Techverse.asia - Startup teknologi properti (proptech) Cove akan melakukan ekspansi ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Hal ini berkelindan dengan semakin meningkatnya minat terhadap hunian co-living.
Upaya ekspansi tersebut diharapkan bisa terus memperluas akses masyarakat ke lebih banyak co-living yang berkualitas, dukungan dalam mengoptimalkan aset properti, hingga lapangan kerja untuk masyarakat sekitar.
Country Director of Investment Cove Rizky Kusumo mengatakan, di tengah-tengah situasi ekonomi yang saat ini tak pasti, Cove masih dapat mempertahankan tingkat okupansi sampai 80 persen pada kuartal pertama (Q1) tahun ini, meningkat dari sebelumnya pada periode yang sama.
Baca Juga: Vietnam Semakin Menarik Minat Investor Global, Pasar Strategis dan Pertumbuhan Besar
"Semakin berkembangnya antusiasme masyarakat kita terhadap hunian co-living, kami akan terus berupaya untuk menyediakan properti yang berkualitas untuk lebih banyak konsumen, salah satunya dengan cara ekspansi tersebut," ujarnya, Selasa (29/4/2025).
Pada akhir Q1 2025, Cove pun telah secara resmi membuka propertinya di Kota Pahlawan yang bertajuk Cove Sanmara. Lokasinya terbilang strategis yakni di Mulyorejo, Cove Sanmara menawarkan hunian co-living bulanan, yang aksesnya dekat ke Universitas Airlangga, ITS, Pakuwon City Mall, dan beragam titik strategis lainnya.
Satu bulan usai peluncuran itu, 80 persen dari jumlah kamar Cove Sanmara telah disewa, yang menandai minat besar terhadap co-living. Melihat potensi ini, Cove pun berencana untuk menghadirkan beberapa properti baru lainnya di Surabaya.
"Kami bakal membuka cabang properti baru di wilayah Krembangan, Rungkut, Sawahan, dan Dukuh Kupang," terangnya.
Baca Juga: BNI Ventures Investasi ke Rukita, Target Kelola 20 Ribu Kamar di 2024
Lebih lanjut, mengenai ekspansinya ke Kota Pelajar, katanya, Cove akan memberi penawaran layanan konsultasi dan teknis co-living. Lini bisnis yang sudah diaplikasikan di kota-kota lainnya ini ditawarkan guna membantu para pemilik properti yang ada di DIY dalam memaksimalkan aset mereka.
"Dengan keahlian kami di bidang co-living, dalam lini bisnis kami menyediakan layanan studi kelayakan, riset pasar, proyeksi finansial, dan perencanaan serta pendampingan pembangunan dalam konversi bangunan menjadi investasi bisnis co-living yang mendatangkan cuan," papar dia.
Bersamaan dengan ekspansinya ke DIY dan Surabaya, Cove tetap berkomitmen untuk meningkatkan portofolionya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan Bali, baik dalam bentuk co-living eksklusif (low to mid-rise, co-living yang fokus pada akomodasi pariwisata, dan high-rise dalam bentuk apartemen.
"Ekspansi Cove di tahun ini sejalan dengan target kami untuk bisa membuka sebanyak 2.400 kamar baru di Tanah Air sampai akhir 2025," katanya.
Baca Juga: Living Lab Ventures Investasi ke Startup Teknologi Properti Digital Classifieds Group
Perluasan jangkauan untuk di wilayah Jabodetabek sendiri Cove akan tetap fokus kepada Transit Oriented Development (TOD), khususnya dengan kehadiran dari moda transportasi anyar seperti LRT, KCIC, dan perluasan rute MRT.
Strategi tersebut sejalan dengan bagaimana survei internal perusahaan yang menunjukkan bahwa hampir 40 persen penghuni memutuskan untuk tinggal di Cove lantaran jarak yang dekat ke sarana transportasi umum.
Untuk di Bali, Cove akan tetap menaruh perhatiannya pada penyediaan akomodasi co-living jangka pendek yang ditujukan bagi para wisatawan. Pada tahun lalu, jumlah turis mancanegara di Pulau Dewata telah melampaui angka sebelum pandemi Covid-19, menunjukkan sektor pemulihan pariwisata yang kuat.
Baca Juga: Lamudi Resmi Akuisisi IDEAL, Sederhanakan Proses Pengajuan KPR
"Properti kami yang ada di Bali bentuknya adalah bungalow, hotel, dan villa untuk mengakomodir kebutuhan kamar harian di pasar yang didominasi oleh wisatawan. Jadi yang kami tawarkan enggak cuma co-living eksklusif," imbuhnya.
Sebagai informasi, Cove didirikan di Singapura pada 2018 dan sejauh ini sudah mengelola lebih dari 150 lokasi hunian yang setiap bulannya digunakan oleh 30 ribu orang di Indonesia, Korea Selatan, dan Jepang.