Techverse.asia - Bitcoin masih menunjukkan kekuatannya pascareli yang terjadi dengan bertahan di level harga US$94 ribu atau setara dengan Rp1,55 miliar saat ini.
Hal tersebut terjadi terlepas dari mulai berkembangnya sentimen negatif dari memburuknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan.
Baca Juga: Indosat Punya Paket Bundling IM3 Platinum dengan iPhone 16
Sementara di sisi makroekonomi, Indeks Manufaktur Dallas Fed anjlok tajam ke -35,8 dari -16,3 di bulan sebelumnya, mencatatkan level terburuk sejak pandemi Covid-19 yang telah mengguncang ekonomi dunia pada Mei 2020.
Analis menilai penurunan ini dipicu oleh ketidakpastian yang meningkat akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap China. Kondisi ini memperburuk kekhawatiran pasar tentang prospek pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam.
Di tengah situasi AS tersebut, Pakistan mengklaim bahwa India sedang mempersiapkan serangan militer ke wilayahnya, menyusul insiden teror yang menewaskan 26 orang di Kashmir pekan lalu. Bentrokan di perbatasan antara kedua negara tersebut semakin memperkeruh sentimen risiko global.
Baca Juga: Reli Bitcoin Terhambat, Ke Mana Arah Selanjutnya?
Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, ketahanan Bitcoin di tengah tekanan makroekonomi dan geopolitik ini memperkuat pandangan bahwa Bitcoin semakin dipandang sebagai aset lindung nilai yang solid, serupa dengan emas.
“Jika tren ini terus berlanjut, maka Bitcoin pun berpotensi untuk menarik arus modal lebih besar dari investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global,” jelas Fahmi pada Rabu (30/4/2025).
Dalam pekan ini, rilis data inflasi PCE AS pada hari ini akan menjadi peristiwa yang cukup diantisipasi oleh para investor. “Meskipun kemungkinan The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan 7 Mei mendatang, tingkat inflasi yang lebih tinggi mungkin akan meningkatkan kekhawatiran investor yang dapat berdampak pada kembali melemahnya pasar kripto,” lanjutnya.
Baca Juga: Banyak Diminati Masyarakat, Begini Cara Aman Investasi Kripto
Selain itu, laporan tenaga kerja AS yang akan dirilis pada 2 Mei 2025 juga akan menjadi data penting yang akan dipertimbangkan The Fed dalam mengambil keputusan.
“Resiliensi sektor tenaga kerja menjadi salah satu faktor penting yang dapat turut mendukung kekuatan ekonomi di tengah belum pastinya dampak kebijakan tarif yang ada saat ini,” imbuhnya.
Strategi potensial bagi investor
Outlook Bitcoin yang cukup positif membuat aset kripto tersebut cocok untuk dijadikan pilihan baik bagi para investor pemula maupun yang sudah berpengalaman.
Investor berpengalaman mungkin telah memiliki strategi pengelolaan portofolio yang baik dengan mengintegrasikan aset kripto seperti Bitcoin.
Baca Juga: Reku Meluncurkan Crypto Futures dengan 25x Leverage
Sedangkan bagi para investor pemula, mencoba mengeksplorasi komposisi yang tepat seperti menggunakan strategi akumulasi seperti Dollar Cost Averaging (DCA) mungkin menjadi opsi yang cukup nyaman untuk diambil.
Sementara bagi para investor yang memiliki toleransi lebih tinggi terhadap risiko, altcoin dengan naratif-naratif yang menarik bisa menjadi pilihan diversifikasi lebih untuk mengoptimalkan potensi keuntungan di masa depan.
Dalam melakukan DCA, para investor pemula pun dapat mengoptimalkan fitur yang memudahkan berinvestasi ke aset kripto potensial. “Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk memudahkan proses diversifikasi,” tambahnya.
Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing yang akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis. Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan dapat lebih mudah, praktis, dan optimal.
Baca Juga: Obituari! Kabosu, Anjing Meme 'Dogecoin', Mati di Usia 18 Tahun