Beberapa Negara Blokir DeepSeek, Pakar Sebut sebagai Bentuk Kedaulatan

Rahmat Jiwandono
Rabu 19 Februari 2025, 18:58 WIB
DeepSeek. (Sumber: shutterstock)

DeepSeek. (Sumber: shutterstock)

Techverse.asia - Popularitas DeepSeek, aplikasi chatbot berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligent (AI) asal China, mulai mendapat beragam penolakan dari sejumlah negara. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia, Irlandia, Italia, Taiwan, Korea Selatan, dan India memutuskan untuk memblokir DeepSeek dengan alasan keamanan data yang dihimpun oleh aplikasi tersebut.

Peneliti isu masyarakat digital sekaligus Deputi Sekretaris Center for Digital Society (CfDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) UGM, Iradat Wirid mengatakan, pemblokiran tersebut sebagai proteksi yang baik dan lumrah karena setiap negara memiliki kedaulatan digital yang memang harus dipegang teguh.

“Beberapa negara yang menolak pun, belum pada level pemblokiran di masyarakat ya, terbatas di pemerintahan. Ini merupakan langkah protektif untuk memberikan sinyal bahwa DeepSeek perlu dipantau serius karena dianggap tidak transparan terkait penggunaan data,” katanya, Rabu (19/2/2025).

Baca Juga: OnePlus Watch 3 Hadir dengan Tampilan yang Lebih Bagus, Cek Speknya

Iradat menjelaskan bahwa secara umum adanya DeepSeek memberikan alternatif bagi masyarakat, developer atau pekerja-pekerja yang memang mampu mengoptimalisasi tools ini untuk tidak bergantung pada ChatGPT atau tools lain yang sudah ada.

Hingga saat ini di Indonesia memang belum ada laporan permasalahan serius untuk DeepSeek, namun pemerintah sebagai regulator yang berpegang pada beberapa UU seperti ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), PDP (Pelindungan Data Pribadi).

Selain itu, Perpres Keamanan Siber harus tegas dan taat apabila memang ada privacy policy dari Deepseek yang dianggap merugikan negara, dalam hal ini potensi kebocoran data rahasia negara, dan merugikan masyarakat seperti kebocoran data pribadi.

Ia berujar pemerintah sebaiknya memang membiasakan diri untuk melakukan penilaian pada tiap-tiap aplikasi atau teknologi yang masuk untuk memastikan semua taat pada aturan hukum yang memang negara kita sudah miliki.

Baca Juga: 2 Negara Ini Meminta Klarifikasi DeepSeek Mengenai Penggunaan Data Warganya

“Jangan hanya keputusan reaktif karena mengikuti negara lain dan viralitas di media sosial. Aturan hukum kita sudah memiliki indikator yang bisa mengukur apakah perlu dilarang atau dibatasi atau bahkan jalan saja?” ujarnya.

Menurutnya, akar masalah yang dihadapi Indonesia dalam mengatur penggunaan platform semacam DeepSeek adalah kecakapan dalam literasi digital. Kemampuan masyarakat dalam memahami potensi masalah tentang keamanan digital masih sangat lemah.

Masyarakat sering abai pada banyak hal apabila ada iming-iming ‘gratis’ pada sebuah penawaran, terutama aplikasi atau teknologi. “Tentu yang harus dilihat lebih dalam, apa konsekuensi dari hal-hal yang gratis ini. Apakah ada data collecting yang bermasalah? Apakah ada potensi kejahatan di masa depan? Masyarakat harus lebih aware akan hal-hal ini,” paparnya.

Baca Juga: Mengenal DeepSeek: Perusahaan AI yang Viral karena Mampu Saingi OpenAI

Jika masyarakat waspada akan ‘barang baru’, semakin baik nantinya karena masyarakat punya kemampuan personal untuk memproteksi dirinya di dunia digital. Terkait DeepSeek, selama masih bisa mengaksesnya berarti pemerintah tidak menganggap aplikasi ini sebagai pelanggar regulasi.

Namun, masyarakat diimbau untuk bisa banyak membaca pemberitaan perihal Deepseek ini. “Kalau memang ragu ya jangan digunakan saja,” urainya.

Ia lalu memberikan saran untuk penggunaan DeepSeek ataupun aplikasi-aplikasi lain yang terus bermunculan di era digital saat ini. Penggunaan e-mail baru untuk login ke aplikasi yang masih diragukan kebijakan privasi datanya adalah tindakan preventif pertama yang bisa dilakukan oleh masyarakat.

