Kabar Baik! Ada Perangkat yang Bisa Kontrol Insulin Pasien Diabetes Tipe 1, Tanpa Suntikan

Uli Febriarni
Selasa 19 September 2023, 22:32 WIB
perangkat membantu pengendalian insulin pada penderita diabetes (Sumber: MIT)

perangkat membantu pengendalian insulin pada penderita diabetes (Sumber: MIT)

Para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan sebuah perangkat -yang ditanamkan- dan dapat memungkinkan pengendalian diabetes tanpa suntikan; khususnya diabetes tipe 1.

Universitas mempublikasikan, perangkat ini berisi sel-sel yang dienkapsulasi yang memproduksi insulin, ditambah pabrik penghasil oksigen kecil yang menjaga sel-sel tetap sehat.

Seorang profesor di Departemen Teknik Kimia MIT, Daniel Anderson, menjelaskan bahwa kebanyakan pasien diabetes tipe 1 harus memantau kadar glukosa darah dengan hati-hati, dan menyuntikkan insulin setidaknya sekali sehari. Namun, proses ini tidak meniru kemampuan alami tubuh untuk mengontrol kadar glukosa darah.

"Sebagian besar penderita diabetes yang bergantung pada insulin menyuntik dirinya sendiri dengan insulin, dan melakukan yang terbaik, namun mereka tidak memiliki kadar gula darah yang sehat," kata Anderson, yang merupakan anggota dari Koch Institute for Integrative Cancer Research and Institute di MIT ini, dilansir Selasa (19/9/2023).

Laman itu memuat, salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk mengobati diabetes Tipe 1 adalah penanaman sel pulau pankreas yang dapat memproduksi insulin bila diperlukan. Dengan cara ini, pasien tidak perlu sering menyuntikkan insulin.

Baca Juga: All New Honda CR-V RS e:HEV Bakal Mejeng di GIIAS Surabaya 2023, Ini Syarat Kalau Mau Ikut Test Drive

Baca Juga: 5 Tahun Usia Tokocrypto, Terus Dorong Pertumbuhan Pasar dan Adopsi Kripto di Indonesia

Namun, salah satu kendala yang dialami beberapa pasien diabetes, yang telah menerima transplantasi sel pulau dari mayat manusia adalah: hasil transplantasi dapat mengendalikan diabetes dalam jangka panjang. Namun, pasien ini harus mengonsumsi obat imunosupresif untuk mencegah tubuh mereka menolak sel yang ditanamkan.

Baru-baru ini, para peneliti juga telah menunjukkan keberhasilan serupa dengan sel pulau yang berasal dari sel induk. Tetapi pasien yang menerima sel tersebut juga perlu mengonsumsi obat imunosupresif.

Kemungkinan lain, yang dapat mencegah kebutuhan akan obat imunosupresif, adalah dengan merangkum sel yang ditransplantasikan ke dalam perangkat fleksibel yang melindungi sel dari sistem kekebalan. Namun, menemukan pasokan oksigen yang dapat diandalkan untuk sel-sel yang berkapsul ini terbukti menantang.

Selain itu, kendala lain dalam pendekatan ini adalah ketika sel ditanamkan, sel tersebut pada akhirnya akan kehabisan oksigen dan berhenti memproduksi insulin.

"Untuk mengatasi rintangan tersebut, para insinyur MIT telah merancang perangkat implan baru yang tidak hanya membawa ratusan ribu sel pulau penghasil insulin. Namun juga memiliki pabrik oksigen sendiri, yang menghasilkan oksigen dengan memecah uap air yang terdapat di dalam tubuh," tulis laporan itu. 

Perangkat memiliki pendekatan berbeda yang berpotensi menghasilkan oksigen tanpa batas waktu, dengan memisahkan air. Hal ini dilakukan dengan menggunakan membran penukar proton–sebuah teknologi yang awalnya digunakan untuk menghasilkan hidrogen dalam sel bahan bakar–yang terletak di dalam perangkat.

Membran ini dapat memecah uap air (yang banyak terdapat di dalam tubuh) menjadi hidrogen, yang berdifusi tanpa membahayakan. Kemudian memproduksi oksigen, yang masuk ke ruang penyimpanan yang memberi makan sel-sel pulau melalui membran tipis yang dapat ditembus oksigen.

Baca Juga: Perangi Hoaks dan Ujaran Kebencian di Tengah Pemilu 2024, Bawaslu RI Gandeng TikTok

Baca Juga: Main Catur Sembari Menjelajah Pakai Opera, Bisa Klik Chess.com di Sidebar

Para peneliti menunjukkan, ketika ditanamkan pada tikus penderita diabetes, perangkat ini dapat menjaga kadar glukosa darah tikus tetap stabil setidaknya selama sebulan. Sedangkan tikus yang menerima alat non-oksigen, menjadi hiperglikemik (dengan peningkatan gula darah) dalam waktu sekitar dua pekan.

Para peneliti sekarang berharap untuk membuat versi yang lebih besar dari perangkat tersebut, seukuran permen karet, yang pada akhirnya dapat diuji pada penderita diabetes Tipe 1.

Meskipun fokus utama para peneliti adalah pengobatan diabetes, para peneliti mengatakan perangkat semacam ini juga dapat diadaptasi untuk mengobati penyakit lain, yang memerlukan pemberian protein terapeutik berulang kali.

"Kami optimistis, akan memungkinkan untuk membuat peralatan medis hidup yang dapat berada di dalam tubuh dan memproduksi obat-obatan sesuai kebutuhan," kata Anderson.

Ilmuwan Riset MIT, Siddharth Krishnan, mengungkap para peneliti berencana untuk mengadaptasi perangkat tersebut untuk pengujian pada hewan yang lebih besar, dan akhirnya pada manusia.

Untuk digunakan pada manusia, mereka berharap dapat mengembangkan implan yang ukurannya kira-kira sebesar permen karet. Mereka juga berencana menguji apakah perangkat tersebut dapat bertahan di dalam tubuh untuk jangka waktu yang lebih lama.

"Bahan-bahan yang kami gunakan pada dasarnya stabil dan berumur panjang. Jadi menurut saya, pengoperasian jangka panjang seperti itu masih mungkin dilakukan, dan itulah yang sedang kami upayakan," tutur Krishnan, yang merupakan penulis utama makalah ini.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno17 Desember 2025, 19:17 WIB

Razer Meluncurkan Raiju V3 Pro: Kontroler E-sports Elit untuk PlayStation 5

Begini spesifikasi lengkap dan harganya.
Raizer Raiju V3 Pro. (Sumber: Raizer)
Hobby17 Desember 2025, 18:36 WIB

Review Avatar Fire and Ash: Konflik Keluarga yang Berlapis dan Kritik Ekologis

Dibanding pendahulunya, film baru ini lebih banyak menyuguhkan aksi dan tentunya visual yang akan membuat mata penonton terbelalak.
Varang adalah pemimpin dari Suku Ash (Mangkwan). (Sumber: 20th Century Studios)
Techno17 Desember 2025, 15:59 WIB

Garmin InReach Mini 3 Plus: Komunikator Satelit dengan Fitur Berbagi Suara, Teks, dan Foto

Perangkat komunikasi yang membantu penjelajah tetap terhubung dengan orang-orang saat berpetualang di luar jangkauan sinyal telepon seluler.
Garmin InReach Mini 3 Plus. (Sumber: Garmin)
Lifestyle17 Desember 2025, 11:25 WIB

Satu Dekade Berkiprah di Industri Kreatif, Tahilalats Selenggarakan Ben's Backyard

Ini lokasi acaranya dan tanggal berlangsungnya, yuk kunjungi.
Tahilalats menggelar event Ben's Backyard di mall Bintaro Jaya Xchange, Tangerang, Banten. (Sumber: dok. tahilalats)
Techno17 Desember 2025, 10:29 WIB

Ayaneo Pocket Play: Perpaduan Smartphone Sekaligus Perangkat Gaming Genggam

Pocket Play dapat digeser keluar untuk menampilkan tombol ABXY, dua touchpad, dan D-pad.
Ayaneo Pocket Play. (Sumber: Ayaneo)
Startup17 Desember 2025, 10:11 WIB

BII Investasi Langsung ke Xurya, Siap Danai Startup Climatech di Asia Tenggara

Britisih International Investment berkomitmen untuk menginvestasikan £308 juta untuk pendanaan iklim di Asia Tenggara.
Ilustrasi panel surya dari Xurya.
Techno17 Desember 2025, 08:47 WIB

Spotify Menambahkan Fitur Prompted Playlist, Baru Tersedia di Selandia Baru

Fitur anyar ini memungkinkan membuat daftar putar lagu menurut instruksi tersebut dan riwayat mendengarkan pengguna.
Prompted Playlist memungkinkan mengontrol AI Spotify dengan memberi tahu apa yang ingin didengarkan. (Sumber: Spotify)
Lifestyle15 Desember 2025, 17:39 WIB

52% Konsumen Indonesia Secara Dominan Berbelanja Melalui Social Commerce

DoubleVerify Mengungkap Perilaku Konsumen dalam Sosial Media pada Laporan 2025 Global Insights 'Walled Gardens'
Ilustrasi social commerce. (Sumber: istimewa)
Techno15 Desember 2025, 17:29 WIB

Meta Desain Ulang Facebook, Apa Saja yang Berubah?

Meta mencoba membuat Facebook menjadi lebih baik dengan menyederhanakan beberapa hal.
Ilustrasi Facebook Marketplace. (Sumber: Meta)
Techno15 Desember 2025, 17:07 WIB

Spek Lengkap Huawei Mate X7, Ada Model Collector Edition

Perangkat ini bukan hanya indah dipandang, tetapi juga merupakan bukti ketahanan yang luar biasa.
Huawei Mate X7. (Sumber: Huawei)