Techverse.asia - Paywatch, startup penyedia solusi Earned Wage Access (EWA), pada hari ini resmi mengumumkan pembukaan kantor keduanya di Provinsi Bali, yang menandai ekspansi pertama perusahaan dengan lebih dari satu kantor di dalam satu negara.
Langkah tersebut menegaskan komitmen Paywatch dalam mendukung perekonomian di Tanah Air yang bertumpu pada pariwisata, serta selaras dengan tujuan nasional dalam mendorong inklusi keuangan dan pertumbuhan berkelanjutan.
Indonesia sendiri terus menjadi pasar dengan pertumbuhan pesat bagi Paywatch, dengan jumlah pengguna terdaftar meningkat hampir lima kali lipat dalam waktu kurang dari satu tahun.
Baca Juga: Grab Tepis Rumor Merger dengan Gojek: Informasinya Tak Dapat Diverifikasi
Perusahaan juga mencapai breakeven di Indonesia pada akhir tahun 2024, mencerminkan tingginya permintaan pasar serta dampak dari produk yang ditawarkan.
Head of Business Development of Paywatch Indonesia Aldy Harjoto menyampaikan bahwa ekspansi ini mencerminkan peningkatan investasi kami di Indonesia, khususnya di Bali, di mana industri perhotelan memegang peran penting dalam perekonomian lokal.
"Layanan EWA kami membantu mengurangi stres finansial, meningkatkan retensi karyawan, dan berkontribusi pada stabilitas jangka panjang sektor pariwisata di Bali," ujarnya, Senin (19/5/2025).
Baca Juga: Laporan Glints dan MHV: Gaji Startup di Posisi Junior AI Bisa Dibayar Mahal
Menurut Aldy, industri perhotelan di Indonesia merupakan penyumbang signifikan bagi perekonomian, dengan ukuran pasar yang diproyeksikan mencapai US$2,06 miliar pada 2025, dan diperkirakan tumbuh menjadi US$3,65 miliar pada 2030.
Industri ini didorong oleh sektor pariwisata, yang memberikan pemasukan devisa dan investasi yang substansial. Dengan menyediakan akses langsung terhadap gaji yang telah diperoleh, Paywatch membantu karyawan mengelola pengeluaran sehari-hari dan menghindari pinjaman dengan bunga tinggi.
Berdasarkan studi terbaru yang didukung oleh UN ILO dan dilakukan oleh 60 Decibels, 57 persen pengguna layanan EWA melaporkan penurunan stres finansial, 51 persen merasa memiliki kontrol lebih besar atas keuangan mereka, dan 49 persen tidak lagi bergantung pada pinjaman gaji atau kasbon.
Paywatch adalah penyedia layanan EWA asal Malaysia yang berkomitmen terhadap kesejahteraan finansial yang holistik.
Baca Juga: Survei: Ini Penyebab Turunnya Gaji Pegawai Startup di Indonesia
Startup yang termasuk teknologi finansial ini juga bermitra dengan perusahaan terkemuka dan bank papan atas di seluruh Asia Tenggara, memungkinkan karyawan membangun masa depan finansial yang lebih cerah melalui akses keuangan yang aman dan fleksibel.
Misi Paywatch adalah memberdayakan orang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Layanan mereka sudah digunakan oleh berbagai perusahaan terkemuka di Malaysia, Korea Selatan, Filipina, dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri, Paywatch telah menjalin kemitraan dengan korporasi seperti PT Wilmar, KB Bukopin, Kredit Plus, perkebunan gula PSMI dan GMP, Accentuates, Daenong Global dan lainnya.
Di samping itu, pada tahun lalu Paywatch telah mendapat pendanaan seri A sebesar US$30 juta. Perusahaan ini menerima lebih dari US$14 juta dalam investasi ekuitas Seri A, yang dipimpin oleh Third Prime dan konsorsium investor dari Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Hasil Kajian Hacklab Jogja Tech Salary Guide 2022: Gaji Paling Tinggi Rp16 Juta
Konsorsium tersebut termasuk Universitas Vanderbilt dan Yayasan Universitas Illinois, dengan partisipasi dari investor baru Octagon Venture Partners dan Wooshin Venture Investment Corp.
Paywatch juga memperoleh fasilitas kredit senilai $16 juta dari bank global, termasuk Citi dan bank-bank besar lainnya, untuk mendanai perluasan produknya.
Itu adalah putaran pendanaan terbesar yang ditutup oleh pemain EWA di Asia Tenggara. Untuk mempertahankan momentumnya, sebagian besar pendanaan seri A Paywatch digunakan untuk lebih meningkatkan penawaran keuangan tertanam perusahaan bersama dengan upaya inovasi perusahaan lainnya.