Indonesia Tidak Akan Terdampak Resesi Ekonomi, Kok Bisa?

Rahmat Jiwandono
Selasa 17 Januari 2023, 16:19 WIB
Ilustrasi resesi (Sumber : freepik)

Ilustrasi resesi (Sumber : freepik)

Techverse.asia - Isu terkait kemunculan fenomena resesi global di tahun 2023 semakin ramai dibahas dalam diskusi ilmiah di bidang ekonomi. Salah satu dosen ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr. Ayif Fathurrahman, S.E., S.E.I., M.Si. menyampaikan dalam sebuah kajian jika menurutnya Indonesia tidak terkena resesi yang dapat mengancam perekonomian nasional.

Hal tersebut disampaikannya dalam kajian diskusi ilmiah yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIE) UMY pada Selasa (17/1/2023) yang bertajuk “Dialog Mahasiswa Terhadap Resesi Ekonomi 2023”. Selaku pakar ekonomi, Ayif mengatakan jika ketahanan ekonomi Indonesia didasarkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keterlibatan Indonesia terhadap aktivitas ekonomi internasional masih tergolong rendah.

“Indonesia tidak seperti Turki atau Amerika Serikat, keterlibatan kita dalam forum internasional di bidang ekonomi masih sangat terbatas di bawah 20 persen. Namun dampak positif dari Indonesia yang belum menggunakan instrumen seperti digital international payment adalah menjadi tidak rapuh terhadap ketidakpastian ekonomi global,” kata Ayif.

Baca Juga: Ancaman Resesi Ekonomi Global 2023, Pakar: Kebijakan Makro Harus Lebih Ketat

Menurut Ayif, ketahanan ekonomi Indonesia bisa dilihat dari sektor yang masih stabil pertumbuhannya, seperti sektor ekspor-impor. Dalam triwulan terakhir, stabilitas kegiatan ekspor-impor Indonesia dapat dibilang baik bahkan cenderung meningkat.

“Termasuk harga beberapa komoditas minyak mentah seperti sawit dan logam yang juga meningkat dan menguntungkan Indonesia,” ujarnya. Ayif juga menambahkan jika di 2021 pendapatan Indonesia melalui ekspor batu bara mencapai Rp400 triliun.

Kendati dengan nominal sebesar itu, tapi kenyataannya komposisi ekspor-impor dari total Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sekitar 50persen, sehingga guncangan ekonomi di tingkat global tidak akan terlalu berdampak. Hal ini karena stabilitas ekonomi nasional lebih dipengaruhi oleh keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang juga menjadi bentuk antisipasi pemerintah Indonesia.

“UMKM di Indonesia memberikan kontribusi yang lebih besar yaitu sekitar 67 persen, maka jika Indonesia ingin mempertahankan fundamental ekonomi nasional harus menguatkan eksistensi UMKM,” ungkapnya.

Baca Juga: 5 Tips untuk Siap Menghadapi Ancaman Resesi Global Tahun Depan

Ayif sendiri tidak menyangkal bahwa masih terdapat faktor yang membuat Indonesia rentan terkena resesi, salah satunya jika masyarakat kaya di Indonesia lebih mengutamakan investasi di luar negeri dibandigkan di Indonesia yang dapat menyebabkan Indonesia kekurangan modal. Namun demikian, ia tetap optimistis selama Indonesia dapat mempertahankan basis fundamental ekonomi maka akan dapat bertahan dari resesi.

“Justru Indonesia dapat menjadikan ini sebagai peluang bukan ancaman,” terangnya.

Acara diskusi yang dilaksanakan di ruang amphitheater gedung Ibrahim ini juga diisi oleh dialog antar mahasiswa yang berdiskusi mengenai dampak apa saja yang terjadi selama resesi serta langkah strategis yang sudah pemerintah lakukan. Dialog ini menghasilkan kesimpulan bahwa pemerintah Indonesia harus lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan, dimana saat ini juga sedang terjadi berbagai fenomena seperti krisis pangan dan energi. 

Terpisah, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan kinerja dan prospek ekonomi global pada tahun 2023 diperkirakan akan memburuk dengan risiko resesi dan tingkat inflasi tinggi serta diikuti ketidakpastian ekonomi tinggi yang disebabkan oleh volatilitas keuangan global. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan ekonomi makro Indonesia lebih ketat untuk mengatasi dampak resesi tersebut.

“Harapannya resesi global tidak terjadi. Mudah-mudahan koordinasi global lebih baik sehingga pemulihan menjadi lebih cepat,” kata Eddy. 

Eddy menyebutkan rata-rata inflasi negara global mencapai 9,2 persen dan diharapkan bisa melunak di bawah angka tersebut. Saat ini, kata Eddy, tingkat inflasi negara eropa akibat dampak perang Rusia dan Ukraina mencapai 10 persen sedangkan Amerika Serikat mencapai 7,1 persen.

“Negara maju seperti Amerika Serikat tingkat inflasinya sampai 9 persen. Sekarang 7,1 persen. Turun 1 hingga 2,5 persen saja mereka sangat senang. Eropa sekarang (inflasi) 10 persen. Indonesia sekitar 5,42 inflasinya, lebih moderat daripada negara maju,” ujarnya. 

Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tumbuh di angka 5,3 rata rata per tahun dalam enam kuartal terakhir menurutnya merupakan prestasi tersendiri, pasalnya Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif dalam dua kuartal di masa awal pandemi lalu. “Sempat mengalami pertumbuhan negatif, sekarang pertumbuhan menjadi positif. Tentu ini bukan cerminan hasil akhir, sebab berbagai faktor fundamental tidak selamanya kita kuat seperti yang kita bayangkan,” jelasnya.

Meski pertumbuhan ekonomi tinggi dan tingkat inflasi di angka 5 persen, pemerintah menurutnya tidak lekas berpuas diri sebaliknya tetap waspada terhadap ancaman resesi global. “Dibandingkan negara maju, kita bisa optimis sekali, namun tetap hati hati. Saya kira pemerintah juga berhati hati terlihat dari pernyataan yang disampaikan berulang-ulang oleh Presiden dan menteri-menteri,” katanya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno24 Juni 2025, 21:55 WIB

Lenovo Chromebook Plus 14 Rilis Global, Cek Harga dan Spesifikasinya

Lenovo Chromebook Plus 14 baru mengubah kemampuan sistem suara Chromebook.
Lenovo Chromebook Plus model 14 inci. (Sumber: Lenovo)
Automotive24 Juni 2025, 20:25 WIB

Ford Dukung Alffy Rev dalam Ekspedisi Wonderland Indonesia

Wujud Nyata Cinta pada Budaya dan Alam Nusantara.
Ford RMA Indonesia bersiap melakukan ekspedisi wonderland. (Sumber: istimewa)
Techno24 Juni 2025, 18:58 WIB

Vivo Pertama Kali Hadir di Jakarta Fair Kemayoran 2025, Banyak Kegiatan dan Promo

Dapatkan Promo Menarik dari vivo selama Jakarta Fair 2025.
Vivo ikut meramaikan gelaran Jakarta Fair Kemayoran 2025. (Sumber: dok. vivo)
Startup24 Juni 2025, 18:34 WIB

Grab Ventures Velocity Batch ke-8 Resmi Bergulir, Fokus Bisnis Berkelanjutan

Program ini akan berjalan sampai akhir tahun.
Grab Ventures Velocity (GVV) Batch ke-8. (Sumber: grab)
Techno24 Juni 2025, 16:40 WIB

Aplikasi Firefly Besutan dari Adobe Resmi Hadir di Platform iOS dan Android

Ada juga model pihak ketiga baru yang dapat dicoba oleh pengguna.
Adobe Firefly. (Sumber: Adobe)
Lifestyle24 Juni 2025, 15:40 WIB

Lego Pamerkan Mercedes-AMG F1 W14 E Performance Ukuran Asli di Senayan City Jakarta

Lego Group menghadirkan pengalaman pit stop di Senayan City, Jakarta.
Lego Mercedes-AMG Petronas F1. (Sumber: istimewa)
Techno24 Juni 2025, 14:59 WIB

Samsung Galaxy Unpacked 2025: Ponsel Lipat Galaxy Z Ultra Siap Diungkap?

Acara ini akan disiarkan secara live lewat kanal resmi Youtube Samsung Indonesia pukul 21.00 WIB pada 9 Juli 2025.
Samsung Galaxy Unpacked 2025 akan digelar pada 9 Juli mendatang. (Sumber: Samsung)
Techno23 Juni 2025, 19:46 WIB

JBL Bar 1000 MK2: Soundbar yang Mendapat Peningkatan Daya Signifikan

Nikmati pengalaman menonton film di rumah dengan rangkaian soundbar JBL yang paling imersif dan berperforma terbaik.
JBL Bar 1000 MK2. (Sumber: JBL)
Automotive23 Juni 2025, 18:43 WIB

Mahindra M11Electro Warnai Balapan Jakarta E-Prix 2025

RMA Indonesia mulai melayani pelanggan di Indonesia sejak 2008 melalui anak perusahaannya PT Mitra Bisnis.
Mahindra Racing Car (kiri) dan Mahindra XUV700. (Sumber: dok. mahindra)
Techno23 Juni 2025, 17:23 WIB

Pasar Kripto dan Saham AS Terguncang Setelah Serangan AS Ke Iran

Kripto mengalami penurunan karena serangan militer Amerika Serikat ke Iran.
Ilustrasi kripto. (Sumber: Crypto News)