Nyeruit: Sedikit Cukup untuk Bersama, FIlm Dokumenter yang Kenalkan Budaya Makan Masyarakat Lampung

cover film dokumenter Nyeruit (Sumber: ITERA)

Film dokumenter berjudul 'Nyeruit: Sedikit Cukup untuk Bersama', menjadi karya Tugas Akhir (TA) mahasiswa angkatan pertama Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Indra Kesuma.

Tak hanya menjadi karya yang membawanya lulus kuliah, film Nyeruit membuat Indra meraih penghargaan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Periode II tahun 2023, untuk kategori Audiovisual. Pada prosesnya, terdapat 186 karya film yang mendaftar dan terseleksi menjadi 56 karya yang lolos.

Film dokumenter 'Nyeruit: Sedikit Cukup Untuk Bersama' itu menampilkan budaya dari masyarakat Lampung. Nyeruit sebagai kegiatan makan bersama yang erat kaitannya dengan prinsip hidup masyarakat Lampung, yaitu Piil Pesenggiri.

Baca Juga: Studi Pew Research Center: Ini Bedanya Orang Amerika yang Sarjana dan Tidak Sarjana, Ketika Ditanya Tentang ChatGPT

Baca Juga: Cari Lagu, Ingat Nadanya Tapi Lupa Liriknya? Bersenandunglah, YouTube Akan Menemukannya

Nyeruit hingga saat ini masih sering dilakukan oleh keluarga di Lampung. Bahkan untuk menjamu apabila ada tamu yang berkunjung ke daerah Lampung atau momen perayaan tertentu di masyarakat. Budaya makan ini juga yang mengangkat nama sambal seruit, makanan khas Provinsi Lampung, menjadi populer di khazanah kuliner Indonesia.

Lewat laman institut, Indra menjelaskan bahwa dalam film tersebut, tokoh yang ia ceritakan adalah Suri. Suri merupakan ibu guru muatan lokal di SMP Negeri 3 Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Suri bercerita mengenai pelaksanaan nyeruit yang kerap dilaksanakan di SMPN 3 Natar, dan sejarah bagaimana terciptanya budaya nyeruit, hingga kaitannya bagi masyarakat Lampung.

Baca Juga: Limbah Nuklir dari Stasiun Nuklir Fukushima Bakal Dibuang ke Samudra Pasifik

Baca Juga: 2 Tips Saja, Lawan Efek Buruk Polusi Pada Kulit

"Akan tetapi, bergesernya perubahan sikap masyarakat yang cenderung menyukai hal praktis, menjadikan budaya nyeruit ini semakin memudar. Oleh karena itu, film dokumenter ini diharapkan dapat melestarikan kembali budaya Nyeruit di masyarakat Lampung," kata Indra, dilansir Selasa (29/8/2023).

Indra Kesuma mengatakan, dalam proses pembuatan film tersebut, dirinya banyak belajar tentang bagaimana makanan tidak hanya sekedar menjadi barang konsumsi. Melainkan lebih daripada itu, budaya makan turut mengajarkan nilai-nilai baik seperti rukun antar warga, berbagi, menerima dengan lapang tangan, dan banyak hal lain.

Baca Juga: OpenAI Rilis ChatGPT Enterprise: Tawarkan Kinerja Dua Kali Lebih Cepat dan Kemanan Data Lebih

Baca Juga: Pengguna Internet Aktif di Indonesia Sebesar 77%, Tapi Masih Alami Kesenjangan Ketrampilan Digital

"Harapannya, dengan lolosnya film ini dalam seleksi akuisisi pengetahuan lokal yang diselenggarakan oleh BRIN, makna dan pesan yang terkandung pada kegiatan ini dapat tersebar luas dalam masyarakat. Sehingga anak muda juga mengenal apa itu makna yang terkandung dari kegiatan nyeruit," tutur Indra.

Dalam membuat karya film tersebut, Indra mendapatkan bimbingan langsung dari dosen DKV ITERA PG Wisnu Wijaya, sebagai dosen pembimbing pertama, dan Jejen Jaelani, M.Hum., sebagai pembimbing kedua.

Dosen pengampu Mata Kuliah Videografi DKV ITERA, PG Wisnu Wijaya, menyatakan bahwa capaian prestasi yang diraih Indra tersebut merupakan sebuah validasi terhadap potensi dan kemampuan lulusan DKV, dalam dunia videografi yang mencoba memberikan sumbangsih kepada kearifan lokal Lampung.

Dengan hasil yang didapatkan, diharapkan nantinya lulusan Prodi DKV ITERA mampu berkiprah di dunia industri untuk memajukan industri kreatif khususnya di Lampung, Sumatera, serta mampu bersaing di nasional maupun internasional.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI