Techverse.asia - Skechers Indonesia menggelar kegiatan #MainNyaman perdana, sebuah pengalaman berolahraga yang mengajak media, KOL, dan representasi komunitas olahraga untuk merasakan langsung kenyamanan dan performa sepatu Skechers Performance di lapangan.
Acara ini menghadirkan rangkaian aktivitas seperti sesi talk show, coaching clinic, dan fun match, dengan fokus pada sepatu Skechers Viper Court Rally - model performa yang dirancang khusus untuk mendukung kebutuhan olahraga berbasis lapangan seperti padel dan tenis.
Fenomena naik daunnya olahraga padel di Indonesia, yang menjadi konteks penting bagi Skechers untuk menunjukkan relevansi produknya. Dengan pertumbuhan lapangan padel di kota-kota besar, kebutuhan akan sepatu yang memberikan stabilitas, fleksibilitas, dan kenyamanan jangka panjang makin terasa.
Sepatu Skechers Viper Court hadir dengan desain ringan serta breathable untuk mendukung gerakan multi-arah, serta teknologi seperti Goodyear Rubber Outsole untuk grip kuat dan stabilitas maksimal di permukaan lapangan yang mengurangi kemungkinan slip saat melakukan olahraga padel.
Lalu juga memakai teknologi Arch Fit Insole untuk menopang telapak kaki secara optimal, khususnya untuk pengguna dengan telapak kaki yang cenderung datar.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, ASICS Hadirkan 2 Sepatu Khusus Olahraga Padel
“#MainNyaman adalah cara kami mendekatkan lini performa Skechers langsung ke masyarakat, bukan hanya lewat display di toko, tapi lewat gerakan nyata di lapangan,” ujar Stefanie Saragih selaku Brand Marketing Senior Division Manager di PT. MAP Aktif Adiperkasa, Rabu (4/6/2025).
Ia menyampaikan, dengan pendekatan berbasis pengalaman ini, Skechers menegaskan kembali komitmennya sebagai brand yang bukan hanya nyaman dan stylish, tetapi juga siap mendukung gaya hidup aktif masyarakat Indonesia - mulai dari padel hingga lari dan sepak bola.
Sebagai informasi, padel, yang terkadang disebut tenis padel, adalah olahraga raket asal Meksiko, biasanya dimainkan secara ganda di lapangan tertutup yang sedikit lebih kecil dari lapangan tenis ganda. Meskipun padel memiliki sistem penilaian yang sama dengan tenis, aturan, pukulan, dan tekniknya berbeda.
Baca Juga: Enzy Storia Jadi Duta Merek Perempuan Pertama di Skechers Indonesia
Bola yang digunakan serupa tetapi dengan sedikit tekanan. Perbedaan utamanya adalah lapangan memiliki dinding dan bola dapat dimainkan di sana dengan cara yang sama seperti dalam permainan squash dan menggunakan tongkat pemukul yang kokoh dan tanpa tali. Tinggi bola yang diservis harus setinggi atau di bawah pinggang.
Olahraga ini diperkirakan ditemukan di Acapulco, Meksiko, oleh Enrique Corcuera pada 1969 silam, setelah ia memodifikasi lapangan squash miliknya untuk menggabungkan elemen tenis platform.
Awalnya, dinding dan permukaannya terbuat dari beton. Penonton tidak dapat menyaksikan pertandingan. Namun dengan seiring berjalannya waktu, dinding kaca dan rumput sintetis menggantikan beton.
Banyak pemain padel profesional terkenal yang sebelumnya berkompetisi dalam tenis, termasuk mantan pemain WTA Tour Roberta Vinci dan Lara Arruabarrena. Padel tetap menjadi olahraga khusus selama beberapa dekade, tetapi popularitasnya melonjak selama pandemi Covid-19 karena dapat dimainkan di luar ruangan dan tidak melibatkan kontak fisik.
Baca Juga: ASICS Gel-Resolution X: Sepatu Tenis dengan Bantalan FF Blast Plus Eco Foam
Padel dimasukkan dalam European Games 2023. Federasi Padel Internasional (FIP) ingin memiliki 75 federasi nasional agar padel menjadi olahraga Olimpiade untuk Olimpiade Musim Panas 2032.
Tiga lapangan padel dapat ditampung dalam satu lapangan tenis sehingga banyak klub tenis yang mengubah lapangan tenis menjadi lapangan padel karena lebih menguntungkan bagi pemilik bisnis.
Di Amerika Serikat (AS) sendiri, biaya untuk pembuatan lapangan padel berkisar antara US$60 ribu hingga US$80 ribu. Pada 2023, Deloitte memproyeksikan jumlah lapangan padel berpotensi mencapai 84 ribu field pada tahun depan.