Maka Motors: Kisah Startup yang Berasal dari Garasi Kebanjiran

CEO and Founders Maka Motors Raditya Wibowo (kiri). (Sumber: Dok. Maka Motors)

Seiring tingginya urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia Tenggara, kebutuhan transisi energi turut meningkat.

Hal tersebut mendorong masyarakat untuk beralih ke sumber energi terbarukan, seiring dengan upaya negara di kawasan Asia Tenggara untuk mendiversifikasi bauran energinya. Selain itu, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta volatilitas harganya, yang pada akhirnya akan mengurangi emisi karbon.

Laporan Southeast Asia Energy Outlook 2022 yang diterbitkan oleh International Energy Agency (IEA) menunjukkan, permintaan energi di wilayah ini telah melonjak rata-rata 3% per tahun, selama dua dekade terakhir.

Orang Tidak Akan Beli Motor Listrik yang Sekadar Ramah Lingkungan

Founder MAKA Motors, Raditya Wibowo, membagikan pandangannya mengenai industri produk pendukung transisi energi.

MAKA Motors adalah startup yang menawarkan kendaraan listrik roda dua (electric vehicle two-wheeler atau EV2W).

Didirikan bersama rekannya, Arief Fadillah, perusahaan ini memiliki misi untuk menciptakan dampak positif yang nyata.

Baca Juga: Starcamp Ganti Nama Jadi Starventure, Kini Fokus Bantu Startup Tahap Awal Temukan Nilai Tambah

Indonesia memiliki 125 juta pengendara sepeda motor. Namun, mereka cenderung lebih terpengaruh oleh faktor-faktor seperti biaya, kinerja, dan kekuatan. Ketika beralih ke EV2W, prinsip keberlanjutan belum menjadi prioritas utama bagi saat ingin membeli.

"Orang tidak akan beralih ke motor listrik [atau alternatif ramah lingkungan lainnya] hanya karena mereka ingin ‘lebih ramah lingkungan.’ Harus ada manfaat lain yang ditawarkan," kata Dito, seperti dilansir dari keterangan tertulisnya, dikutip Sabtu (27/4/2024).

Menurut Maka Motors, itulah salah satu kunci untuk menjalankan ‘bisnis ramah lingkungan’ di Indonesia. Tidak cukup hanya ramah lingkungan, harus ada lebih banyak manfaat bagi penggunanya.

Maka Motor Berawal dari Garasi

Awal mula perusahaan yang sederhana ini dimulai di garasi rumah Dito, bersama dengan beberapa mantan rekannya di sebuah platform ojek online.

"Sebagai pengendara motor, kami memiliki perspektif yang kuat mengenai apa yang dibutuhkan oleh pemotor Indonesia agar mereka merasa nyaman di jalan. Menurut kami, hal tersebut penting dalam mendesain sebuah produk," ujar Dito.

Meskipun demikian, ada momen ketika Dito berpikir bahwa membuat sepeda motor dari nol itu sama sekali tidak mudah.

Dito juga menceritakan perihal kantor dan bengkel MAKA Motors pernah terendam banjir. Mereka kemudian langsung menggulung celana untuk menyelamatkan motor yang belum jadi dengan panik. Bagi Dito dan timnya, itu adalah hari yang menegangkan.

Di tengah bencana itu, mereka masih bisa merasa beruntung, karena semua peralatan masih bisa berkerja dengan baik.

"Karena semua orang bergerak dengan cepat untuk mengamankan barang-barang tersebut," kenangnya.

Baca Juga: TransTRACK Gandeng We+, Wujudkan Manajemen Keselamatan Kerja dan Kompensasi Kecelakaan Kerja

Baca Juga: Fitur 'tiket Green' dari tiket.com, Respon Tingginya Kesadaran Green Tourism

Hari itu menjadi pelajaran berharga bagi seluruh tim, sehingga mereka memasang pintu anti-banjir di kantor mereka saat ini, dan membangun tembok di sekeliling bengkel. Dito juga menyebut tim MAKA Motors telah berkembang pesat dan lebih besar. Namun, mereka tidak pernah melupakan DNA mereka: kemampuan untuk bergerak cepat meskipun dihadapi oleh tantangan.

"Berani dan hadapi tantangan terlebih dahulu. Fakta bahwa kami tidak memiliki pengalaman di bidang otomotif, membuat kami dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda," imbuhnya.

Merek Motor Listrik Lain Bukan Pesaing untuk Maka Motors

Dito menilai, tantangan di sektor ini adalah sektor ini masih sangat baru. Namun, dengan perkembangan teknologi yang didukung oleh kesadaran yang meningkat di antara para pengusaha dan konsumen, dapat menimbulkan persepsi akan persaingan yang ketat.

"Kita seharusnya tidak melihat perusahaan EV2W lain sebagai kompetitor sekarang. Sebaliknya, kami harus bersatu karena kita memiliki ‘musuh’ yang sama, yang jauh lebih besar dari kita semua: motor berbahan bakar bensin," terangnya kemudian.

Baca Juga: Sah! UU yang Mengharuskan ByteDance Menjual TikTok

Melihat pemain lain sebagai partner dan bukan sebagai pesaing mungkin sulit, namun potensi kolaborasi juga dapat terlahir.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI