Techverse.asia - Impact.com bersama Cube, telah merilis edisi ketiga laporan tahunan tentang influencer marketing e-commerce di kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga: Instagram Tambahkan Fitur Perlindungan Baru untuk Akun yang Utamanya Menampilkan Anak-anak
Bertajuk E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia, laporan tahun ini mengungkap bagaimana pemasaran afiliasi (affiliate marketing) muncul sebagai penggerak kuat pertumbuhan commerce influencer, seiring merek dan kreator menghadapi ekspektasi konsumen yang semakin tinggi akan orisinalitas, nilai, dan relevansi.
Laporan ini juga memberikan wawasan praktis bagi merek dalam menghadapi perubahan tersebut untuk membangun strategi afiliasi yang efektif dan siap menghadapi masa depan di seluruh wilayah Asia Tenggara.
Berdasarkan wawasan lebih dari 2.400 konsumen, kreator, dan pakar industri di enam pasar Asia Tenggara (Singapura, Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina), laporan ini meninjau kondisi kemitraan dengan kreator serta memberikan rekomendasi strategi platform untuk mendorong pertumbuhan bisnis.
Baca Juga: KOL.ID, Urusan Ratecard Influencer Jadi Mudah dan Efektif
Laporan ini mengungkapkan bahwa penetrasi media sosial terus meningkat di wilayah ini, dengan Facebook (91%) dan Youtube (89%) mempertahankan tingkat penggunaan tertinggi, di mana Youtube menduduki peringkat pertama untuk keterlibatan dengan konten influencer dan selebritas.
Laporan ini juga mengungkap pergeseran perilaku konsumen di Asia Tenggara. Hiburan tetap menjadi alasan utama konsumen berinteraksi dengan konten influencer, namun tujuan untuk belajar kini semakin penting, dengan 77% responden mencari hiburan dan 64% ingin mempelajari hal baru.
Kesenjangan antar tingkatan influencer pun semakin mengecil akibat penurunan tingkat kepercayaan terhadap influencer dengan jumlah pengikut besar, di mana hanya 59% responden yang mengaku terpengaruh oleh mega influencer (dengan lebih dari satu juta pengikut), turun 7% dibandingkan tahun lalu.
Konten shoppable juga terbukti sangat efektif dalam mendorong pembelian, dengan tautan produk yang dibagikan kreator (31%) serta promosi yang dijalankan platform (30%) mengungguli promosi merek atau unggahan influencer tanpa tautan pembelian langsung.
Baca Juga: Museum Madame Tussauds Hadirkan 13 Patung Lilin Taylor Swift
“Seiring berkembangnya preferensi konsumen di Asia Tenggara, merek perlu beralih dari model influencer tradisional dan metrik yang semu, menuju kemitraan jangka panjang yang benar-benar memengaruhi perilaku pembelian,” ujar Managing Director APAC impact.com Adam Furness.
Dijelaskannya, hasil risetnya bersama Cube menegaskan bahwa pemasaran berbasis kinerja menjadi inti keberhasilan merek dalam menjangkau dan memengaruhi konsumen. Strategi seperti investasi pada model afiliasi kini menjadi fondasi pertumbuhan yang berkelanjutan dan dapat diskalakan, dan tren ini semakin terlihat di seluruh kawasan.
Penelitian tahun ini juga menegaskan pentingnya membangun koneksi dengan kreator secara otentik untuk menghasilkan dampak yang terukur. Temuan utama bagi merek yang ingin membangun atau memperkuat strategi influencer mereka meliputi:
Kepercayaan terhadap influencer terus menurun seiring audiens semakin jenuh dengan paparan berlebihan dan konten yang tidak otentik, dengan penurunan sebesar 7% dari 2024 dalam pengaruh mega influencer terhadap keputusan pembelian.
Baca Juga: LinkedIn Hadirkan Fitur Video Vertikal, Influencer HR Bisa Dapat Wadah Eksis
Mikro dan nano influencer mengalami penurunan yang lebih kecil, menunjukkan bahwa persepsi keaslian mereka cenderung tetap terjaga di tengah penurunan kepercayaan secara keseluruhan.
Segmen Key Opinion Sellers (KOS) muncul sebagai segmen kreator yang berbeda dan berkembang pesat. Tren ini terutama terlihat di platform seperti TikTok Shop, di mana 9 dari 10 kreator TikTok teratas di Thailand merupakan KOS.
Konsumen kini semakin banyak yang membeli melalui kreator afiliasi, dengan lebih dari 83% responden melaporkan bahwa mereka pernah melakukan pembelian melalui tautan afiliasi. Penggunaannya bervariasi di setiap kategori, dengan lebih dari setengah responden membeli produk kecantikan (62%) dan fesyen (54%) melalui penjual afiliasi.
Marketplace seperti TikTok Shop, Shopee, dan Lazada menawarkan komisi mulai dari 4-13%, dengan kategori kecantikan secara konsisten memberikan komisi tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa marketplace menjadi saluran yang menarik bagi kreator afiliasi, dengan 34% konsumen menemukan produk melalui marketplace, diikuti oleh situs web merek (32%) dan kanal influencer (31%).
Baca Juga: Fenomena Influencer Fatigue, Brand Perlu Bangun Orisinalitas Melalui Komunitas














