Alibaba Luncurkan SeaLLMs, Diklaim Saingan ChatGPT

(ilustrasi) pemandangan alam yang dihasilkan AI Tongyi Wanxiang. (Sumber: Dok. Alibaba Cloud)

Alibaba DAMO Academy meluncurkan pesaing ChatGPT di Asia Tenggara, mereka beri nama chatbot ini SeaLLMs.

Baca Juga: 1 dari 5 Gen Z Pakai AI untuk Memudahkan Komunikasi, Samsung Hadirkan Galaxy AI

Baca Juga: AdMedika dan KlikDokter Jalin Kolaborasi Bangun Layanan Telemedisin Tanpa Uang Tunai

SeaLLMs merupakan Large Language Model (LLM) yang dirancang khusus untuk mendukung keragaman bahasa di Asia Tenggara, termasuk berbahasa Indonesia.

SeaLLM dirilis dalam dua versi yaitu 13 miliar parameter dan 7 miliar parameter.

Yahoo Finance menuliskan, Alibaba merilis SeaLLMs untuk mengambil keuntungan dari pasar AI di Asia Tenggara. Khususnya, setelah Singapura menganggarkan US$52 juta untuk inisiatif AI dalam pengembangan kapabilitas riset dan rekayasa LLM.

Perusahaan mengklaim chatbot ini telah dilatih, sehingga bisa berbahasa lokal tiap kawasan. Keterangan perusahaan menyebut, chatbot ini bisa beragam bahasa di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia, Khmer, Laos, Tagalog, dan Burma.

Baca Juga: Bus Imperial Suites-nya Resmi Beroperasi, Ini Rute dan Harga Tiket Double Decker DAMRI

Director of the Language Technology Lab at Alibaba DAMO Academy, Lidong Bing, mengaku bangga memperkenalkan SeaLLMs.

Menurutnya, SeaLLMs adalah serangkaian model AI yang tidak hanya memahami bahasa lokal, tetapi juga merangkul kekayaan budaya Asia Tenggara.

"Inovasi ini akan mempercepat demokratisasi AI, memberdayakan komunitas yang secara historis kurang terwakili dalam ranah digital," ujarnya, dari keterangan resmi perusahaan, dikutip Sabtu (16/12/2023).

Ia menjelaskan, model percakapan SeaLLMs-chat menunjukkan adaptabilitas yang baik terhadap keberagaman budaya unik dari setiap negara. Ini menunjukkan keselarasan dengan adat istiadat, gaya, dan kerangka hukum lokal.

Model dasar SeaLLMs telah melewati pelatihan pada dataset berkualitas tinggi dan beragam, yang mencakup bahasa-bahasa dari Asia Tenggara. Pelatihan itu untuk memastikan pemahaman pada konteks lokal dan komunikasi setempat.

Proses mendasar ini membentuk persiapan awal untuk model percakapan, model SeaLLMs-chat, yang mendapat manfaat dari teknik fine-tuning canggih dan dataset multibahasa yang dibangun khusus.

"Hasilnya, asisten chatbot model dasar ini tidak hanya memahami, tetapi juga menghormati dan mencerminkan dengan akurat konteks budaya bahasa-bahasa di Asia Tenggara; seperti norma sosial dan adat istiadat, preferensi gaya, dan pertimbangan hukum," kata Bing.

"Selain itu, 'menjadi asisten chatbot yang penting bagi bisnis yang berinteraksi dengan pasar Asia Tenggara,;" tambahnya.

SeaLLMs kini tersedia secara open-source di Hugging Face, dengan checkpoint yang telah dirilis dan berlisensi untuk tujuan komersial.

Perusahaan mengklaim, keunggulan teknis yang mencolok dari SeaLLMs adalah efisiensinya, terutama dengan bahasanya yang non-Latin. SeaLLMs disebut dapat menginterpretasikan dan memproses hingga sembilan kali lipat teks yang lebih panjang, dibandingkan model lain seperti Chat GPT untuk bahasa non-Latin seperti Burma, Khmer, Laos, dan Thailand.

"Hal tersebut menghasilkan kemampuan eksekusi tugas yang lebih kompleks, biaya operasional dan komputasi yang lebih rendah, dan jejak lingkungan yang lebih kecil," klaim perusahaan.

Baca Juga: Hadiahi Dirimu dengan Medical Check Up, Supaya Tahu Caranya Menghindari Penyakit-Penyakit Ini

Perusahaan menambahkan, SeaLLM-13B dengan 13 miliar parameter, melampaui model open-source yang sebanding dalam berbagai tugas linguistik, terkait pengetahuan dan keamanan. Ini menetapkan standar baru untuk kinerja.

“Ketika dievaluasi melalui benchmark yang terdiri dari kertas ujian dari sekolah dasar hingga ujian masuk universitas yakni M3-Exam, SeaLLMs menunjukkan pemahaman mendalam terhadap sejumlah mata pelajaran melampaui saingannya. Mulai dari sains, kimia, fisika, ekonomi, dalam bahasa-bahasa di Asia Tenggara," terang mereka.

Mereka melampaui model-model yang ada dalam bahasa-bahasa dengan sumber daya terbatas, dan memberikan kinerja sebanding dengan model-model state-of-the-art (SOTA).

"Dengan sebagian besar bahasa memiliki sumber daya yang cukup tinggi, seperti Vietnam dan Indonesia," kata Alibaba.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI