Techverse.asia - Setiap orang memiliki risiko terkena saraf terjepit, baik bagi orang yang gaya hidupnya aktif maupun orang yang mager yang kebiasaannya lebih sering menjelajahi media sosial. Hal ini karena saraf terjepit tak memandang usia, mulai dari ibu rumah tangga sampai atlet pun dapat mengalami saraf terjepit.
Walau ada orang yang punya risiko terkena saraf terjepit lebih tinggi, namun apa sebenarnya yang terjadi saat saraf kita terjepit? Secara harfiah, ini adalah saraf yang terjepit di antara ruas-ruas tulang belakang.
"Saraf terjepit tak akan terjadi kalau enggak ada perubahan struktur tulang. Artinya, harus terjadi penyempitan dahulu di ruas tulang belakang," ungkap dr. Irca Achyar Sp.N di DRI Clinic.
Baca Juga: New Era x Major League Soccer: Produksi Apparel dan Penutup Kepala untuk Semua Klubnya
Irca menjelaskan, pada umumya terdapat dua penyebab saraf terjepit. Pertama, pernah terjadi trauma atau benturan, misalnya akibat jatuh atau terpeleset dalam posisi terduduk atau akibat aktivitas olahraga high impact seperti basket atau sepak bola.
"Memang terjadi perubahan struktur tulang, misal jika mengangkat beban berat tapi sebenarnya otot tidak siap atau kita salah posisi," ujarnya.
Kedua, proses yang lama. Saat masih anak-anak, tak sedikit dari kita yang jatuh dari pohon atau tangga. Orang tua biasanya menyepelekan hal ini, sehingga kala muncul rasa sakit, mereka akan akan menilai bahwa sakitnya akibat terjatuh, lalu mengesampingkan gejala lain.
"Saat dewasa dan melakukan olahraga angkat beban, otot pinggang kita bisa tiba-tiba terasa tertarik sampai ke bokong. Ketika pemeriksaan X-Ray akan diketahui bahwa kondisi itu enggak terjadi dalam satu malam," katanya.
Baca Juga: Artland Karya Seniman Korea Selatan Do Ho Suh Dipamerkan di ArtScience Museum
Itu artinya pergeseran tulang belakang telah terjadi beberapa tahun lalu lantaran akibat jatuh sewaktu kecil, namun gejalanya baru terpicu saat mengangkat beban berat, seperti saat mengangkat galon atau nge-gym.
Lantas, benarkah duduk lama di depan komputer dapat menyebabkan saraf terjepit? katanya, aktivitas itu tergolong sebagai suatu kebiasaan atau habit. Misal, bermain gawai sambil tidur dengan posisi tengkurap mirip, atau posisi duduk lama dengan postur tubuh membungkuk.
"Duduk membungkuk dengan durasi yang lama sebenarnya punya risiko kecil terhadap terjadinya saraf terjepit. Postur salah cuma dilakukan sesekali akan menyebabkan perubahan otot, bukan saraf terjepit," ujarnya.
Baca Juga: FK Universitas Indonesia Luncurkan Alat Fiksasi yang Bantu Pasien Patah Tulang Panggul
Selain itu, terdapat faktor lain yang mesti diperhatikan, yakni struktur tulang belakang yang memang secara genetik tak bagus, skoliosis. Hal tersebut, menurut dia, jadi faktor yang kerap diabaikan, sebab orang enggak mencari tahu riwayat keluarga tentang skoliosis, apabila tidak merasakan gejala berarti.
Spektrum saraf terjepit cukup luas, mulai dari pegal, kesemutan, nyeri, hingga sensasi tersetrum serta mati rasa. Hanya saja, gejala ini dirasakan pada bagian tubuh yang digerakkan oleh saraf pada tulang belakang. Misal, nyeri di pinggang saja, atau dari pinggang menyebar ke paha sampai ke ujung kaki.
Lalu bagaimana cara membedakan pegal akibat lelah dan pegal gegara saraf terjepit. Ia menerangkan bahwa pegal pada umumnya akan hilang ketika dipijat atau istirahat sebentar, sedangkan pegal akibat saraf terjepit cenderung konsisten.
Baca Juga: Laporan Kebugaran Garmin 2023: Tenis dan Jalan Kaki Semakin Digemari
"Meskipun hilang sesaat, dia akan muncul kembali di area yang sama, begitu terus menerus. Saat pegalnya secara konsisten dirasakan di pinggang, misalnya, sebaiknya lakukan pemeriksaan penunjang guna memastikannya," katanya.
Rasa pegal ini sering kali diabaikan, karena dianggap gejala ringan. Banyak pasien mengira pegal itu akan hilang sendiri. Inilah kenapa gejala pegal sering kali misleading. Karena dikira pegal biasa, seseorang jadi tidak datang ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.