Waspada Penipuan Memanfaatkan AI, Menyasar Konsumen Belanja Online

(ilustrasi) belanja online (Sumber: Pixabay)

Masyarakat diminta waspada terhadap praktik penipuan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) saat berbelanja online.

Pesan itu dikemukakan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Nezar Patria, diakses dari keterangannya, Rabu (17/4/2024).

Nezar menyebut, salah satu penipuan belanja daring dengan menyalahgunakan AI adalah praktik manipulasi suara tokoh publik, seolah-olah tokoh publik tersebut mempromosikan produk yang dijual.

Ia menambahkan, pihaknya telah bekerja sama dengan platform digital untuk memonitor penyalahgunaan AI untuk praktik penipuan tersebut. Khususnya, dalam menangani upaya penipuan yang sifatnya manipulatif menggunakan suara seseorang.

"Biasanya meniru suara tokoh masyarakat, tokoh publik, atau selebriti, dalam rangka untuk mempromosikan barang yang sebenarnya tidak pernah dilakukan [oleh orang yang bersangkutan]," tuturnya.

Baca Juga: Apple Ditawari Investasi di Indonesia, Begini Jawabannya

Nezar menilai tindakan tersebut tidak hanya melanggar etika, tetapi juga merugikan konsumen, dan dapat berdampak buruk bagi tokoh publik yang namanya dicatut.

Beberapa langkah yang sudah diterapkan dalam mengatasi masalah tersebut, yakni:

  1. Masyarakat diimbau untuk melaporkan konten-konten yang mencurigakan saat berbelanja daring,

  2. Platform digital juga harus melakukan pemantauan melalui patroli siber untuk mengidentifikasi konten yang melanggar aturan,

  3. Apabila konten tersebut melanggar hukum atau aturan yang berlaku, Kementerian Kominfo akan mengambil tindakan, seperti memblokir atau meminta platform digital untuk menurunkan konten tersebut.

Baca Juga: Daftar Kereta yang Mendapat Diskon Tiket 20% Program Khusus Mudik Belakangan

Kementerian Kominfo juga telah berkoordinasi dengan berbagai lembaga, termasuk Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.

Baca Juga: Sony Rilis 3 Speaker Portabel Baru Bernama ULT Power Series

Ia juga mendorong masyarakat lebih waspada dan kritis dalam menyikapi konten yang mereka temui di ruang digital.

"Jadi misalnya kalau ada satu tokoh dengan nama besar, terlihat sedang mempromosikan satu produk yang kira-kira kurang masuk akal, masyarakat jangan cepat percaya," ungkapnya.

Selanjutnya, jika menemukan konten yang mencurigakan atau melanggar aturan, masyarakat diharapkan untuk melaporkannya kepada platform digital, atau langsung ke Kementerian Kominfo untuk diproses lebih lanjut.

"Yang penting jangan terkecoh, jangan sampai tertipu oleh begitu banyaknya promosi-promosi yang mencatut nama tokoh-tokoh publik," tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, We Are Social menerbitkan laporan terbaru mereka, terhitung Januari 2024, yang mendapati bahwa Indonesia masuk dalam jajaran 10 besar negara yang masyarakatnya hobi berbelanja secara online (online shopping). Berikut ini isi survei mereka lebih jauh.

Survei We Are Social mendapati, ada sekitar 56,1% pengguna internet global yang biasa belanja online setiap pekan. Jika dirinci per negara, proporsi pengguna internet yang sering belanja online ini paling banyak berada di Thailand, yakni 66,9%.

Di posisi kedua ada Korea Selatan, dengan 65,8% pengguna internetnya berbelanja online setidaknya sepekan sekali. Selanjutnya ada Turki, Uni Emirat Arab, Meksiko, Malaysia, China, dan Inggris, dengan proporsi seperti terlihat pada grafik.

Baca Juga: Ini 3 Jalan Tol Terpanjang di Jalur Trans Jawa, Sudah Kamu Lewati Saat Arus Balik Ini?

"Indonesia menempati peringkat ke sembilan dalam daftar ini, dengan proporsi pengguna internet yang belanja online setiap pekan sebanyak 59,3%, setara dengan India," kata laporan itu, seperti dikutip dari Katadata.

We Are Social juga mencatat, secara global perempuan yang sering belanja online lebih banyak ketimbang laki-laki. Mayoritas perempuan yang biasa belanja online setiap pekan berasal dari kelompok usia 35-44 tahun (62,3%) dan 25-34 tahun (61,5%).

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI