Gen Z Tak Lagi Percaya dengan Mega Influencer, Yuk Pahami Influencer Fatigue

Rahmat Jiwandono
Minggu 28 Mei 2023, 15:55 WIB
Ilustrasi influencer. (Sumber : freepik)

Ilustrasi influencer. (Sumber : freepik)

Techverse.asia – Kemitraan berbayar dengan para mega influencer telah menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi pemasaran digital brand-brand terkemuka. Namun, sejumlah studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa influencer mulai kehilangan pengaruhnya terutama bagi konsumen yang lebih muda atau yang disebut juga influencer fatigue.

Faktanya berdasarkan data Global Web Index (GWI), jumlah Gen Z yang tertarik pada influencer telah turun 12 persen sejak tahun 2020. Senada, studi lain menemukan hanya tiga persen konsumen yang membeli produk atas pengaruh mega influencer. Padahal, Gen Z merupakan target pasar utama bagi para marketing influencer.

CEO PT Mitra Komune Nusantara Jennifer Ang, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Campaign, Communication, dan Community, menerangkan, dari catatan GWI misalnya, Gen Z merupakan kelompok usia yang paling sering melakukan pembelian berdasarkan postingan yang dibagikan mega influencer di media sosial.

"Kondisi ini tak terlepas dari sifat Gen Z yang sering melakukan pembelian impulsif. GWI menemukan bahwa 65 persen dari Gen Z dan milenial cenderung melakukan pembelian impulsif setidaknya sebulan sekali," ujarnya dalam keterangan tertulisnya yang kami terima, Minggu (28/5/2023). 

CEO PT Mitra Komune Nusantara Jennifer Ang.CEO PT Mitra Komune Nusantara Jennifer Ang.

Jika dibandingkan dengan generasi yang lebih tua, media sosial memang menjadi platform utama bagi Gen Z untuk menemukan atau mencari produk baru. Sementara bagi generasi di atasnya, seperti milenial, Gen X dan baby boomers, cenderung terpapar informasi mengenai produk baru dari mesin pencari dan iklan di televisi.

Lebih lanjut dikatakannya, konsumen terutama mereka yang berusia lebih muda seperti Gen Z telah kehilangan kepercayaan pada influencer berbayar. Mereka kini cenderung lebih mempercayai komunitas-komunitas dengan pemikiran atau minat yang sama.

Baca Juga: Survey Nielsen: Influencer Masih Bisa Pengaruhi Pembelian

Meskipun industri pemasaran influencer berada di jalur yang tepat untuk bernilai USD 21 miliar pada tahun 2023, pasar telah menjadi semakin jenuh. Dengan meningkatnya jumlah postingan berbayar atau bersponsor di media sosial, kampanye influencer telah merubah lanskap media sosial yang ditujukan untuk berinteraksi menjadi tempat untuk mengunggah iklan bersponsor.

Studi Klear pada 2019 yang menganalisa lebih dari dua juta konten bersponsor di Instagram menemukan, jumlah postingan bersponsor meningkat sebesar 39 persen pada tahun 2018, dengan peningkatan berturut-turut setiap bulan.

Kini, orang-orang telah muak dengan postingan yang menunjukkan influencer selebriti berpose serupa: mengedepankan sebuah produk seraya menjelaskan kelebihannya dan melengkapi postingan itu dengan menyebut brand serta menggunakan tagar atau hashtag bermerek.

Sebuah riset oleh Bazaarvoice, menunjukkan sekitar 47 persen konsumen lelah dengan konten influencer yang serupa dan berulang. Dengan kata lain, konsumen mulai meninggalkan para influencer karena kurangnya orisinalitas pada konten bersponsor mereka.

"Selain itu, masalah lain juga timbul dari transparansi dan efektivitas kampanye influencer. Karena enggak sedikit influencer yang membeli pengikut atau menggunakan bot untuk meningkatkan keterlibatan atau engagement palsu, hanya untuk mendapatkan bayaran merek yang lebih tinggi," paparnya. 

Studi perusahaan cyber security CHEQ, menemukan sekitar 15 persen dari biaya iklan influencer justru dihabiskan untuk membeli pengikut atau followers palsu. CHEQ mencatat, penipuan influencer jelas merugikan merek hingga USD 1,3 miliar per tahun. Hal ini tentu menyesatkan konsumen dan menciptakan masalah kepercayaan.

Kondisi ini juga tak lepas dari perubahan besar dalam cara konsumen berinteraksi dengan brand. Dewasa ini, era konsumen pasif telah berakhir dan sebagai gantinya, konsumen yang lebih muda secara aktif mencari keterlibatan yang otentik dengan brand melalui komunitas yang membagikan konten atau komentar tentang brand atau produk yang mereka sukai.

Kontradiktif

Jennifer mengatakan bahwa setelah bertahun-tahun mempercayai influencer yang mempromosikan produk yang bahkan tidak mereka sendiri gunakan, konsumen pada akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mempercayai apa yang dikatakan oleh influencer.  

