Penyebab Merosotnya Bitcoin Namun Masih Ada Potensi untuk Rebound

Rahmat Jiwandono
Senin 20 Oktober 2025, 13:53 WIB
Ilustrasi bitcoin. (Sumber: rates)

Ilustrasi bitcoin. (Sumber: rates)

Techverse.asia - Harga Bitcoin kembali merosot tajam di bawah US$108 ribu atau setara dengan Rp1,789 miliar di akhir pekan lalu, memperpanjang tekanan jual di pasar kripto meski emas dan perak mencetak rekor harga tertinggi baru.

Menurut Analyst Reku Fahmi Almuttaqin, pengetatan likuiditas di sistem keuangan Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran terkait dengan meningkatnya ketegangan perang dagang China-AS menjadi faktor utama di balik melemahnya performa aset berisiko tinggi saat ini.

Bitcoin sempat jatuh hingga di kisaran US$107.900 pada Jumat kemarin (17/10/2025), turun dua persen lebih. Aset kripto lain seperti Ethereum (ETH), XRP, dan Solana (SOL) terkoreksi lebih dalam, dengan Solana mengalami penurunan terdalam, anjlok lebih dari empat persen dalam 24 jam terakhir,” terangnya dalam keterangan resminya kami terima, Senin (20/10/2025).

Baca Juga: Instax Mini LiPlay Plus Terbaru Hadir dengan Kamera Tambahan untuk Swafoto

Sementara itu, katanya, emas dan perak melonjak tiga persen lebih, menunjukkan kuatnya permintaan terhadap aset lindung nilai (safe haven) di tengah kekhawatiran pasar saat ini. Meski The Fed telah memangkas suku bunga pada September lalu, sejumlah indikator menunjukkan kondisi likuiditas di pasar keuangan AS justru mengetat.

Data dari TradingView mencatat selisih antara Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan Effective Federal Funds Rate (EFFR) melonjak menjadi 0,19 poin dari sebelumnya 0,02 poin dalam sepekan ini, tertinggi sejak Desember 2024.

“Kenaikan selisih ini menandakan biaya pendanaan antar bank yang meningkat, bahkan untuk pinjaman yang dijamin dengan surat utang pemerintah AS (U.S. Treasuries),” ujarnya.

Sinyal pengetatan juga tampak dari meningkatnya penggunaan Standing Repo Facility (SRF) milik The Fed. Pada Rabu (15/10), bank-bank komersial menarik dana sebesar US$6,75 miliar dari SRF, level tertinggi sejak akhir pandemi Covid-19 (di luar periode pelaporan kuartalan).

Baca Juga: Bitcoin Anjlok, Ini Faktor Pendorong dan Potensi Kenaikannya

SRF adalah fasilitas likuiditas darurat yang memungkinkan bank meminjam dana jangka sangat pendek (overnight) dengan jaminan obligasi pemerintah AS. Lonjakan permintaan terhadap SRF biasanya mencerminkan ketegangan di pasar pendanaan antar bank. Data ini dapat dikonfirmasi melalui rilis mingguan Federal Reserve Statistical Release H.4.1.

“Pemangkasan suku bunga oleh The Fed belum diikuti oleh perluasan neraca (balance sheet expansion). Data FRED menunjukkan total aset bank sentral (WALCL) per 16 Oktober 2025 tercatat US$6,59 triliun, masih jauh di bawah puncak pandemi sekitar US$9 triliun,” ujarnya.

Selain itu, saldo Treasury General Account (TGA) di The Fed tetap tinggi di kisaran US$800 miliar, menandakan pemerintah AS masih menarik dana dari pasar lewat penerbitan obligasi, bukan menambah likuiditas bersih ke sistem perbankan.

“Kombinasi dari neraca Fed yang stagnan, tingginya TGA, dan spread SOFR-EFFR yang melebar menciptakan lingkungan finansial yang lebih ketat dan mendorong investor mengurangi eksposur pada aset berisiko seperti kripto dan saham teknologi, dan menambah eksposur di aset safe haven seperti emas,” tambahnya.

Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Iklim Investasi Global Turun Tipis

Secara historis, kinerja Bitcoin cukup berkorelasi dengan ketersediaan likuiditas global. Saat suku bunga menurun tanpa ekspansi neraca The Fed, harga Bitcoin cenderung tertahan karena arus dolar ke pasar aset berisiko belum mengalir, terlepas dari kondisi keseluruhan yang masih bullish.

“Di tengah tekanan ini, The Fed bisa kembali melonggarkan kebijakan jika tekanan pendanaan makin berat. Kalau langkah itu benar terjadi, Bitcoin berpotensi rebound ke kisaran US$120 ribu sampai US$130 ribu di sisa tahun ini, selama data inflasi dan kondisi sistem keuangan mendukung,” katanya.

Selain itu, optimisme para pelaku pasar kripto terbilang masih cukup kuat dengan tren akumulasi baik di BTC maupun ETH yang masih cukup solid seiring dengan berkembangnya naratif DATs (Digital Asset Treasuries).

Baca Juga: Dituding Jadi Biang Keladi Pemadaman Listrik, Kuwait Tindak Tegas Penambang Kripto

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno05 Desember 2025, 21:03 WIB

Spek Lengkap Tecno Megabook K15S, Tersedia Opsi Cip Intel atau AMD

Sejauh ini laptop tersebut baru dipasarkan di Prancis.
Tecno Megabook K15S. (Sumber: Tecno)
Lifestyle05 Desember 2025, 19:08 WIB

G-SHOCK Meluncurkan G-STEEL Modern Industrial Terbaru dengan Desain Logam Presisi

Perpaduan kontemporer antara kesederhanaan, keindahan, dan ketangguhan G-SHOCK
G-SHOCK G-STEEL Modern Industrial. (Sumber: Casio)
Techno05 Desember 2025, 18:29 WIB

Cara Cek Informasi Lengkap Pengguna Akun X/Twitter

X resmi meluncurkan fitur ‘Tentang akun ini’ ke profil pengguna.
Ilustrasi X/Twitter. (Sumber: Unsplash)
Hobby05 Desember 2025, 17:38 WIB

Gim Red Dead Redemption Resmi Tersedia di Netflix, Bisa Main di HP

Netflix meluncurkan versi Red Dead Redemption yang ramah seluler.
Red Dead Redemption. (Sumber: Rockstar Games)
Techno05 Desember 2025, 17:13 WIB

Spotify Wrapped 2025 Tambahkan Selusin Fitur Baru, Apa Saja?

Spotify Wrapped 2025 telah hadir dan kini menjadi sebuah kompetisi?
Spotify Wrapped 2025. (Sumber: Spotify)
Automotive05 Desember 2025, 16:32 WIB

Honda Memperkenalkan Super One Prototype: Mobil Listrik Ukuran Kompak

Menawarkan pengalaman berkendara EV baru yang menciptakan kegembiraan dan menyenangkan.
Honda Super One Prototype. (Sumber: null)
Techno05 Desember 2025, 15:30 WIB

Infinix x Pininfarina Bakal Luncurkan Smartphone Premium: Note 60 Ultra

Kolaborasi ini menampilkan Infinix Note 60 Ultra mendatang yang dirancang oleh Pininfarina.
Infinix x Pininfarina Note 60 Ultra diproyeksikan rilis 2026. (Sumber: Infinix)
Startup05 Desember 2025, 15:12 WIB

Kargo Technologies Targetkan Punya 2.500 Armada Kendaraan Elektrik pada 2026

Startup logistik ini mengumumkan peralihan 40.000 kendaraan EV untuk membangun "Jalur Sutra Berlistrik" Asia.
Pendiri dan CEO Kargo Technologies Tiger Fang. (Sumber: istimewa)
Techno05 Desember 2025, 14:47 WIB

Cellid Hadirkan 2 Kacamata Pintar Berbasis AR Baru

Kacamata AR nirkabel canggih yang didukung oleh teknologi optik eksklusif.
Cellid Green Monochrome Model. (Sumber: Cellid)
Techno04 Desember 2025, 19:09 WIB

OnePlus akan Luncurkan 3 Gadget Baru, Kapan?

Adapun jajaran gawai yang akan diluncurkan mencakup tablet, smartphone, dan smartwatch.
Jajaran gawai terbaru OnePlus yang akan segera hadir global. (Sumber: OnePlus)