Techverse.asia - Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menginisiasi program kompetensi pendanaan film yang mengusung tajuk 'Jogja Film Pitch and Fund' atau peluncuran film pendek hasil fasilitasi Dana Keistimewaan 2004.
Dengan kata lain, menjadi penanda bahwa sinema lokal tak cuma tumbuh, namun juga berakar kuat di Kota Wisata ini. Film-film karya sineas lokal tersebut yang telah terpilih diputar di bioskop Studio 1 Empire XXI, Kota Yogyakarta.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengungkapkan, acara ini sekaligus menjadi wujud pertanggungjawaban terhadap publik atas pemanfaatan Dana Keistimewaan untuk tahun anggaran 2024 dengan menayangkan secara resmi empat film pendek terpilih.
Baca Juga: Laba Tesla Merosot hingga 71 Persen karena Penjualannya Lemah
"Sebagai bagian dari akuntabilitas dan apresiasi kepada publik, gala premier ini menjadi ruang selebrasi bersama, sekaligus peluncurna resmi empat film yang lahir dari skema pendanaan tersebut," katanya dalam jumpa pers di Grand Kangen Hotel Urip, Kamis (24/4/2025).
Menurutnya, perkembangan industri film di DIY sendiri menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. "Munculnya beragam komunitas film dan hadirnya perguruan tinggi dengan jurusan film dan multimedia, telah mendorong lahirnya banyak sineas yang kreatif dan berdaya cipta tinggi," ujarnya
Oleh karena itu, melihat potensi yang ada, Kunda Kabudayaan DIY menginisasi program tersebut. Tujuannya untuk memberi ruang kreasi bagi para pembuat film - baik dari latar belakang rumah produksi profesional ataupun jalur independen - dengan harapan bisa menelurkan karya-karya yang layak tonton dan siap berkompetisi di pelbagai festival film.
Sedikitnya empat film pendek yang akan tayang menghadirkan beragam narasi dan pendekatan visual yang memperkaya khazanah sinema lokal. Mulai dari film dokumenter yang menyentuh hingga fiksi realis yang menggugah, semuanya berbicara dari dan untuk Yogyakarta.
Pertama, film berjudul Cerita Sepanjang Jalan yang berdurasi 37 menit karya Febfi Setyawati ini mengajak penonton untuk menyusuri kehidupan anak berkebutuhan khusus di DIY bersama mobil siaga 'Untuk Teman.'
Baca Juga: Alasan Orang Indonesia Mengikuti Akun Media Sosial Sebuah Merek
Film dokumenter ini memperlihatkan wajah komunitas yang penuh kasih, gotong royong, dan ketabahan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Kedua, Saat Lanjut Usia arahan Khusnul Khitam, merupakan film fiksi berdurasi sekitar 30 menit yang akan menyentuh perasaan. Menceritakan tentang tiga sahabat yang sudah lanjut usia (lansia) yang harus menghadapi perpisahan lantaran perubahan hidup masing-masing.
Melalui perjalanan singkat ke tepi pantai, film ini menjadi menditasi sunyi mengenai makna kebersamaan, usia senja, dna keberanian untuk sendiri.
Ketiga, ada film Wali karya Jihad Adjie berdurasi 23 menit yang mengusung tema rekonsiliasi dalam keluarga yang diselimuti sejarah kelam. Seorang anak perempuan bersikukuh supaya ayah kandungnya - bekas tahanan politik - tetap jadi wali pernikahannya.
Baca Juga: Film Hollywood Bakal Dilarang Beredar di China Imbas Kebijakan Tarif Trump?
Film Wali mengajak audiens untuk merenungkan pentingnya kesadaran penerimaan dan penghormatan terhadap sejarah pribadi.
Keempat, film Kholik garapan Mandella Majid. Ini merupakan film fiksi dengan durasi pendek yakni cuma 17 menit, menampilkan satir yang cerdas tentang keyakinan dan realitas.
Saat Kholik yang bersikeras melihat benda terbang yang tak teridentifikasi atau lebih dikenal dengan nama UFO, masyarakat di sekitarnya justru meyakini si Kholik mendapat musih karena melihat pulung gantung.
"Film ini menyoroti benturan mitos lokal dan logika modern dalam bingkai yang jenaka dan kritis," paparnya.
Dian menegaskan bahwa gala premier tersebut bukan sekadar selebrasi karya, melainkan bentuk pertanggungjawaban kreatif kepada publik. "Para sinema lokal bisa tumbuh dan berbicara dengan bahasa serta indentitas mereka sendiri," ujar dia.
Baca Juga: Alasan Plengkung Gading Ditutup Total, Perlu Upaya Konservasi Menyeluruh