Techverse.asia - Opak Rosaka adalah perusahaan rintisan alias startup besutan sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang sukses mengubah citra opak sebagai makanan 'jadul' jadi camilan kekinian yang digemari oleh anak muda.
Kini camilan berbahan singkong tersebut mampu tampil trendi dan bersaing di panggung wirausaha nasional. Berkat inovasi rasa, kemasan modern, dan strategi branding yang cerdas, mereka berhasil menggondol tiga penghargaan sekaligus di ajang Studentpreneur Bootcamp MCEBI (Muhammadiyah Center for Entrepreneur and Business Incubator) pada bulan kemarin di Student Dormitory UMY.
Tim yang terdiri atas Alifa Delfiani (Ekonomi 2023), Geovani Nadia Syafira (Manajemen 2023), dan Elsa Siti Allisa (Manajemen 2023) ini sukses mendapat juara dua Video Product, Juara 2 Business Plan, dan Juara 3 Business Matching pada kategori makanan siap saji.
Baca Juga: MEXC Ventures Investasi ke Bursa Kripto Triv, Akselerasi Ekspansi di Asia Tenggara
"Tujuan saya awalnya hanya untuk menambah pengalaman dan menjajal sesuatu yang baru, tapi saat kami sukses meraih tiga penghargaan sekaligus, ini menjadi pencapaian yang luar biasa," ujar Alifa.
Opak Rosaka pertama kali didirikan pada 2017 lalu, yang memproduksi opak berbahan dasar singkong pilihan yang berasal dari Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Meski tetap mempertahankan cita rasa tradisional, tim tersebut melakukan rebranding supaya lebih relevan dengan pasar milenial dan Gen Z.
"Inovasinya mencakup varian rasa kekinian seperti keju, balado, jagung manis, dan BBQ. Enggak cuma itu saja, kemasannya juga modern tapi ramah lingkungan, dan pemasarannya yang kami lakukan berbasis digital," katanya.
Menurut Alifa, keunggulan Opak Rosaka ada di kualitas bahan bakunya yang tanpa memakai pengawet, teksturnya yang renyah, dan sentuhan kontemporer yang membuat opak ini 'Instagramable' tanpa kehilangan identitas.
Baca Juga: DailyCo Akuisisi Wadah Kuliner: Sasar Pangsa Katering B2B di Indonesia
"Kami coba untuk mengangkat citra produk lokal supaya punya daya saing di pasar nasional bahkan internasional," katanya.
Perjalanan startup makanan ini meraih penghargaan tidaklah gampang. Ia dan timnya harus menghadapi tantangan besar guna mengubah persepsi sebagian anak muda yang menilai opak sebagai camilan yang telah ketinggalan zaman.
"Namun strategi kemasannya estetik, story telling pada budaya lokal, dan kolaborasi komunitas yang sukses mencuri perhatian pasar," ujar dia.
Respons dari para konsumen pun utamanya berasal dari anak muda, sangat positif. Ia menyebutkan banyak yang terkejut mengetahui opak tersebut cuma berbahan singkong goreng tanpa menggunakan pengawet. Bentuk potongannya seperti tortilla snack serta desain kemasan yang eye-catching membuatnya gampang diterima di beragam kesempatan.
Baca Juga: Pertamina Siap Olah Sorgum, Jagung dan Singkong Sebagai Bioenergi
Ke depannya, Opak Rosaka berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan peralatan yang modern sambil tetap mempertahankan proses tradisional, mendapat sertifikasi halal, izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), hingga memperluas jangkauan distribusi melalui platform lokapasar seperti Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop.
"Kami juga berencana akan memperkuat identitas sebagai oleh-oleh modern dengan cita rasa lokal lewat kolaborasi kreatif dan promosi berbasis konten. Kami juga berencana untuk meningkatkan kualitas produksi dengan peralatan yang modern, namun tetap mempertahankan proses tradisional demi menjaga cita rasanya dan tetap efisiensi," imbuh dia.
Kesuksesan tim Opak Rosaka ini diakuinya tidak lepas dari dukungan UMY dan komunitas Youthpreneur Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UMY. Melalui pendampingan bisnis, pelatihan, dan mentoring, tim mendapatkan berbagai ilmu untuk mematangkan model bisnis.
Baca Juga: Daftar Camilan Asin yang Sehat dan Tidak Bikin Hipertensi
"Harapan saya, Opak Rosaka bisa terus berkembang menjadi merek yang membanggakan, memberdayakan para petani singkong dan pelaku UMKM lokal. Untuk mahasiswa lain, jangan takut memulai dari kecil. Kuliner bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita dan nilai yang ingin disampaikan," ujar dia.













