Techverse.asia - Sosialisasi ARTJOG 2025 dilaksanakan di Jogja National Museum (JNM), Pakuncen, Wirobrajan, Kota Jogja, pada Rabu (20/11/2024) kemarin. Untuk pameran tahun depan tema yang diusung adalah Motif: Amalan.
Tema tersebut didasari pada dua pertanyaan: Bisakah praktik seniman dan karya seninya dilihat sebagai suatu amalan? Apakah amalan seni terbatas hanya pada dunia seni atau mampu menyentuh kehidupan bersama kita yang lebih luas?
Baca Juga: Pop Mart Christmas Town Hadir di Gandaria City, Buka Selama 50 Hari
Hendro Wiyanto (Kurator Tamu ARTJOG 2025) dalam menanggapi dan merespon tema ARTJOG 2025 - Motif: Amalan dengan menggambarkan bahwa pegiat seni berada di dunia luar yang harus membuktikan bahwa seni itu nyata di masyarakat, sehingga ada yang harus diamalkan melalui keindahan, keserasian, dan harmoni.
Namun, ternyata seni dan pegiatnya memiliki keunikan sendiri dalam menafsirkan dunia mereka, serta cara menyikapi kenyataan amalan. Sehingga Motif: Amalan merujuk pada seni bisa saja diamalkan atau malah diketahui.
"Jika kita kaitkan dengan tema, harus mengamalkan sesuatu ‘Amalan’ itu saja tidak bisa dinilai oleh senimannya sendiri. Seperti yang saya katakan tadi ekosistem seni bekerja lebih berat dibandingkan seniman," ujarnya.
Baca Juga: Sri Sultan HB X Kunjungi ARTJOG 2024, Pemad: Banyak Cerita Tentang Idenya
Lebih lanjut, katanya, hubungan individu dan kolektivitas, antara individu dan masyarakat, antara personal dan societal atau yang sosial itu bukan hubungan yang sederhana.
"Sekali lagi, kalau kami kembali ke tema Amalan, tema ini sama sekali bukanlah sesuatu yang visibly atau yang kita lihat begitu saja, dia hanya bisa dinilai dan penilaian bisa berubah-ubah, dia tidak ditentukan oleh pribadi, tetapi dia diuji oleh masanya, diuji oleh waktu, diuji oleh ekosistem yang bekerja," papar dia.
Seniman Ade Darmawan membicarakan dan mengulas tentang citra visual seorang seniman yang seolah sedang menghadapi tantangan di tengah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan membuat peran seniman tidak terlihat karena tidak memiliki ciri khas atau perbedaan. Sehingga seniman memerlukan daya ubah agar memiliki bagian dan posisi yang berbeda.
"Hal tersebut mendorong seniman untuk membuat dimensi-dimensi atau peran tertentu dan berdampak pada interpretasi seni yang terlihat hampir sama dengan dunia nyata. Salah satu peran yang tercipta adalah sebuah praktik kolektif seni," katanya.
Baca Juga: Dikira Sampah, Karya Seni Berusia 36 Tahun Nyaris Dibuang
Selain pameran seni rupa, penyelenggaraan ARTJOG 2025 - Motif: Amalan akan dilengkapi dengan hadirnya program ARTJOG Kids, performa ARTJOG, Exhibition Tour, Meet the Artist, Curatorial Tour, Artcare Indonesia, Jogja Art Weeks, dan Love ARTJOG.
Adapun commission artist untuk ARTJOG Kids adalah RE-EXP (REcycle EXPerience), sebuah proyek kesenian yang diinisiasi oleh Evan Driyananda dan Attina Nuraini sejak akhir tahun 2006. Sedangkan commission artist ARTJOG 2025 - Motif: Amalan adalah Anusapati, seorang pematung kelahiran Surakarta yang menemukan ungkapan dan material untuk karya-karyanya dari lingkungan terdekatnya, seperti kayu.
Selain itu, ARTJOG 2025 membuka kesempatan bagi para perupa muda di bawah usia 35 tahun untuk mendaftarkan proposal karya mereka melalui skema panggilan terbuka yang nantinya akan diseleksi oleh tim kurator ARTJOG.
Aplikasi karya juga dibuka bagi anak dan remaja usia 6-15 tahun yang ingin berpartisipasi dalam program ARTJOG Kids. Informasi mengenai syarat dan ketentuannya dapat diunduh di situs resmi mereka. Aplikasi seniman dibuka hingga 25 Januari 2025.
Baca Juga: ARTJOG 2024 Pakai Tema Motif: Ramalan, Nicholas Saputra Turut Pamerkan Karya Seninya