Techverse.asia - Eratani hari ini mengumumkan keberhasilannya mengumpulkan pendanaan seri A sebesar Rp105 miliar atau setara dengan US$6,2 juta. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Clay Capital, dengan partisipasi dari AgFunder, Genting Ventures, SBI Ven Capital, TNB Aura, dan IIX.
Eratani didirikan pada 2021, mengklaim telah memberdayakan lebih dari 34 ribu petani di Pulau Jawa dan Sulawesi, meningkatkan proses budidaya lebih dari 13 ribu hektare lahan padi, meningkatkan hasil panen dan pendapatan para petani, hingga produksi lebih dari 112 ribu ton beras serta gabah.
Baca Juga: Bantu Mengatasi Masalah Pembiayaan, Eratani Kolaborasi dengan Bank DKI Jakarta
"Di Eratani, kami membuktikan bahwa dampak ekonomi dan sosial bisa berjalan beriringan dengan keberlanjutan lingkungan. Fokus kami enggak cuma pada ekspansi yang serba cepat, tapi pada pengembangan fondasi yang kokoh supaya kami dapat tumbuh secara strategis," terang Co-Founder dan CEO Eratani Andrew Soeharman, Kamis (17/4/2025).
Eratani menawarkan solusi untuk tantangan di sektor pertanian padi di Tanah Air dengan menghubungkan pemangku kepentingan yang sebelumnya terpisah, sekaligus memberikan dukungan menyeluruh terhadap setiap tahap siklus pertanian.
Melalui platform digital mereka, startup agritech ini memungkinkan para petani kecil untuk mendapat akses pendanaan yang terjangkau, input pertanian dengan kualitas tinggi, layanan konsultasi agronomi, dan peluang pasar yang lebih luas lagi.
Baca Juga: Fore Target Buka 140 Gerai Baru Usai Melantai di Pasar Saham
Andrew menyampaikan bahwa digitalisasi merupakan kunci keberhasilan. Menurutnya dengan memanfaatkan wawasan berbasis data, Eratani dapat mengelola risiko secara lebih efektif dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas di lapangan.
"Hal tersebut tak hanya meningkatkan efisiensi operasional, namun juga memperkuat ekosistem pertanian yang lebih tangguh saat kami memperluas jangkauan ke wilayah-wilayah strategis di seluruh Indonesia," ujar dia.
Sementara itu, Partner di Clay Capital Gerard Chia mengatakan, melaui sejumlah inovasi yang berfokus pada fondasi ekosistem dan keberlanjutan, pihaknya menekankan keunggulan yang dimiliki oleh Eratani di pasar.
"Eratani mendefinisikan apa yang dapat dicapai oleh para petani kecil yang ada di Indonesia," katanya.
Baca Juga: Startup Agritech Kora Dapat Pendanaan Rp6,1 Miliar, Ini 2 Investornya
Sebagai penghubung dalam ekosistem pertanian padi yang sangat terfragmentasi, lanjutnya, model terintegrasi serta berorientasi pada petani yang diterapkan oleh Eratani tersebut memberdayakan dari platform agritech pada umumnya.
"Selain meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas petani, Eratani punya potensi untuk mendorong perubahan sistemik lewat praktik pertanian yang berkelanjutan dan membuka peluang baru bagi petani seiring dengan berkembangnya pasar karbon," imbuhnya.
Dengan putaran pendanaan seri A ini, Eratani bertujuan untuk mempercepat penerapan teknologi modern, mencakup alat pertanian presisi, mekanisasi lahan, hingga praktik budidaya yang berkelanjutan.
Inovasi-inovasi itu bertujuan agar dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitas, sekaligus mendukung target iklim dan keberlanjutan Indonesia secara nasional. Di samping itu, pendanaan ini juga mencerminkan kepercayaan investor terhadap kemampuan Eratani dalam mentransformasi sektor pertanian padi dalam negeri.
Baca Juga: Elevarm Umumkan Pendanaan Pra-Seri A dari Intudo Ventures, Segini Nominalnya
Sekadar informasi, beras adalah makanan pokok bagi lebih dari setengah populasi dunia, menyumbang lebih dari 70 persen asupan kalori harian di banyak negara berkembang. Namun demikian, beras juga merupakan salah satu komoditas yang paling merusak lingkungan.
Sawah yang tergenang bisa menyumbang sekitar 1,5-2 persen dari total emisi gas rumah kaca global - setara dengan emisi dari seluruh sektor penerbangan - dan hampir setengah dari seluruh emisi lahan pertanian.
Selain itu, beras juga memiliki konsumsi air yang sangat tinggi, memerlukan 3.000 hingga 5.000 liter air per kilogram. Jumlah ini dua hingga tiga kali lebih banyak dibandingkan komoditas pangan utama lainnya.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Startup Aquatech dan Agritech Terapkan AI untuk Bisnis