Heboh 'Project S' TikTok Diduga Ancam UMKM, Begini Saran Akademisi

Uli Febriarni
Senin 24 Juli 2023, 12:59 WIB
TikTok

TikTok

TikTok dikabarkan memiliki Project S, yang bisa membaca kebiasaan konsumen pengguna aplikasi tersebut untuk berbelanja. Banyak pihak -tak terkecuali di kanal media sosial- memandang Project S sebagai ancaman buat produk dalam negeri, khususnya usaha mikro kecil menengah (UMKM) lokal.

Kabar tersebut menjadi perhatian tersendiri, karena banyak UMKM yang menggunakan TikTok untuk melakukan live selling (menjual lewat siaran langsung). Sehingga TikTok dapat dengan mudah mengakses informasi penjualan produk UMKM tersebut.

Mengetahui hal itu, Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Made Gita Nadya Ayu Ariani memberikan tanggapan.

Menurutnya, ada peluang dan ancaman bagi UMKM lewat kemunculan Project S TikTok.

Baca Juga: Ditambahkan ChatGPT, MyTelkomsel Veronika Lebih Pintar

Baca Juga: ChatGPT untuk Android Akan Diluncurkan Minggu Depan, Sudah Bisa Daftar Sekarang di Google Play Store

"Kekhawatiran UMKM adalah TikTok sebagai pesaing potensial. Platform ini memiliki akses informasi pelanggan dan kemampuan untuk memproduksi duplikasi produk dengan bantuan pabrik di China," jelasnya, dilansir dari keterangan tertulis, Senin (24/7/2023).

Gita menyarankan UMKM meningkatkan kualitas produk yang mereka jual. Produk-produk China produksi seringkali memiliki konotasi kualitas yang kurang bagus dan membutuhkan waktu distribusi yang lama hingga sampai di Indonesia.

Oleh karena itu, UMKM perlu melakukan perbaikan dengan meminta umpan balik dari pelanggan untuk terus melakukan peningkatan kualitas produk.

"UMKM dapat bersaing dengan kompetitor yang memproduksi secara massal, caranya yakni memanfaatkan peluang dengan membuat produk yang disesuaikan preferensi pelanggan. Sehingga, menciptakan kekhasan produk yang unik," tuturnya.

Meskipun Project S telah hadir di Indonesia, UMKM masih dapat memanfaatkan livestream di TikTok untuk membangun hubungan emosional dengan pelanggan dan mengedukasi pasar, imbuhnya. Namun, perlu untuk tidak menyebutkan bahan baku atau resep yang bersifat rahasia bagi produsen.

Pemerintah tetap perlu mengikuti perkembangan teknologi dan menyusun regulasi yang jelas untuk perdagangan online di Indonesia. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga ketahanan ekonomi UMKM.

Regulasi yang bisa dibuat antara lain membatasi impor produk dan mempertahankan produk dalam negeri. Dengan adanya regulasi yang memadai, UMKM dapat terlindungi dan memiliki peluang lebih baik dalam menghadapi persaingan di era digital.

"Pemerintah dapat mengawasi impor barang dengan bea cukai dan menerapkan persyaratan komponen lokal sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini bertujuan untuk melindungi UMKM dan menjaga persaingan yang adil di pasar," pungkasnya.

Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh tentang Hyundai IONIQ 5 N, Punya 3 Pilar Ini

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menilai Project S berpotensi mengancam UMKM. Diperkirakan karena 21 juta UMKM lokal sudah bergabung di marketplace. Namun, sebagian besar barang yang dijual itu adalah hasil impor.

Menurut Teten, ini terkait dengan perangkat teknologi TikTok, yang memiliki algoritma dapat membaca kebiasaan penggunanya, sehingga dapat menjadi data yang digunakan untuk menggambarkan ketertarikan konsumen di Indonesia.

Dengan begitu, TikTok bisa memberikan informasi kepada produsen UMKM di China yang mau masuk ke Indonesia.

"Ini suatu ancaman. Kita sudah perdagangan bebas, tapi saya kira setiap negara juga perlu melindungi UMKM, jangan sampai kalah bersaing," katanya, dikutip lewat CNN.

Dikutip dari artikel Financial Times, Project S merupakan upaya TikTok untuk mulai menjual produknya sendiri.

Project S disebut dipimpin oleh Bob Kang, kepala e-commerce ByteDance, yang baru-baru ini melakukan perjalanan dari Shanghai, untuk mengkoordinasikan langkah-langkah untuk eksekusi program tersebut di kantor TikTok di London.

