Techverse.asia - Usaha rintisan atau startup di Indonesia saat ini sedang menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan, seperti seretnya akses pendanaan, inovasi yang masih tergolong rendah, hingga ekosistem yang tak merata. Dari faktor-faktor ini, pendanaan untuk startup masih menjadi sorotan utama.
Tercatat sebesar 34,1 persen dari para pelaku usaha rintisan mengaku kesulitan dalam menggalang pendanaan. Walau pun para investor di sektor ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi jumlah modal yang ditanamkan ke startup malah menurun secara drastis. Pada 2022, nilai investasi startup anjlok dari US$11,35 miliar ke US$3,69 miliar.
Baca Juga: East Ventures Beri Pendanaan Awal untuk Startup Videotto dari Singapura
Hal itu diduga lantaran investor kini sangat berhati-hati dalam menaruh uang mereka ke startup. Investor beranggapan kalau usaha-usaha rintisan di dalam negeri belum mampu memenuhi standar internasional. Merespons situasi ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengajak para investor global guna menaruh kepercayaan kepada startup-startup Indonesia.
Menteri Komdigi Meutya Hafid mengungkapkan, jawatannya pun telah melaksanakan berbagai upaya guna mengembangkan ekosistem usaha rintisan di Tanah Air lewat HUB.ID Connection Hub dan Startup Indonesia Dashboard. Di gelaran HUB.ID Connection Hub 2025, Komdigi telah mempertemukan sedikitnya 20 startup unggulan Indonesia dengan investor global.
"20 perusahaan rintisan unggulan itu mencerminkan kreativitas dan ketangguhan generasi terbaru inovator Indonesia. Mereka membawa semangat global, namun tetap berakar pada solusi bagi masyarakat," ujar mantan reporter Metro TV itu dalam keterangan resminya kami lansir pada Kamis (30/10/2025).
Baca Juga: Komdigi x Google Cloud Hadirkan Program Akselerator bagi Perusahaan Rintisan Indonesia
HUB.ID, lanjutnya, pertama kali diluncurkan pada 2022 lalu yang telah menghubungkan sebanyak 240 startup dengan lebih dari 80 investor global serta mitra korporasi. Program ini juga sudah memfasilitasi lebih dari 2.600 pertemuan terkurasi dan menghasilkan investasi serta kemitraan bisnis lebih dari US$60 juta.
Selain itu, HUB.ID juga memberi sesi mentoring dan berbagi experience dengan para pendiri usaha rintisan yang telah sukses. Pendekatan tersebut tujuannya adalah untuk membangun fondasi manajerial dan keberlanjutan bisnis di kalangan startup muda.
"Kerja sama yang sudah terbangun antara startup Indonesia x investor global menjadi tanda semakin matangnya ekosistem digital nasional," terangnya.
Komdigi juga memperkenalkan Startup Indonesia Dashboard yang merupakan basis data nasional yang terintegrasi guna memetakan dan menghubungkan usaha rintisan dengan investor di berbagai wilayah dan sektor. Pelantar ini akan membantu investor dalam menilai potensi bisnis.
Baca Juga: Fore Coffee Tarik Ratusan Ribu Investor Baru dan Kelebihan Permintaan
"Startup Indonesia Dashboard juga akan membantu pembuat kebijakan (untuk) melihat arah pertumbuhan digital nasional. Saat semuanya saling terhubung, (maka) inovasi pun bakal tumbuh," ujarnya.
Di sisi lain, menurut dokumen Rencana Strategi Komdigi 2025-2029 menunjukkan bahwa perkembangan eksositem startup enggak merata. Di dalam negeri, masih ada sekitar 64 persen usaha rintisan yang terkonsentrasi di Pulau Jawa, utamanya di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, hingga Malang.
Sementara, hanya sekitar satu sampai lima persen startup yang sukses tumbuh berkembang. Ini menandakan bahwa terjadi ketimpangan antara pusat dan daerah. Komdigi turut mencatat 48,1 persen startup masih berstatus mikro, sehingga menghadapi tantangan berupa infrastruktur yang minim dan akses ke komunitas pendukung yang masih terbatas.
Baca Juga: Imbas Tech Winter Masih Berlanjut, Pendanaan Startup Masih Dilakukan Hati-hati
Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kemkomdigi Edwin Hidayat Abdullah menyatakan akan pentingnya penguatan seluruh komponen dalam ekosistem startup supaya risiko kegagalan bisa ditekan. Menurutnya, pemerintah perlu mengorkestrasi ekosistemnya. "Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci (mengatasi permasalahan tersebut)," tambah Erwin.














