Surat Edaran Pedoman AI Kominfo Tidak Ada Dampak Hukum, Nezar: Bisa Jadi Rujukan Awal

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria (ketiga dari kiri) saat hadir di seminar Fakultas Filsafat UGM, Rabu (27/12/2023). . (Sumber: Dok. UGM)

Techverse.asia - Wakil Menteri (Wamen) Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nezar Patria mendukung kegiatan riset serta kegiatan tentang etika penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pada sektor industri dan pendidikan.

Hal ini sejalan dengan kebijakan Kominfo yang baru-baru ini telah meluncurkan pedoman etika pemanfaatan AI untuk sektor publik supaya penggunaan kecerdasan buatan aman dan produktif.

"Kami sangat mendukung kegiatan yang akan dilakukan oleh kampus terkait (dengan) riset terkini perkembangan AI (secara) aman dan produktif," ujarnya saat hadir di seminar Perkembangan Terkini Kecerdasan Buatan: AI Generatif Pertimbangan Etis dan Eksplorasi Pengalaman Global yang diadakan di Fakultas Filsafat UGM pada Rabu (27/12/2023) kemarin.

Baca Juga: 3 Lembaga Ini Bersatu untuk Mengatasi Masalah Startup Baru

Ia menyambut baik inisiatif yang dilakukan oleh Fakultas Filsafat UGM yang mendorong pengembangan etika pemakaian kecerdasan buatan yang kekinian tengah marak di kalangan generasi muda khususnya di seluruh dunia.

"Setiap hari selalu ada perkembangan walau AI bukan barang baru. Bagaimana teknologi ini bisa berpikir dan perkembangan sedemikian rupa sehingga kita perlu mempertimbangkan dari aspek etiknya. Untuk Fakultas Filsafat berbicara (mengenai) perkembangan teknologi yang kaitannya dengan kemanusiaan ini cukup relevan," terangnya.

Dikatakannya, kajian yang telah dilakukan oleh Fakultas Filsafat UGM bersama UNESCO tentang etika AI itu sejalan dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang telah membuat surat edaran pedoman AI meski surat edaran tersebut tidak memberikan dampak hukum bagi yang menyalahgunakan kecerdasan buatan.

"Setidaknya dapat menjadi rujukan awal dalam pengembangan serta penyusunan regulasi ke depan supaya pelaku bisa lebih sadar (aware) ke depannya," katanya.

Baca Juga: Abadikan Momen Tahun Baru dengan Realme C67, Ponsel Terlaris di Segmennya

Dalam acara yang sama, Dekan Fakultas Filsafat UGM Siti Murtiningsih menyatakan bahwa fakultas tempat ia mengajar memiliki perhatian serius terhadap perkembangan kecerdasan buatan yang akhir-akhir ini sulit diprediksikan kemajuan yang telah dihasilkannya.

"Perkembangan kecerdasan buatan (AI) sekarang ini semakin tidak bisa diprediksi dan Fakultas Filsafat turut serta bahu membahu agar pemanfataannya bisa berjalan seiring dengan kerja manusia dan teknologi ini tidak menggantikan peran manusia, tapi menjadi perpanjangan tangan buat membantu kita," ujar dia.

Seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Filsafat UGM ini bekerja sama dengan Kementerian Kominfo dan Tandex Internasional menghadirkan pembicara (speaker) diantaranya ialah Vice President Strategy Yandex, Alexander Popovskiy serta Ketua Masyarakat AI Indonesia, Lukas.

Baca Juga: Stasiun SATRIA-1 dan BTS 4G Resmi Diintegrasikan Operasionalnya

Popovskiy memaparkan bahwa pihaknya saat ini sedang menjalin kerja sama dengan pemerintah, industri, hingga perguruan tinggi di Tanah Air dalam memberikan pengetahuan dan berbagi pengalaman dalam pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan.

"Tujuan kami tidak hanya menciptakan forum untuk berbagi pengalaman yang relevan, tetapi juga memberikan nilai lebih pada topik AI dan perannya dalam menciptakan lingkungan teknologi yang lebih aman. Kami yakin bahwa Yandex akan punya kontribusi terhadap komunitas digital serta teknologi di Indonesia dan pembangunan secara keseluruhan," katanya.

Sementara itu, Ketua Masyarakat AI Indonesia Lukas menambahkan, teknologi kecerdasan buatan dalam komunitasnya sendiri tidak hanya sebagai pengguna, namun juga diarahkan untuk mampu menguasai keterampilan teknologi AI.

"Kami memang mau tidak mau menerima hal baru dengan kesadaran tapi bukan hanya sekadar konsumtif. Di komunitas kami, membangun semangat menguasai teknologi AI bekerja sama dengan pemerintah serta kalangan pengusaha. Kami ingin mengantar Indonesia emas pada 2045 bisa menjadi negara maju tidak hanya pintar dalam memakai teknologi saja, tapi juga menguasai dan menggunakannya dengan baik dan bijak," katanya.

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Bisa Gantikan Pekerjaan Manusia, CfDS UGM: Perlu Adaptasi dalam Hukum

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI