Review Film Napoleon: Miskonsepsi Perang Antara Negara-negara Besar

Rahmat Jiwandono
Minggu 03 Desember 2023, 12:34 WIB
Joaquin Phoneix (tengah) memerankan karakter Napoleon Bonaparte. (Sumber: Apple Original Films)

Joaquin Phoneix (tengah) memerankan karakter Napoleon Bonaparte. (Sumber: Apple Original Films)

Techverse.asia - Untuk sebagian orang mungkin tidak awam lagi dengan sosok Napoleon Bonaparte yang memiliki peran penting dalam revolusi Prancis, memulai karirnya dari prajurit militer hingga bisa menjadi seorang kaisar.

Berangkat dari hal ini, sutradara Ridley Scott mengangkat kisah kehidupan Napoleon dalam sebuah film yang berudurasi kurang lebih 2 jam 30 menit. Karakter Napoleon sendiri diperankan oleh Joaquin Phoenix, selain itu juga ada Vanessa Kirby berperan sebagai Josephine de Beauharnais, istri Napoleon.

Film Napoleon ini fokus pada dua hal yaitu perang di Eropa yang mengambil latar pada 1793-1821 dan kisah cinta Napoleon. Jadi menurut saya tak heran apabila artis ternama dengan nama besar seperti Joaquin dan Vanessa yang mendapatkan sorotan utama, meski ada juga artis lainnya seperti Ben Miles, Tahar Rahim, Matthew Needham, hingga Ludivine Sagnier.

Baca Juga: Review Film Budi Pekerti, Cancel Culture Itu Nyata dan Berbahaya

Karena film ini syarat akan revolusi Prancis, banyak sejarawan yang memberi tanggapan kritis atas film yang dibuat oleh Scott ini. Pasalnya, menurut sejarawan Scott keliru dalam memberikan pandangan kepada dunia tentang bagaimana perang terjadi dan yang terpenting bagaimana perang itu dimenangkan oleh para kubu yang bertikai.

Ya betul saja, tanggapan para sejarawan tersebut benar adanya karena sepanjang saya menonton film ini, sutradara dari film Gladiator (2000) ini tampak kewalahan dalam memberikan gambaran mengenai peperangan Prancis dengan negara seperti Inggris, Prussia, Austria, hingga Rusia.

Napoleon (Joaquin) bersama istrinya saat dinobatkan sebagai kaisar Prancis

Salah satunya yaitu pertempuran Napoleon yang terkenal terjadi di Austerlitz dan Waterloo, ini melanggengkan gagasan berbahaya bahwa peperangan hanya ditentukan oleh bentrokan besar dan berdarah-darah. Bahkan menelan banyak korban jiwa akibat perang-perang tersebut.

Obsesi ini sebenarnya sudah ada sejak catatan sejarah tertulis, namun dalam budaya populer di negara-negara berbahasa Inggris, mitos ini dapat ditelusuri kembali ke publikasi The Fifteen Decisive Battles of the World: From Marathon to Waterloo pada 1851, yang membantu memulai seluruh genre karya yang berfokus pada pertempuran yang seharusnya mengubah jalannya sejarah sendirian.

Baca Juga: Foto-foto Joaquin Phoenix dan Lady Gaga Saat Syuting untuk Film Joker: Folie à Deux

Dalam film, coba saja menonton film The Longest Day, Midway, atau Stalingrad; sedangkan dalam buku, daftar sejarah pertempuran dan fiksi pertempuran terlalu panjang untuk direnungkan. Genre ini bahkan berperan dalam kontrafaktual, Film Gettysburg (1993) yang didasarkan novel The Killer Angels karya Michael Shaara, menunjukkan bahwa Korea Selatan bisa saja memenangkan Perang Saudara AS seandainya Pertempuran Gettysburg terjadi sebaliknya.

Apa pun yang diajarkan karya-karya ini kepada publik, pertarungan yang menentukan hanyalah mitos. Perang antara negara-negara besar tidak ditentukan oleh pertempuran besar tetapi oleh berkurangnya jumlah prajurit dan material, yang pada gilirannya ditentukan oleh hal-hal seperti ukuran kekuatan, logistik, produksi, dan teknologi.

Pertempuran, besar maupun kecil, hanya penting sejauh mana pertempuran tersebut mempercepat gesekan dan melemahkan pihak lain. Namun, mitos tentang pertempuran yang menentukan - gagasan bahwa musuh dapat dikalahkan dalam satu pertempuran besar dan berdarah namun singkat - masih tetap kuat.

Hal ini juga berbahaya, karena tidak hanya berdampak pada penonton bioskop, tetapi juga para pemimpin militer dan politik. Dengan kata lain, orang-oranglah yang memutuskan apakah akan memulai dan bagaimana berperang.

Baca Juga: Review Killers of the Flower Moon, Drama dan Kriminal ala Scorsese

Di samping itu, pada awal film langsung dimulai dengan adegan hukuman pancung atau Guillotine kepada Ratu Marie Antoinette. Alangkah lebih bagus jika Scott memberikan informasi singkat mengenai latar belakang Napoleon yang berasal dari Ajaccio, Kepulauan Corsica di Laut Mediterania.

Dengan demikian, diharapkan bisa memberikan wawasan yang lugas kepada penonton, khususnya yang sama sekali tak tahu tentang sosok Napoleon Bonaparte. Terlebih lagi, penonton akan sering mendengar perkataan 'begundal Corsica' yang keluar dari mulut orang-orang sebagai bentuk kebenciannya terhadap prajurit bertopi bicorne yang pernah menjadi kaisar Prancis itu.

Dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas, Scott yang memutuskan untuk lebih menonjolkan dinamika asmara Napoleon dengan istrinya Josephine sebenarnya dapat memberikan pengaruh terhadap ambisi suaminya yang ingin menaklukkan Eropa dan daerah lainnya di luar Laut Mediterania.

Baca Juga: Fakta-fakta Film Joker: Folie à Deux, Joaquin Dapat Imbalan Fantastis

Namun disayangkan, Scott gagal dalam menggabungkan cerita sejarah biopik dengan romantisme mereka, sehingga saya merasa keduanya tidak saling melengkapi, tapi disuguhkan secara terpisah dan film ini pun gagal menghibur audiens.

Secara keseluruhan, akting dari Vanessa tak perlu diragukan lagi, bagaimana dia mencintai Napoleon sekaligus mendua ketika ditinggal pergi Napoleon memimpin peperangan.

Hal yang mengobati rasa kecewa saya mungkin dari sisi sinematografi yang apik dari Dariusz Wolski. Pun dengan desain produksinya yang menurut saya sangat niat, penonton akan melihat wardrobe dari para tentara Eropa dan para bangsawan di era itu. Ini ditambah dengan scoring yang mendebarkan garapan Martin Phipps.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno02 Mei 2024, 17:01 WIB

Nospace Bakal Rilis Juni 2024, Media Sosial yang Menyasar Gen Z

Nospace adalah aplikasi media sosial baru yang sudah memiliki daftar tunggu hingga 500 ribu orang.
Media sosial Nospace yang digagas oleh Tiffany Zhong. (Sumber: Nospace)
Hobby02 Mei 2024, 15:16 WIB

Festival 5 Honor of Kings Akan Melewati Babak Baru pada Tahun Ini

Hadiah melimpah, Hero baru, dan skin akan menanti pemain yang bergabung dalam perayaan ini.
Honor of Kings Festival High 5 akan berlangsung sampai 24 Mei 2024. (Sumber: Honor of Kings)
Techno02 Mei 2024, 14:54 WIB

Spesifikasi dan Harga Realme C65 yang Meluncur di Indonesia, Gratis Ganti Baterai

Dapatkan penawaran spesial khusus gratis proteksi ganti baterai jika performa baterai di bawah 80% selama 4 tahun pemakaian.
Realme C65 resmi diluncurkan di Indonesia, Kamis (2/5/2024). (Sumber: Realme)
Travel02 Mei 2024, 14:35 WIB

Bali Spirit Festival 2024 Digelar Selama 5 Hari, Bisa Lakukan Yoga

Event Tahunan Menarik di Bali yang Cocok Untuk Tenangkan Hati dan Pikiranmu.
Bali Spirit Festival 2024 diselenggarakan mulai 1-5 Mei. (Sumber: istimewa)
Techno02 Mei 2024, 13:16 WIB

Godox Magic XT1: Mikrofon Nirkabel yang Memiliki Layar Sentuh OLED

Mikrofon nirkabel dijual dalam dua versi kabel yang berbeda.
Godox rilis mikrofon Magic XT1. (Sumber: Godox)
Techno01 Mei 2024, 18:37 WIB

Microsoft Investasi Rp28 Triliun ke Indonesia

Microsoft Investasi Rp28 Triliun ke Indonesia
Ilustrasi kantor Microsoft (Sumber: Pexels)
Techno01 Mei 2024, 18:31 WIB

ByteDance Bantah akan Jual Saham Mayoritas TikTok di Amerika Serikat

ByteDance menyangkal laporan bahwa mereka sedang mempertimbangkan menjual aplikasi TikTok di AS.
ByteDance. (Sumber: Istimewa)
Lifestyle01 Mei 2024, 18:09 WIB

Pakar: Pemakaian Sampah Plastik Hasil Daur Ulang Dapat Berisiko Bagi Kesehatan

Indonesia sampai saat ini masih kesulitan untuk mengelola sampah plastik.
Ilustrasi daur ulang plastik. (Sumber: freepik)
Techno01 Mei 2024, 17:22 WIB

Instagram Rombak Algoritmanya, Tampilkan Lebih Banyak Konten dari Kreator Kecil

Perombakan algoritma Instagram akan memberi penghargaan pada 'konten asli' dan menghukum reuploader.
Instragam ubah algoritmanya guna memunculkan konten dari kreator kecil. (Sumber: Instagram)
Techno01 Mei 2024, 17:11 WIB

HP Xiaomi Rilisan 2020 Ada yang Dapat Jatah HyperOS, Ini Daftarnya

Sejumlah ponsel Xiaomi keluaran lama akan mendapatkan pembaruan HyperOS
Xiaomi HyperOS. (Sumber: Xiaomi)