TikTok Ingin Konten Kreator Lebih Banyak Mengunggah Video Horizontal

makin mirip YouTube Short, TikTok mendorong kreator membuat video horizontal (Sumber: TikTok)

Platform video vertikal TikTok ingin pengguna memutar ponsel mereka dan mulai merekam video horizontal dan video berdurasi panjang.

Baca Juga: Antler Investasi Pre-Seed untuk 37 Startup

Dikabarkan oleh The Verge, TikTok tampaknya memberikan insentif kepada pembuat konten untuk mulai memposting video horizontal yang berdurasi lebih dari satu menit, menurut permintaan yang dilihat oleh pembuat konten @candicedchap dan @kenlyealtumbiz.

Platform tersebut mengatakan akan 'meningkatkan' durasi video ini dalam waktu 72 jam setelah diposkan.

"Kreator yang telah menggunakan TikTok selama lebih dari tiga bulan berhak mendapatkan peningkatan jumlah penonton, selama video tersebut bukan iklan atau berasal dari partai politik," tulis laman itu, dikutip Selasa (30/1/2024).

The Verge menghubungi TikTok untuk mendapatkan informasi tambahan tetapi tidak segera mendapat tanggapan

Baca Juga: ChatGPT Dituding Oleh Pengawas Italia Telah Melanggar Aturan Privasi Data

Kebanyakan orang yang menonton TikTok melakukannya di ponsel mereka, bingkai unggahan TikTok sangat cocok untuk format video vertikal.

'YouTubeisasi' TikTok telah terjadi cukup lama. Platform ini sedang menguji video berdurasi 30 menit, dan itu terjadi hanya beberapa bulan setelah platform tersebut mulai memperluas durasi video hingga 15 menit.

Sebagian besar video YouTube cenderung berdurasi 10 menit atau lebih, karena alasan monetisasi daripada konten berdurasi singkat yang membuat TikTok terkenal.

Ini bukan pertama kalinya TikTok mendorong asetnya yang paling berharga, yaitu para kreator, untuk memposting lebih banyak konten seperti YouTube di platform ini. Program paywall barunya, Series, memungkinkan pengguna membuat koleksi video, hingga 20 menit, untuk pelanggan berbayar.

Para kreator bisa menetapkan harga mulai dari $1 hingga $190.

Dengan video horizontal dan meningkatnya preferensi terhadap konten yang lebih panjang, pembuat konten mungkin tergoda untuk menganibal materi YouTube mereka.

Meskipun YouTube, atau setidaknya YouTube Shorts, masih membayar kreator lebih banyak, mengulang konten yang sama di berbagai platform sudah terjadi. YouTube, di sisi lain, memperkenalkan lebih banyak fitur sehingga akan terasa lebih seperti TikTok.

Baca Juga: MeshBio Raih Pendanaan Rp55 Miliar

Baca Juga: Linktree Rilis Fitur untuk Penjadwalan dan Pengarsipan Tautan

Belum lama ini TikTok dilaporkan sedang menguji fitur AI Song; sebuah fitur yang menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk membuat lagu berdasarkan perintah yang dimasukkan pengguna.

AI Song adalah fitur eksperimental dan saat ini hanya tersedia untuk sejumlah pengguna tertentu.

Fitur ini kali pertama erlihat pada pekan lalu. AI Song sepertinya belum tersedia untuk semua orang, namun beberapa pengguna TikTok sudah mulai bereksperimen dengannya.

Fitur AI Song dirancang untuk bersenang-senang, bukan untuk mencoba membuat lagu viral berikutnya.

AI Song menghasilkan lagu dari perintah teks dengan bantuan model bahasa besar Bloom. Pengguna dapat menuliskan lirik pada kolom teks saat membuat postingan. TikTok kemudian akan merekomendasikan AI Song untuk menambahkan suara ke postingan, dan mereka dapat mengubah genre lagu.

Juru bicara TikTok, Barney Hooper, menjelaskan bahwa secara teknis fitur ini bukan pembuat lagu (yang ditenagai) AI, namanya kemungkinan akan berubah dan saat ini sedang dalam pengujian.

"Setiap musik yang digunakan berasal dari katalog yang disimpan sebelumnya yang dibuat dalam bisnis. Intinya memasangkan lirik dengan musik yang sudah disimpan sebelumnya, berdasarkan tiga genre: pop, hip-hop, dan EDM," lanjut Barney kepada The Verge.

Baca Juga: Empat Kreator TikTok Diundang ke World Economic Forum, Sampaikan Misi Mereka di Swiss

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI