Techverse.asia - Pasar kripto menunjukkan penguatan signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan kapitalisasi pasar naik dan harga Bitcoin dan Ethereum kembali melesat. Berdasarkan data dari CoinMarketCap per Selasa (28/10/2025), kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan tercatat di sekitar US$3,86 triliun (naik 3,6 persen dalam 24 jam).
Sementara itu, harga Bitcoin berada di sekitar US$114 ribu atau sekitar Rp1,89 miliar dengan kenaikan 3,5 persen dalam tujuh hari terakhir. Dalam periode yang sama, Ethereum naik 4,1 persen ke level sekitar US$4.100, Solana dan XRP kompak naik lebih dari 6 persen, serta PUMP, HYPE, dan JUP melesat lebih dari 20 persen.
Baca Juga: Spek Lengkap dan Harga Motorola Moto G06 Power dan Moto G06
Namun dibalik optimisme pasar kripto, Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku mengatakan terdapat faktor-pendorong spesifik, sentimen yang perlu diperhatikan, serta skenario untuk sisa tahun 2025 dan 2026.
"Beberapa faktor utama yang mendorong penguatan diantaranya adalah ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed, perkembangan negosiasi dagang AS-China, dan kembali meningkatnya optimisme investor terhadap instrumen berisiko (risk-on). Sentimen bahwa The Fed pekan ini akan kembali menurunkan suku bunga acuan menciptakan arus masuk ke aset berisiko, termasuk kripto," jelasnya.
Selain itu, koreksi signifikan yang terjadi sebelumnya yang sempat membuat kapitalisasi pasar kripto turun ke sekitar US$3,53 triliun pada 17 Oktober lalu turut membuat aset-aset kripto utama seperti BTC, ETH, dan beberapa altcoin besar yang sedang banyak diakumulasi oleh investor institusi, memiliki harga yang lebih menarik untuk dibeli seiring dengan mulai menipisnya tekanan jual.
Setelah periode penurunan tajam tersebut, beberapa dana terlihat mulai masuk kembali ke pasar kripto dengan ETF Bitcoin dan Ethereum spot yang membukukan total netflow masing-masing sekitar US$477 juta dan US$141 juta pada perdagangan 21 Oktober.
Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Iklim Investasi Global Turun Tipis
"Beberapa sentimen kunci yang akan diperhatikan oleh para pelaku pasar di minggu ini diantaranya keputusan suku bunga dan proyeksi ekonomi The Fed, potensi perubahan kebijakan, regulasi kripto, atau sentimen global seperti negosiasi dagang AS-China, dan perkembangan terkait data ekonomi makro AS," katanya.
Jika The Fed memberi sinyal dovish atau benar-benar mempertegas akan adanya penurunan suku bunga lanjutan di Desember mendatang, hal ini bisa memicu gelombang risk-on baru. Sebaliknya, jika The Fed memberi sinyal hawkish atau menunda pemangkasan, maka pasar kripto bisa kembali tertekan.
Jika The Fed mendukung tren pelonggaran jangka menengah, likuiditas akan meningkat, dan adopsi institusional kripto berpotensi semakin menguat, ini bisa menjadi momentum bullish lanjutan yang kuat bagi pasar kripto secara keseluruhan.
"Akan tetapi jika The Fed menekankan tentang kekhawatiran mereka terhadap proyeksi inflasi terlepas dari penurunan suku bunga yang dilakukan pada pertemuan 29 Oktober ini, maka pasar bisa stagnan atau bahkan terkoreksi," paparnya.
Baca Juga: Forbes Gunakan Blockchain Ethereum untuk Menyimpan Daftar 30 Under
Apabila skenario bullish terjadi, Bitcoin berpotensi breakout dari kisaran US$120 ribu dan US$125 ribu. Namun jika gagal, dan skenario bearish yang terjadi dengan preferensi The Fed untuk lebih berhati-hati, maka risiko koreksi kembali ke area US$108 ribu dapat meningkat.
"Di tengah potensi dapat berkembangnya peluang penguatan signifikan, namun juga diiringi dengan risiko besar bila sentimen berubah, terdapat beberapa strategi yang menarik untuk diperhatikan oleh para investor khususnya dengan masih relatif solidnya aliran dana institusional di pasar kripto," katanya.
Bagi investor jangka menengah hingga panjang, memposisikan sebagian portofolio pada aset kripto terbesar seperti Bitcoin dan Ethereum cukup menarik untuk dipertimbangkan, dengan catatan kesiapan menghadapi volatilitas tinggi.
Baca Juga: Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi Mencapai Rp2 Miliar, Reli akan Berlanjut?














