Techverse.asia - Mesin pencari berbasis AI, Perplexity menawar untuk membeli Chrome dari Google senilai US$34,5 miliar tunai atau sekitar Rp556,20 triliun dalam sebuah penawaran yang tidak diminta. Penawaran ini muncul beberapa bulan setelah Perplexity menyatakan akan membeli Chrome jika pemerintah memaksa Google untuk menjual perambannya.
Syarat-syarat penawaran tersebut mencakup komitmen untuk mempertahankan mesin yang mendasari Chrome, Chromium, sebagai sumber terbuka dan terus berinvestasi di dalamnya.
Baca Juga: Bing Chat Akan Hadir di Google Chrome dan Safari
Sebagai bagian dari penawarannya, yang dijuluki Perplexity sebagai Proyek Solomon, perusahaan rintisan AI tersebut menyatakan akan berkomitmen untuk berinvestasi sebesar US$3 miliar atau setara dengan Rp48,36 triliun selama 24 bulan dalam hal keandalan, kinerja, keamanan, dan skala dukungan pelanggan.
Perusahaan juga menyatakan mereka akan memberikan tawaran pekerjaan kepada sebagian besar personel kunci yang ditunjuk dengan insentif retensi.
Perplexity juga berjanji untuk tidak mengubah pengaturan default pengguna Google Chrome, termasuk mesin pencari default. Artinya, Perplexity berjanji untuk tetap menggunakan Google sebagai mesin pencari daripada menjadikan opsi bertenaga AI-nya sendiri sebagai default.
Salah satu alasan pembelian ini mengejutkan: Perplexity punya valuasi sebesar US$18 miliar. Menurut Perplexity, beberapa investor, termasuk beberapa dana modal ventura besar yang tidak disebutkan namanya, telah setuju untuk mendukung transaksi ini secara penuh, menurut laporan The Wall Street Journal.
Baca Juga: Opera Rombak VPN Pro, Menawarkan Keamanan dan Kecepatan yang Lebih Baik
CEO Perplexity Aravind Srinivas telah mengirimkan surat pada 12 Agustus kepada Google dan CEO Alphabet Sundar Pichai, yang merinci ketentuan penawaran. Ia mengatakan bahwa tawaran untuk membeli Chrome dirancang untuk memenuhi tuntutan hukum antimonopoli demi kepentingan publik tertinggi dengan menempatkan Chrome pada operator independen yang kompeten.
Surat Perplexity menginstruksikan Pichai untuk 'menunjukkan persetujuan Google terhadap ketentuan surat ini' dengan menandatangani dan mengembalikan perjanjian 'selambat-lambatnya pukul 18.00 (Waktu Pasifik) pada 15 Agustus 2025.'
Didirikan pada 2022, Perplexity baru-baru ini merilis peramban bertenaga AI bernama Comet, yang dapat melakukan tugas-tugas tertentu atas nama pengguna.
Akuisisi Google Chrome akan memungkinkannya untuk memanfaatkan lebih dari tiga miliar pengguna peramban tersebut, memberinya kekuatan untuk bersaing lebih baik dengan pesaing yang lebih besar seperti OpenAI.
Baca Juga: OpenAI Resmi Luncurkan GPT-5 untuk Semua Pengguna ChatGPT
Tawaran ini muncul setelah Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) mengusulkan pada Maret 2025 supaya Google dipaksa menjual peramban web setelah hakim memutuskan raksasa teknologi tersebut bertindak ilegal untuk mempertahankan monopoli dalam pencarian daring.
Namun, Google belum setuju untuk menjual Chrome dan telah berjanji untuk melawan putusan tersebut.
Pengadilan federal memutuskan bahwa Google adalah perusahaan monopoli dan bertindak ilegal dengan menandatangani kesepakatan bernilai miliaran dolar untuk menjadikan mesin pencarinya sebagai mesin pencari default pada peramban web dan ponsel pintar, termasuk perangkat dari Apple dan Samsung.
Baca Juga: Hati-Hati Ada ChatGPT Palsu! Facebook, Google Chrome dan Data Pentingmu Bisa Diserang
Hakim dalam kasus ini diperkirakan akan memutuskan penyelesaian dalam perkara tersebut secepatnya di bulan ini. Sementara itu, juru bicara Perplexity yakin bahwa pengadilan akan segera menetapkan persyaratan untuk penyelesaian, mungkin akhir Agustus 2025.
Ketika Departemen Kehakiman AS pertama kali mengusulkan agar Google melepas Chrome, baik OpenAI maupun Perplexity menyatakan minatnya untuk membelinya. Mengingat Google Chrome adalah peramban dominan, dengan pangsa pasar 68 persen menurut Statcounter, jika pengadilan memutuskan Chrome harus dijual, tak diragukan lagi pihak lain di seluruh dunia juga akan tertarik untuk menawarnya.
Menariknya, petinggi mesin pencari pesaing lainnya yaitu DuckDuckGo bersaksi pada April 2025 bahwa Chrome bisa bernilai lebih dari US$50 miliar. Jika tawaran Perplexity berhasil, itu bisa dianggap sebagai tawaran yang menguntungkan.
















