Techverse.asia - Wisatawan dan masyarakat yang ingin naik andong di kawasan Malioboro, Keraton Yogyakarta, dan sekitarnya, sekarang sudah bisa melakukan pembayaran memakai QRIS mulai Rabu (5/11/2025) kemarin. Inovasi ini resmi dihadirkan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai bagian dari program digitalisasi di sektor pariwisata di Kota Pelajar ini.
Baca Juga: Australia Barat Tawarkan Pengalaman Liburan yang Ramah bagi Umat Muslim
Langkah modernisasi tersebut adalah inisiatif bersama antara Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, Bank Indonesia, dan Bank BPD DIY. Tujuannya untuk memberikan kemudahan serta kecepatan transaksi, sekaligus meningkatkan daya saing destinasi wisata di Kota Yogyakarta lewat layanan pembayaran yang lebih praktis, efisien, dan aman.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Yogyakarta Kadri Renggono mengatakan bahwa andong adalah salah satu simbol budaya yang sudah melekat kuat dalam identitas Kota Gudeg ini. Menurutnya, Kota Yogyakarta dikenal luas sebagai tujuan wisata budaya dengan kekayaan tradisi yang masih hidup sampai saat ini.
"Salah satunya adalah andong wisata tersebut, alat transportasi tradisional yang enggak cuma berfungsi sebagai sarana angkut, namun juga sebagai simbol keaslian dan kehangatan masyarakat Yogyakarta," ungkap Kadri kami kutip pada Kamis (6/11/2025).
Dijelaskannya, andong yang beroperasi di kawasan sekitar Keraton, Maliboro, sampai alun-alun utara punya peran penting dalam memperkuat citra kota budaya. Meski demikian, di tengah perkembangan teknologi, para penarik andong masih sangat menggantungkan pada transaksi tunai sehingga menemui keterbatasan dalam hal akses sistem keuangan yang modern.
Baca Juga: Nasi Kuning Muna Cung, Kuliner Langganan Keluarga Keraton Yogyakarta
"Sebab selama ini pembayaran andong masih didominasi memakai uang tunai yang kurang efisien, rawan risiko, dan enggak mendukung pencatatan transaksi secara akurat," ujarnya.

Dengan kehadiran QRIS tersebut, para kusir kini sudah bisa terhubung ke sistem pembayaran nasional, mendapat akses layanan perbankan, hingga meningkatkan profesionalisme dalam melayani wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Sri Darmadi Sudibyo menyampaikan, digitalisasi itu adalah langkah strategis guna memperkuat inklusi keuangan di sektor wisata tradisional. Dengan begitu, kusir andong dapat terhindar dari uang palsu, tak perlu lagi menyiapkan uang kembalian, dan transaksinya akan tercatat secara otomatis untuk membangun credit profile.
"Hal ini juga bisa membantu meningkatkan pendapatan para pelaku andong," kata Darmadi.
Baca Juga: Segoro Amarto: Motif Batik Baru Khas Kota Yogyakarta, Begini Filosofinya
Pencatatan transaksi secara digital akan membuka peluang bagi penarik andong guna memperoleh akses pembiayaan usaha ke depannya. Program digitalisasi ini, sambungnya, diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang riil bagi kusir andong dan meningkatkan kualitas layanan wisata.
"Selain itu, juga untuk memperkuat DIY ini sebagai kota budaya yang mampu beradaptasi dalam era smart city," tambahnya.
Salah satu kusir andong, Ismanto mengapresiasi inovasi baik itu. Menurut Ismanto, wisatawan kekinian banyak yang enggak membawa uang tunai. Dengan penggunaan QRIS jadi lebih mudah, jadi merasa lebih aman, dan tak bingung lagi memberi uang kembalian.
"Harapan saya dengan adanya digitalisasi ini dapat meningkatkan jumlah penumpang sekaligus menjadikan layanan andong semakin modern tanpa meninggalkan tradisi," kata Ismanto.
Baca Juga: Pasar Berdaya Digital Hadir di Pasar Beringharjo Yogyakarta, Mendigitalisasi Pelaku Usaha
Sebagai informasi, awal mulanya Andong merupakan kendaraan mewah yang cuma boleh dipakai oleh keluarga Keraton sebagai penanda status sosial. Penggunaan andong oleh rakyat biasa baru diizinkan pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) VIII. Saat itu, andong banyak dipakai oleh pedagang buat mengangkut barang dagangan.
Namun, saat ini telah terjadi pergeseran fungsi, di mana andong lebih banyak berguna sebagai sarana wisata di area-area populer seperti Maliboro, Keraton, dan situs bersejarah lainnya, baik untuk membawa wisatawan berkeliling maupun sebagai ikon budaya dalam perayaan seperti Grebeg.
















