Techverse.asia - Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo resmi meluncurkan motif batik baru yang disebut Segoro Amarto pada minggu lalu. Peluncuran tersebut jadi simbol semangat pelestarian sekaligus inovasi batik yang telah melekat sebagai identitas Kota Batik Dunia.
Baca Juga: 4 Film Pendek Terpilih dari Program Jogja Film Pitch Fund 2024
"Kami bersyukur dapat menghadirkan batik karya kami sendiri, yaitu motif Segoro Amarto. Berkat kreativitas dari para seniman pembatik dan perancang. Batik ini menjadi bagian karya bagi Kota Yogyakarta dan menjadi budaya tak benda (intangible) dalam bentuk desain batik yang kekinian," ujar politisi PDIP itu.
Mantan Bupati Kulon Progo dua periode itu menjelaskan bahwa motif baru batik Segoro Amarto adalah transformasi dari mana motif batik lama dengan penyegaran desain, tapi tanpa meninggalkan makna filosofis aslinya.
Dalam motif batik tersebut tercermin corak Peksi Bulu 10 sebagai tanda zaman yang dibuat pada era Sri Sultan Hamengkubuwono X (HB X) yang artinya terus berkembang dan maju. Lalu, motif Cepek Papat atau sedulur papat menjadi pelindung manusia dalam kandungan sampai akhir.
Baca Juga: Batik Karya Shizka Prive Berpadu dengan Honda Civic Estillo EG 6 di Osaka Auto Messe 2025
Motif asem jawa yang bermakna sinom dan sengsem yaitu semangat muda dan senantiasa menyenangkan, motif canting sebagai Kota Batik Dunia, dan motif ceplok belah papat menjadi lambang air sebagai sumber kehidupan serta representasi atas Segoro Amarto.
Tak berhenti di situ, dalam batik Segoro Amarto juga terdapat motif tuntrum lima yang artinya lima butir Pancasila, motif pelita sebagai harapan penerang dalam kehidupan, motif sawo kecik 'sarwo kecik' senantiasa diberikan kebaikan, motif Tugu Pal Putih sebagai manunggaling kawulo gusti serta motif buku dan pena sebagai Kota Yogyakarta yang merupakan Kota Pelajar dan Pendidikan.
Desain Segoro Amarto adalah karya Aruman dari pemenang lomba perancang motif batik. Ini selanjutnya dipoles oleh para kurator demi mempertahankan nilai estetika dan filosofi batik klasik yang khas Kota Budaya.
Hasto menandaskan bahwa batik harus menjadi elemen produktif yang dapat mendorong ekonomi masyarakat. Dengan total hampir enam ribu pegawai di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Yogyakarta, ke depannya Segoro Amarto akan dikenakan setidaknya satu kali dalam seminggu.
Baca Juga: Terinspirasi Akan Kekayaan Budaya Indonesia, Ini 7 Motif dan Filosofi pada Vespa Batik
"Tidak hanya dipakai oleh perangkat OPD saja, tapi juga akan dipakai oleh siswa mulai dari tingkat SD sampai SMA yang merupakan sebuah kewajiban. Produksi batik Segoro Amarto diharapkan bisa memberi dampak ekonomi nyata bagi pengrajin batik di Kota Yogyakarta," paparnya.
Ia mengatakan, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) pada batik itu juga sudah ada, begitu pula dengan capnya. Pemerintah Kota Yogyakarta pun akan segera membentuk kelompoknya. Koperasi Merah Putih bisa langsung berkarya dalam bentuk koperasi yang sifatnya bukan untuk sektor jasa, namun produksi yang nyata.
"Hal itu untuk mengurangi jumlah koperasi yang cuma melayani simpan pinjam," katanya.
Baca Juga: Kain Indonesia Bukan Hanya Batik, Berikut Ini Tak Kalah Cantiknya
Adapun pemenang lomba perancang motif baru batik Segoro Amarto, Aruman menyebut, desain batik ini dalam penyelesaiannya dibantu oleh para kurator. Namun, unsur yang digali dalam batik yang dibuat tidak terlepas dari simbol Segoro Amarto yang berarti Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyokarto.
"Saya menggabungkan gambar Tugu Pal Putih, buku, pulpen, pelso bulu 10, truntum, dan canting sebagai Kota Batik Dunia, serta segoro amarto atau gunungan. Selain itu, ada unsur yang lain ditambahkan oleh para kurator seperti asam jawa dan sawo kecik. Semua unsur tersebut tetap mempertahankan motif batik yang lama dan bentuk penyegaran," ungkap Aruman.