Hasil Studi: 75% Content Creator Mengalami Stress, Sisanya Sangat Sering Stress

Uli Febriarni
Selasa 13 Agustus 2024, 17:26 WIB
Sebanyak 75% content creator mengalami stress (Sumber: Tasty Edits)

Sebanyak 75% content creator mengalami stress (Sumber: Tasty Edits)

Menjadi content creator sekarang ini sudah dipilih menjadi pekerjaan penuh oleh banyak orang. Alasannya adalah karena pembuat konten sangat populer, terutama di kalangan anak muda.

Sebagai contoh, pembuat konten dapat menghasilkan 90% dari konten yang kemudian dikonsumsi Milenial dan Gen Z. Dan 45% orang sangat ingin membeli produk yang dipromosikan oleh kreator di media sosial.

Namun, layaknya pekerjaan lainnya yang juga kita kenal selama ini, pekerjaan sebagai content creator tidak lepas dari lelah dan stress.

Kelelahan juga memengaruhi sebagian besar pekerja di dunia konten kreator.

Baca Juga: EXAONE 3.0: Model AI Open Source LG yang Berbahasa Korea, Diklaim Tak Kalah dengan Meta Llama 3.1 dan Google Gemma 2

Sebuah studi yang dilakukan pada 2023 oleh platform pengeditan video, Tasty Edits, menunjukkan bahwa 79% kreator pernah mengalami kelelahan.

Angka tersebut meningkat menjadi 83% di antara para kreator yang berjuang untuk memonetisasi platform mereka.

(ilustrasi) Seorang content creator (kreator konten) (sumber: freepik)

Tasty Edits melakukan survei mendalam dengan wawancara lanjutan terhadap 163 kreator dari total 29.000 kreator. Tujuannya adalah untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana para kreator menghadapi kesehatan mental dan kelelahan.

Baca Juga: Rumah Sakit Pintar untuk Optimalkan Perawatan Pasien dan Operasional

Pendiri Tasty Edits, Alex Lefkowitz, dalam laporan riset itu mengatakan, meskipun ekonomi kreator sedang berkembang, kelelahan kreator telah muncul sebagai masalah yang serius.

"Selama bertahun-tahun, laporan tentang orang-orang yang kehilangan energi dan minat dalam pekerjaan mereka dan menyerah pada upaya kreasi mereka telah beredar," ungkapnya, seperti dikutip dari laman publikasi studi mereka, Selasa (13/8/2024).

Namun, lanjut dia, sejauh ini belum ada penelitian yang sistematis, untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai pendekatan para kreator terhadap kesehatan mental dan kelelahan.

Baca Juga: Monitor Gaming LG UltraGear GS60QC, Janjikan Optimasi Kualitas Gambar dan Refresh Rate Lebih Tinggi

Baca Juga: Antler Gandakan Investasinya di Asia Tenggara, Tanam Modal Senilai Rp1,1 Triliun untuk Startup

Para kreator, termasuk mereka yang membuat konten untuk platform seperti YouTube, TikTok, Instagram, dan Facebook, dapat mengalami kelelahan karena beberapa alasan, antara lain:

  • Tekanan untuk menghasilkan konten baru yang berkinerja baik,

  • Tekanan finansial dari jadwal kerja yang tidak dapat diprediksi,

  • Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi,

  • Tekanan media sosial,

  • Ekspektasi yang tinggi dari sponsor, klien, dan penonton.

Di antara 37% yang mendapatkan penghasilan penuh waktu, 57% kreator memposting beberapa kali dalam sepekan, 70% menghabiskan lebih dari empat jam sehari untuk membuat konten, 63% menggunakan setidaknya empat strategi monetisasi, dan 75% mengalami kelelahan.

"Angka tersebut meningkat menjadi 83% di antara mereka yang berpenghasilan rendah," tulis laporan studi tersebut.

Seorang peserta survey yang mengemukakan pendapatnya, berkata bahwa kelelahan baginya rasanya seperti: otaknya terkuras habis dari sisa-sisa kreativitas yang dimilikinya.

"Saya harus beristirahat sejenak dari mengunggah dan memperlambat segalanya," ujarnya.

Sementara itu, content creator yang lainnya berkata:

Aku mulai marah ketika aku tidak mendapatkan hasil seperti yang aku inginkan. Yang berarti saya lebih tertarik pada angka ketimbang bagian kreatif yang kami lakukan untuk memulainya.

Mengambil waktu sebentar dan tidak memaksakan diri untuk mengunggah sekian kali per pekan itu membantu. Tetapi, itu menyebabkan angka (view, engagement, dan lainnya) kita turun, tapi itulah yang dikorbankan untuk mendapatkan kondisi pikiran yang lebih baik.

