Techverse.asia - Wregas Bhanuteja bersiap meramaikan bioskop Indonesia pada tahun depan melalui film barunya yang berjudul Para Perasuk. Film ini diproduksi oleh Rekata Studio bersama dua mitra internasional dari negara Singapura dan Prancis. Para Perasuk tergolong dalam film drama supernatural Indonesia.
Para Perasuk akan menggelar world premiere di Sundance Film Festival 2026 di Amerika Serikat (AS), yang dilaksanakan pada 22 Januari hingga 1 Februari mendatang, bertempat di Park City dan Salt Lake City, Utah. Sundance Film Festival sendiri merupakan salah satu festival film paling bergengsi di dunia.
Baca Juga: Sinopsis Serial Pluribus Resmi Tayang di Apple TV Plus, Disutradari Vince Gilligan
Sinopsis tentang film Para Perasuk menyuguhkan bahwa kerasukan bukan sebagai sesuatu yang menakutkan. Diambil di sebuah desa fiktif bernama Desa Latas, di mana warganya sering menganggap kalau kerasukan roh sebagai sebuah pesta dan cara buat santai sejenak dari beban realitas.
Dijelaskan Wregas, total ada 20 roh binatang fiktif dalam filmnya itu, mulai dari lintah, kerbau, dan bulus. Ceritanya mengikuti karakter Bayu (Angga Yunanda), dia punya obsesi menjadi seorang 'Perasuk' - medium penyalur roh halus - dan harus bersaing ketat dengan kandidat lain yakni Pawit (Chicco Kurniawan) dan Ananto (Bryan Domani).
"Para Perasuk merupakan proses Bayu untuk lantas menjajal memaafkan dirinya dan menerima masa lalu, untuk akhirnya Bayu bisa menyalurkan kasih sayang sebagai seorang 'Perasuk'," kata sutradara asal Jogja ini kami kutip, Jumat (12/12/2025).
Poster dan teaser film Para Perasuk juga telah dirilis. Dalam poster tersebut menunjukkan masyarakat pada citra visual dan karakter-karakter utama dalam film tersebut dengan cara yang unik dari film lokal pada umumnya. Juga menampilkan para pemerannya dalam balutan estetika yang merefleksikan tema supranatural.
Baca Juga: Kawasaki Z1100 ABS MY2026 Dipasarkan di Indonesia, Harga Hampir Rp400 Juta
Rekata Studio hari ini juga telah merilis teaser Para Perasuk. Dalam video berdurasi 1 menit 16 detik tersebut memperlihatkan cuplikan di mana Maudy Ayunda (Laksmi) tampil dalam sebuah adegan intens, sementara Anggun C. Sasmi (Guru Asri) sibuk memimpin ritual, dan Angga Yunanda meniup suling yang menggambarkan situasi kehidupan di pedesaan fiktif itu.
Hal yang menarik dari film ini ialah Anggun yang melakukan debut aktingnya di film nasional. Di sini, Guru Asri adalah seorang Perasuk senior yang sangat berkarisma. Wregas menilai bahwa penyanyi internasional ini punya kedalaman ekspresi yang mampu memperkuat figurnya tanpa perlu banyak gestur.
"Saat saya membayangkannya, saya langsung teringat oleh Anggun dan energi yang ia miliki," ujarnya.
Baca Juga: 4 Aktor Ini Dikabarkan akan Membintangi Film Heat 2
Maudy Ayunda sendiri dituntut bisa menyampaikan emosi secara klir. Menurut Wregas, dia punya kemampuan teknis yang bagus kaitannya dengan mengolah eskpresi lembut tetapi berdampak kuat terhadap dinamika adegan. Ia mampu menangkap kompleksitas karakter Laksmi cuma dengan perubahan tatapan serta ritme bicara yang terukur.
Selain kedua aktris tersebut, Angga Yunanda harus keluar dari zona nyamannya karena dia harus berlatih meniup alat musik tradisional yaitu slompret selama berbulan-bulan hingga melatih gestur tubuh merayap bak binatang. "Medan yang dilewati oleh si Bayu ini sangat beragam. Mulai dari tanah biasa hingga ada batu, sampai aspal di tengah terik matahari," kata Angga.
Bagi Bryan Domani, karakter Ananto terbilang agak sombong dan ambisius, juga punya tantangan yang tak kalah berat. Ia harus bisa menjaga tempo permainan alat musik tam-tam atau kendang sembari melakoni dialog panjang. "Tantangan terbesarnya menurutku adalah harus belajar metronom. Itu sampai masuk ke dalam mimpiku," selorohnya.
Baca Juga: Amerika Serikat Naikkan Tarif Impor Film, Perfilman Indonesia Saatnya Tampil