Dia juga mengimbau untuk tidak membagikan data pribadi secara publik di aplikasi-aplikasi yang banyak digunakan rutin, terutama media sosial, karena rentan untuk disalahgunakan.

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Bisa Gantikan Pekerjaan Manusia, CfDS UGM: Perlu Adaptasi dalam Hukum

Seiring dengan meningkatnya digitalisasi dan pergeseran ke ekonomi berbasis teknologi, salah satu isu yang cukup menarik adalah potensi Indonesia untuk mengembangkan inovasi yang bisa menyaingi atau bahkan mengatasi masalah yang ada pada platform pencarian informasi seperti DeepSeek.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno17 Desember 2025, 19:17 WIB

Razer Meluncurkan Raiju V3 Pro: Kontroler E-sports Elit untuk PlayStation 5

Begini spesifikasi lengkap dan harganya.
Raizer Raiju V3 Pro. (Sumber: Raizer)
Hobby17 Desember 2025, 18:36 WIB

Review Avatar Fire and Ash: Konflik Keluarga yang Berlapis dan Kritik Ekologis

Dibanding pendahulunya, film baru ini lebih banyak menyuguhkan aksi dan tentunya visual yang akan membuat mata penonton terbelalak.
Varang adalah pemimpin dari Suku Ash (Mangkwan). (Sumber: 20th Century Studios)
Techno17 Desember 2025, 15:59 WIB

Garmin InReach Mini 3 Plus: Komunikator Satelit dengan Fitur Berbagi Suara, Teks, dan Foto

Perangkat komunikasi yang membantu penjelajah tetap terhubung dengan orang-orang saat berpetualang di luar jangkauan sinyal telepon seluler.
Garmin InReach Mini 3 Plus. (Sumber: Garmin)
Lifestyle17 Desember 2025, 11:25 WIB

Satu Dekade Berkiprah di Industri Kreatif, Tahilalats Selenggarakan Ben's Backyard

Ini lokasi acaranya dan tanggal berlangsungnya, yuk kunjungi.
Tahilalats menggelar event Ben's Backyard di mall Bintaro Jaya Xchange, Tangerang, Banten. (Sumber: dok. tahilalats)
Techno17 Desember 2025, 10:29 WIB

Ayaneo Pocket Play: Perpaduan Smartphone Sekaligus Perangkat Gaming Genggam

Pocket Play dapat digeser keluar untuk menampilkan tombol ABXY, dua touchpad, dan D-pad.
Ayaneo Pocket Play. (Sumber: Ayaneo)
Startup17 Desember 2025, 10:11 WIB

BII Investasi Langsung ke Xurya, Siap Danai Startup Climatech di Asia Tenggara

Britisih International Investment berkomitmen untuk menginvestasikan £308 juta untuk pendanaan iklim di Asia Tenggara.
Ilustrasi panel surya dari Xurya.
Techno17 Desember 2025, 08:47 WIB

Spotify Menambahkan Fitur Prompted Playlist, Baru Tersedia di Selandia Baru

Fitur anyar ini memungkinkan membuat daftar putar lagu menurut instruksi tersebut dan riwayat mendengarkan pengguna.
Prompted Playlist memungkinkan mengontrol AI Spotify dengan memberi tahu apa yang ingin didengarkan. (Sumber: Spotify)
Lifestyle15 Desember 2025, 17:39 WIB

52% Konsumen Indonesia Secara Dominan Berbelanja Melalui Social Commerce

DoubleVerify Mengungkap Perilaku Konsumen dalam Sosial Media pada Laporan 2025 Global Insights 'Walled Gardens'
Ilustrasi social commerce. (Sumber: istimewa)
Techno15 Desember 2025, 17:29 WIB

Meta Desain Ulang Facebook, Apa Saja yang Berubah?

Meta mencoba membuat Facebook menjadi lebih baik dengan menyederhanakan beberapa hal.
Ilustrasi Facebook Marketplace. (Sumber: Meta)
Techno15 Desember 2025, 17:07 WIB

Spek Lengkap Huawei Mate X7, Ada Model Collector Edition

Perangkat ini bukan hanya indah dipandang, tetapi juga merupakan bukti ketahanan yang luar biasa.
Huawei Mate X7. (Sumber: Huawei)