Penelitian ini juga menemukan:

  • 98% pembuat konten mengambil cuti untuk mengatasi kelelahan,

  • 93% berolahraga,

  • 63% mengalihdayakan dan mendelegasikan tugas,

  • 42% menemui ahli kesehatan mental.

Di antara responden itu, mereka yang paling tidak stres juga merupakan orang-orang yang melakukan outsourcing, dan mendelegasikan tugas-tugas kepada orang lain.

Sebanyak 3 dari 5 kreator dalam survey itu setuju, mengambil rekan outsourcing secara langsung berdampak positif pada kesehatan mental mereka. Lalu, 4 dari 5 kreator mengakui mereka lebih sedikit mengalami stres setelah merekrut tim kreasi konten, meskipun kanal mereka baru saja tumbuh. Bahkan, mereka bisa meraih pendapatan lebih dengan berkreasi bersama tim outsourcing, bukan sendirian.

Seorang kreator yang menjadi peserta survei mengatakan:

Tidak ada yang bisa melakukan semuanya. Jika seseorang bisa melakukan sesuatu sebaik saya, atau lebih baik, itu luar biasa.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno18 Desember 2025, 20:23 WIB

Roblox Replay 2025: Laporan Tentang Tren Pencarian dan Gaya dalam Pengalaman Digital

Tahun ini pengguna di seluruh dunia menghabiskan 88,7 miliar jam di platform tersebut.
2025 Roblox Replay. (Sumber: Roblox)
Lifestyle18 Desember 2025, 19:23 WIB

Carhartt WIP x Salomon X-ALP: Alas Kaki Khusus untuk Hiking

Sepatu tersedia dalam satu warna saja dan sudah meluncur global.
Carhartt Work In Progress (WIP) x Salomon perkenalkan sepatu kolaborasinya, X-ALP. (Sumber: Carhartt WIP)
Hobby18 Desember 2025, 17:54 WIB

Disclosure Day: Film Baru Steven Spielberg, Tayang 12 Juni 2026

Cuplikan pertama film baru misterius karya sutradara legendaris ini.
Poster film Disclosure Day. (Sumber: null)
Techno18 Desember 2025, 17:20 WIB

Warner Bros Discovery Tolak Tawaran Pembelian dari Paramount, Ada Apa?

Dewan direksi WBD tetap berkomitmen pada kesepakatan dengan Netflix.
Warner Bros Discovery diantara penawaran pembelian Netflix atau Paramount. (Sumber: istimewa)
Techno18 Desember 2025, 16:33 WIB

Komdigi Ingin Terapkan Kartu SIM Ponsel Berbasis Biometrik Pengenalan Wajah

Kebijakan akan mulai berlaku pada 1 Januari 2026.
Ilustrasi kartu sim untuk ponsel. (Sumber: istimewa)
Lifestyle18 Desember 2025, 15:04 WIB

Crunchyroll Arc 2025 Kembali Hadir, Ada 7 Persona Bagi Perjalanan Setiap Penggemar

Arc 2025 kembali diadakan untuk merayakan fandom, ikatan erat, dan kebangkitan anime di seluruh dunia.
Crunchyroll Arc 2025.
Startup18 Desember 2025, 13:58 WIB

Superbank Melantai di Bursa Efek Indonesia, Kumpulkan Dana Rp2,79 Triliun

Dana tersebut akan dialokasikan buat ekspansi bisnis dan penguatan kapabilitas perusahaan.
Superbank melantai Bursa Efek Indonesia (BEI). (Sumber: Superbank)
Techno18 Desember 2025, 13:24 WIB

Sharp Aquos R10 dan Sense 10 Resmi Dipasarkan di Indonesia, Segini Harganya

Sharp Perluas Lini Smartphone Premium Lewat AQUOS Sense 10 dan AQUOS R10.
Sharp memperkenalkan smartphone Aquos R10 dan Sense 10. (Sumber: Sharp Indonesia)
Travel18 Desember 2025, 11:52 WIB

Patung Lilin Jung Hae In Resmi Hadir di Madame Tussauds Hong Kong

Kalau kamu lagi berkunjung ke sini, enggak ada salahnya untuk mampir melihat aktor K-pop idolamu.
Aktor Jung Hae In (kiri) berfoto dengan figur patung lilin yang menyerupai dirinya di Madame Tussauds Hong Kong.
Techno17 Desember 2025, 19:17 WIB

Razer Meluncurkan Raiju V3 Pro: Kontroler E-sports Elit untuk PlayStation 5

Begini spesifikasi lengkap dan harganya.
Raizer Raiju V3 Pro. (Sumber: Raizer)