Fenomena Influencer Fatigue, Brand Perlu Bangun Orisinalitas Melalui Komunitas

Rahmat Jiwandono
Senin 29 Mei 2023, 12:55 WIB
CEO PT Mitra Komune Nusantara Jennifer Ang.

CEO PT Mitra Komune Nusantara Jennifer Ang.

Techverse.asia – Banyak brand mengucurkan dana yang besar untuk membayar para mega influencer untuk mengenalkan atau mempasarkan produk-produk mereka, biasanya mega influencer itu memiliki jumlah pengikut yang banyak. Namun demikian, saat ini beberapa studi menunjukkan bahwa konsumen tidak terlalu terpengaruh dengan cara seperti itu, sehingga mereka mulai kehilangan pengaruhnya. Kondisi ini disebut dengan influencer fatigue.

Berdasarkan data Global Web Index (GWI), jumlah Gen Z yang tertarik pada influencer telah turun 12 persen sejak tahun 2020. Senada, studi lain menemukan hanya tiga persen konsumen yang membeli produk atas pengaruh mega influencer. Padahal, Gen Z merupakan target pasar utama bagi para marketing influencer.

Meskipun influencer besar dengan jutaan followers memang dapat mendatangkan pelanggan baru, akan lebih baik bagi brand untuk memilih influencer yang benar-benar memiliki pengalaman dengan produk mereka. Pasalnya, autentik menjadi poin utama yang kini dicari konsumen ketika memutuskan apakah mereka akan mempercayai postingan bersponsor. Kepercayaan inilah yang merupakan elemen penting dalam jual beli daring.

CEO Mitra Komune Nusantara Jennifer Ang mengatakan, konsumen yang lebih muda seperti Gen Z, lebih tertarik pada komunitas, yang didalamnya berisi orang-orang yang berbagi informasi dan konten orisinal tentang brand dan produk yang mereka sukai.

“Mereka kini beralih dari mempercayai mega influencer seperti selebriti, menjadi bersandar pada kreator konten atau influencer dengan basis pengikut yang kecil,” ungkapnya, Senin (29/5/2023). 

Baca Juga: MS Glow Luncurkan Acne Fight Toner Baru, Hilangkan Jerawat yang Membandel

Walau kreator konten mungkin tidak memiliki jangkauan yang sama dengan para mega influencer, mereka justru memiliki tingkat ketertarikan yang ditandai dengan persamaan kepentingan dan konten yang dapat dipercaya.

Hal ini sesuai dengan temuan laporan Influencer Marketing: Exploring The Current Influencer Marketing Landscape And Its Future Potential, di mana 48 persen konsumen mengaku menginginkan influencer yang dapat dipercaya. Sementara 29 persen konsumen menginginkan para influencer untuk transparan tentang produk yang disponsori.

Temuan itu jelas menyoroti bahwa kepercayaan, transparansi, dan keaslian adalah yang terpenting dalam hubungan antara influencer dan konsumen. Konsumen menginginkan pengungkapan penuh tentang apa yang dipromosikan oleh influencer. Lebih dari itu, mereka menginginkan influencer untuk hanya mempromosikan produk yang benar-benar mereka gunakan dan ketahui.

“Sekarang ini, di mana konsumen tidak lagi mempercayai informasi yang dipublikasikan para influencer di media sosial, bisnis harus menemukan cara autentik untuk terhubung melalui media sosial,” paparnya.

Ia menyampaikan, untuk menarget Gen Z yang merupakan target pasar utama dalam iklan media sosial, brand harus mencari model keterlibatan yang lebih autentik.

“Karena Gen Z lebih mempercayai konten autentik yang disediakan oleh orang yang mereka percayai, brand yang cerdas harus mencari model keterlibatan yang lebih autentik dengan membina komunitas orang-orang yang menyukai produk mereka,” jelas Jennifer.

Melalui komunitas penggemar inilah, Jennifer melihat kesempatan bagi brand untuk memanfaatkan suara konsumen mereka untuk meningkatkan keterlibatan dengan target pasar.

Untuk membangun komunitas konsumen yang akan menghubungkan mereka ke target pasar, Jennifer menilai brand terlebih dahulu perlu mengidentifikasi pelanggan mereka yang telah membagikan cerita terkait produk atau brand secara daring.

“Setelah mengidentifikasi siapa saja penggemar mereka, brand perlu membangun kemitraan yang tepat untuk mengajak mereka bergabung dengan komunitas dan mendorong mereka untuk membuat konten buatan pengguna atau user generated content (UGC) untuk kemudian dibagikan melalui media sosial,” katanya. 

Baca Juga: Ingin Kurangi Screen Time, Gen Z 'Si Paling Tekno' Mulai Beralih ke Handphone Jadul

Karena ini adalah UGC, Jennifer menggaris bawahi bahwa brand tidak boleh mengontrol atau mengarahkan anggota komunitas untuk membuat postingan yang tidak orisinal dan tidak sesuai dengan keunikan masing-masing individu tersebut. Alih-alih mengontrol, brand hanya bisa memberikan saran.