Program ini dilaporkan bekerja dengan memanfaatkan pengetahuan TikTok tentang barang-barang yang menjadi viral di aplikasi. Hal tersebut memungkinkan ByteDance untuk mendapatkan atau membuat barang-barang itu sendiri. TikTok kemudian mempromosikan produk buatannya secara besar-besaran dan mengalahkan penjual lain di TikTok.

Menanggapi hal ini, perwakilan TikTok Indonesia mengindikasikan UMKM tak perlu khawatir soal Project S. Pasalnya, program tersebut tak tersedia di Indonesia.

"Tidak ada bisnis lintas batas (cross-border) di TikTok Shop Indonesia," ujarnya, via pesan singkat kepada CNBC Indonesia.

Lebih lanjut, ia menjamin bahwa TikTok Indonesia berkomitmen untuk memberdayakan UMKM lokal. Selain itu, ia juga sesumbar TikTok masih terus berinvestasi di Indonesia.

Sebagai informasi, kehebohan Project S TikTok pertama kali muncul di Inggris. Pengguna di Inggris melaporkan ada fitur baru bernama 'Trendy Beat' yang muncul di aplikasi. Isinya adalah barang-barang yang populer di TikTok.

Menurut orang dalam, barang-barang itu dikirim dari China dan dijual oleh perusahaan yang terdaftar di Singapura di bawah naungan ByteDance.

ByteDance yang merupakan induk TikTok berinisiatif membangun unit ritel online. ByteDance ingin menjual produk mereka sendiri via TikTok Shop, dan kabarnya sudah banyak merekrut orang-orang berpengalaman.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Startup17 Desember 2025, 10:11 WIB

BII Investasi Langsung ke Xurya, Siap Danai Startup Climatech di Asia Tenggara

Britisih International Investment berkomitmen untuk menginvestasikan £308 juta untuk pendanaan iklim di Asia Tenggara.
Ilustrasi panel surya dari Xurya.
Techno17 Desember 2025, 08:47 WIB

Spotify Menambahkan Fitur Prompted Playlist, Baru Tersedia di Selandia Baru

Fitur anyar ini memungkinkan membuat daftar putar lagu menurut instruksi tersebut dan riwayat mendengarkan pengguna.
Prompted Playlist memungkinkan mengontrol AI Spotify dengan memberi tahu apa yang ingin didengarkan. (Sumber: Spotify)
Lifestyle15 Desember 2025, 17:39 WIB

52% Konsumen Indonesia Secara Dominan Berbelanja Melalui Social Commerce

DoubleVerify Mengungkap Perilaku Konsumen dalam Sosial Media pada Laporan 2025 Global Insights 'Walled Gardens'
Ilustrasi social commerce. (Sumber: istimewa)
Techno15 Desember 2025, 17:29 WIB

Meta Desain Ulang Facebook, Apa Saja yang Berubah?

Meta mencoba membuat Facebook menjadi lebih baik dengan menyederhanakan beberapa hal.
Ilustrasi Facebook Marketplace. (Sumber: Meta)
Techno15 Desember 2025, 17:07 WIB

Spek Lengkap Huawei Mate X7, Ada Model Collector Edition

Perangkat ini bukan hanya indah dipandang, tetapi juga merupakan bukti ketahanan yang luar biasa.
Huawei Mate X7. (Sumber: Huawei)
Techno15 Desember 2025, 15:32 WIB

Apple Fitness Plus Berekspansi ke 28 Pasar Baru

Untuk bisa menggunakan layanan ini, pengguna harus berlangganan bulanan.
Apple Fitness Plus. (Sumber: Apple)
Techno15 Desember 2025, 15:21 WIB

OpenAI x Disney: Hadirkan Ratusan Karakter ke Sora dan ChatGPT

Karakter Disney akan hadir di Sora, dan konten AI murahan akan ada di Disney Plus.
OpenAI dan Disney bekerja sama untuk menghadirkan karakter Disney ke Sora. (Sumber: OpenAI)
Automotive15 Desember 2025, 14:31 WIB

Harga dan Spesifikasi Kawasaki Z900RS Series, Tawarkan 2 Model

Z900RS Series memadukan estetika klasik dan engineering modern.
Kawasaki Z900RS. (Sumber: Kawasaki)
Automotive15 Desember 2025, 13:56 WIB

Aksesori Resmi Honda Scoopy Bikin Tampilannya Tambah Retro

Yuk bikin motormu tampil beda.
Aksesori resmi Honda Scoopy.
Techno12 Desember 2025, 19:39 WIB

TicNote Pods: Earbud Pencatat Catatan Bertenaga AI 4G Pertama di Dunia

Earbud ini tersedia dalam dua kelir dan harganya hampir mencapai Rp5 juta.
TicNote Pods. (Sumber: Mobvoi)