Dalam kebanyakan kasus, influencer tidak tertarik dengan brand atau produk yang mereka promosikan. Mereka dapat mempromosikan produk yang bertentangan alias kontradiktif pada di saat yang bersamaan, misalnya mempromosikan pasta gigi di pagi hari dan permen di malam hari.

Ketidakpercayaan ini bukan tanpa alasan, berdasarkan statistik dari biro iklan Carmichael Lynch, sekitar 23 persen influencer itu sendiri merasa kesulitan untuk membangun konten bersponsor yang autentik. Bahkan, ketika ditanya tentang tantangan dalam bekerja dengan merek, 15 persen dari mereka mengaku tidak menyukai brand yang mereka promosikan.

Baca Juga: Rayakan Grey Day di Indonesia, New Balance Sulap Coffee Shop di BSD Jadi Grey Cafe

Salah satu kasus yang menyoroti masalah ini pernah menimpa kampanye brand kecantikan Amerika, Proactiv yang menggaet Kendall Jenner. Meski menjadi sosok influencer paling berpengaruh pada 2019, banyak konsumen yang mempertanyakan kolaborasi keduanya dan menuduh Kendall tidak jujur.

Pasalnya, dalam video promosi yang dipublikasikan di saluran YouTube Proactiv, Kendall bercerita bagaimana produk Proactiv membantunya merawat kulitnya. Namun, pengikut Kendall menuduh sang influencer tidak menggunakan produk Proactiv lantaran Kendall pernah berbicara tentang bagaimana dokter kulit membantunya mengatasi masalah kulit.

Alih-alih mengandalkan influencer, mayoritas konsumen saat ini lebih ingin terlibat dengan orang-orang yang bisa mereka percayai untuk mendapatkan informasi tentang produk. Orang-orang ini bukan lain adalah mereka yang benar-benar memiliki pengalaman dengan produk atau brand yang mereka promosikan.

 

 

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Lifestyle08 Desember 2024, 20:39 WIB

Flip Rilis Fitur Flexi Cicil, Ini 4 Keunggulaan yang Ditawarkan

Belanja dan Nyicil Berbagai E-commerce di Satu Aplikasi.
Flip. (Sumber: istimewa)
Techno08 Desember 2024, 20:07 WIB

Xreal Hadirkan 2 Kacamata Pintar Baru: One dan One Pro

Memberikan tampilan spasial sinematik tiga derajat kebebasan yang konsisten dari hampir semua perangkat.
Xreal One Series. (Sumber: Xreal)
Lifestyle08 Desember 2024, 18:51 WIB

Crunchyroll Anime Awards akan Digelar di Jepang pada May 2025

Nominasi diumumkan pada 3 April 2025, bertepatan dengan dimulainya voting penggemar global.
Crunchyroll Anime Awards 2025. (Sumber: Crunchyroll)
Techno08 Desember 2024, 18:34 WIB

Canva X Disney Tawarkan Ratusan Koleksi Khusus, Ada Elsa hingga Moana

Jelajahi keindahan dunia Disney dengan koleksi Disney yang kini tersedia di Canva.
Canva x Disney. (Sumber: Canva)
Lifestyle08 Desember 2024, 18:09 WIB

JAFF 2024 Sudah Berakhir, Film Happyend Gondol Penghargaan Golden Hanoman

JAFF berkomitmen untuk terus tumbuh tidak hanya semakin besar, namun tumbuh sehat bersama masyarakatnya.
JAFF 2024 dalam angka. (Sumber: dok. JAFF 2024)
Techno08 Desember 2024, 17:54 WIB

Twilio Segment Perluas Integrasi dengan AWS, Hadirkan Solusi Engagement Terpersonalisasi Skala Besar

Versi Beta dari Twilio Segment Linked Audiences kini tersedia untuk Amazon Redshift.
Twilio Segment x AWS. (Sumber: istimewa)
Startup06 Desember 2024, 19:15 WIB

Nex-BE Fest 2024: Mempertermukan Puluhan Startup dengan BUMN

Event ini juga termasuk upaya untuk menyinergikan startup dan BUMN.
Nex-BE Fest 2024. (Sumber: istimewa)
Automotive06 Desember 2024, 18:27 WIB

Dukung Elektrifikasi Pasar, Geely Auto Bermitra dengan Diler Indonesia

Kolaborasi ini menjadi langkah penting Geely dalam mengelektrifikasi pasar otomotif Indonesia.
Geely Auto resmi menjalin kerja sama dengan beberapa diler di Indonesia. (Sumber: dok. geely)
Startup06 Desember 2024, 18:13 WIB

Ringkas Resmi Berkantor di BSD City Tangerang, Perkaya Ekosistem Teknologi di Digital Hub

Kantor baru Ringkas di Biomedical Campus akan mendukung kantor pusat di Jakarta.
Ringkas kini berkantor di BSD City. (Sumber: istimewa)
Automotive06 Desember 2024, 17:59 WIB

New Honda PCX160 Mengaspal di Indonesia, Punya 3 Model

New Honda PCX160 mampu meningkatkan rasa percaya diri sekaligus menghadirkan kenyamanan kelas atas.
New Honda PCX160. (Sumber: Honda)