Dua tahun lalu, tim peneliti University of Alberta menemukan dua mineral yang mereka klaim sebagai jenis mineral baru.
Tim yang juga terdapat pakar meteorit di dalamnya itu, mempublikasikan hasil penelitian mereka atas dua mineral tersebut, pada akhir November 2022.
Dalam artikel mengenai temuan yang dikumpulkan dari dekat El Ali, Somalia tersebut, tim menyatakan belum pernah melihat dua mineral baru itu sebelumnya.
Laman University of Alberta merunut kronologinya. Jadi, pada awalnya mereka menemukan meteorit seberat 15 ton, yang diklaim 'belum pernah terlihat sebelumnya di bumi.
Lalu, mereka memotong meteorit itu, dan mengambil bagiannya sekitar 70 gram dan dikirim ke universitas untuk dicek klasifikasinya.
Seorang Profesor di Departemen Ilmu Bumi & Atmosfer University of Alberta, Chris Herd, mengatakan bahwa dua mineral yang tim temukan itu resmi dijelaskan sebagai mineral baru bagi sains.
Sebelum itu, Herd mengklasifikasikan meteorit El Ali sebagai meteorit 'IAB complex'. Jenis meteorit yang terbuat dari besi, dengan bentuk bintik-bintik dan bongkahan silikat.
Resmi disebutnya mineral ini sebagai mineral baru, didasari oleh hasil identifikasi dan klasifikasi yang dilakukan oleh Kepala Laboratorium Mikroprobe Elektron kampus itu, yang bernama Andrew Locock. Andrew ini sebelumnya pernah terlibat dalam deskripsi mineral baru lain, termasuk Heamanite-(Ce).
Tim University of Alberta meneliti kandungan mineral dalam meteorit itu tidak sendirian, melainkan bersama California Institute of Technology. Informasi bahwa ini adalah mineral baru, bahkan diketahui oleh pihak laboratorium sejak hari pertama identifikasi dilakukan.
"Ini fenomenal!. Seringkali dibutuhkan lebih banyak usaha daripada itu untuk mengatakan 'ada mineral baru'," ujar lelaki yang juga merupakan kurator dari University of Koleksi Meteorit Alberta ini, dikutip dari laman universitas, Sabtu (31/12/202).
Chris menilai bahwa, setiap ada kemunculan penemuan mineral baru maka itulah sebuah kondisi geologis yang sebenarnya, seperti kondisi kimia dan batuan yang pernah ditemukan sebelumnya.
Pada perjalanannya, mineral baru itu dinamai masing-masing sebagai elaliite dan elkinstantonite.
Dinamakan 'elaliite' karena ditemukan di dekat El Ali, di Somalia. Sedangan mineral kedua dinamai 'elkinstantonite', merujuk pada nama ilmuwan Lindy Elkins-Tanton. Lindy adalah seorang profesor di Sekolah Eksplorasi Bumi dan Luar Angkasa Arizona State University dan penyelidik utama misi Psyche NASA.
Penamaan menjadi bentuk apresiasi Herd, atas dedikasi Lindy dalam mengeksplorasi bagaimana inti planet terbentuk.
"Lindy telah melakukan banyak pekerjaan tentang [mengkaji] bagaimana inti planet terbentuk, bagaimana inti besi nikel ini terbentuk, dan analog terdekat yang kita miliki adalah meteorit besi. Jadi masuk akal untuk menamai mineral dengan namanya dan mengakui kontribusinya pada sains," kata Herd, di tulisan berbeda.
Para peneliti terus memeriksa mineral, untuk menentukan apa yang dapat mereka bagikan tentang kondisi meteorit saat terbentuk. Termasuk sebuah petunjuk atau pengetahuan baru, tentang bagaimana proses geologi pembentukan asteroid.
"Itulah keahlian saya, yakni mengenai bagaimana Anda mempelajari proses geologis dan sejarah geologis asteroid, yang pernah menjadi bagian dari batuan ini," kata Herd.
"Saya tidak pernah berpikir saya akan terlibat dalam mendeskripsikan mineral baru hanya karena mengerjakan meteorit," lanjut dia.
Herd juga mencatat bahwa, setiap penemuan mineral baru mungkin dapat menghasilkan penggunaan baru pula yang menarik di kemudian hari.
"Setiap kali ada materi baru yang diketahui, para ilmuwan material juga tertarik karena potensi penggunaannya dalam berbagai hal di masyarakat," imbuhnya.
Mereka juga berpikir, andaikan para peneliti mendapatkan lebih banyak sampel dari meteorit masif, ada kemungkinan lebih banyak lagi yang dapat ditemukan.
Herd di akhir menyatakan, meteorit tersebut tampaknya telah dipindahkan ke China.