Cheetos misalnya, seperti dilansir Forbes, brand snack terkenal itu merupakan salah satu yang memanfaatkan konten penggemar mereka dengan baik. Melalui saluran media sosialnya, Cheetos mengkurasi foto dan video buatan penggemar yang menampilkan produk mereka dengan kreatif.

Cheetos bahkan rutin mengajak penggemar mereka untuk berkolaborasi dalam sejumlah challenge, seperti tantangan tagar #ItWasntMe, juga mendorong penggemar mengunggah kreasi olahan Cheetos mereka, bahkan mengajak blogger dan beauty enthusiast untuk mengunggah cat kuku atau tata rias lain yang terinspirasi dari Cheetos.

Influencer fatigue adalah fenomena nyata dan karenanya, brand membutuhkan perubahan strategi atas kampanye influencer mereka. Satu-satunya strategi yang tepat untuk meningkatkan penjualan daring adalah dengan membangun kepercayaan dengan konsumen melalui pemasaran yang kredibel.

Membangun koneksi dengan komunitas pengguna bahkan penggemar produk dapat menjadi pemberi pengaruh atau influencer yang dapat mewakili suatu brand dengan cara yang jujur. Upaya membangun komunitas semacam ini juga dapat memperkuat hubungan brand dengan konsumen untuk mendorong loyalitas jangka panjang.

“Selain itu, brand juga bisa mendapatkan feedback dan ide dari penggemar yang mendorong pengembangan dan penjualan produk baru,” katanya.  

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno18 April 2024, 18:12 WIB

Grok 1.5V di xAI Bisa Memproses Dokumen hingga Gambar

Grok-1.5V adalah model AI multimodal generasi pertama perusahaan.
xAI Grok 1.5. (Sumber: xAI)
Automotive18 April 2024, 18:04 WIB

Wuling Tambah 6 Lokasi DC Charging, Gratis Sampai Akhir Mei 2024

Pengembangan ekosistem mobil listrik di Indonesia merupakan komitmen Wuling untuk semakin memudahkan pemilik kendaraan listrik Wuling dalam mengisi daya saat melakukan perjalanan.
Salah satu tempat mengisi daya mobil listrik DC Wuling di Pulau Jawa. (Sumber: Wuling)
Techno18 April 2024, 17:35 WIB

AI Milik Apple Ingin Kalahkan GPT-4, Mampu Pahami Petunjuk Konteks

Sistem ReaLM memungkinkan interaksi yang lebih alami dengan AI.
(ilustrasi) kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) (Sumber: Freepik)
Travel18 April 2024, 17:22 WIB

Kemenhub: Setelah H+5 Lebaran Pergerakan Penumpang Angkutan Umum Masih Tinggi

Kemenhub terus mengimbau pemudik agar tetap berhati-hati dan mengutamakan keselamatan serta mengatur perjalanan arus balik.
Ilustrasi pergerakan angkutan lebaran dengan menggunakan angkutan umum. (Sumber: kemenhub)
Techno18 April 2024, 16:11 WIB

Samsung Gandakan Investasi Semikonduktornya di Texas Amerika Serikat Senilai Puluhan Miliar Dolar

Perusahaan asal Korea Selatan ini sedang membangun pabrik lain dan pusat pengemasan, berkat UU CHIPS.
Ilustrasi Samsung Semiconductor Site (Sumber: SAMSUNG)
Lifestyle18 April 2024, 15:47 WIB

Studio Ghibli akan Menerima Penghargaan Honorary Palme d’Or di Festival Film Cannes

Untuk pertama kalinya, festival film Prancis akan memberikan penghargaan tertinggi kepada sebuah perusahaan, bukan perorangan.
Studio Ghibli.
Techno18 April 2024, 15:07 WIB

TikTok Notes Mulai Diluncurkan sebagai Saingan Baru Instagram

Aplikasi ini sedang diuji coba dan baru tersedia di Australia dan Kanada.
TIkTok punya fitur baru yaitu Notes. (Sumber: TikTok)
Automotive18 April 2024, 14:38 WIB

Suzuki Indonesia Meresmikan Product Quality Update untuk Jimny 3-door, Tak Dipungut Biaya

Kepuasan dan kepercayaan pelanggan merupakan prioritas setiap produsen, termasuk PT Suzuki Indomobil Sales (PT SIS).
Ilustrasi montir sedang servis Suzuki Jimny. (Sumber: Suzuki)
Techno17 April 2024, 18:00 WIB

TikTok Jalin Kemitraan Bersama AXS, Jual Tiket Acara Langsung di Seluruh Dunia

TikTok x AXS untuk memungkinkan artis, tempat, dan festival menjual tiket konser musik di aplikasi.
TikTok jalin kemitraan dengan AXS untuk berjualan tiket event di seluruh dunia. (Sumber: TikTok)
Lifestyle17 April 2024, 17:40 WIB

Arthouse Cinema 2024 akan Berlangsung Mulai April-November 2024, Jelajahi Daerah Rural Jerman

Di hari pertama pembukaan akan dua judul film yang diputar di Goethe Haus Jakarta.
Orang-orang datang ke event Arthouse Cinema 2024 di Goethe Haus Jakarta. (Sumber: Goethe Institut Indoensien)