya di Madame Tussauds Hong Kong.
Techno17 Desember 2025, 19:17 WIB

Razer Meluncurkan Raiju V3 Pro: Kontroler E-sports Elit untuk PlayStation 5

Begini spesifikasi lengkap dan harganya.
Raizer Raiju V3 Pro. (Sumber: Raizer)