Techverse.asia - Data dari laporan terbaru YouGov berjudul ‘Indonesia next-gen car outlook 2025’ mengungkapkan bahwa merek mobil Jepang tetap menjadi pemimpin yang tak terbantahkan dalam persepsi kualitas dan nilai di kalangan konsumen Indonesia, dengan 90% menilai mereka sebagai 'kualitas baik' dan 83% menyebutnya 'nilai terbaik untuk uang.'
Merek Jerman menyusul, sementara produsen asal Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Korea Selatan berada di peringkat menengah dalam persepsi konsumen. Laporan ini juga menunjukkan mengenai momentum pembelian jangka pendek yang kuat.
Baca Juga: Harley Davidson Umumkan Deretan Sepeda Motor Terbarunya, Cek Yuk
Sekitar 43% orang Indonesia berharap untuk membeli mobil dalam tiga tahun ke depan, termasuk 17% yang berencana untuk melakukannya dalam 12 bulan ke depan. Bensin tetap menjadi pilihan yang paling mungkin (49%), meskipun minat terhadap kendaraan hibrida (21%) dan listrik (12%) cukup besar.
Pasar yang sedang bertransisi seiring merek-merek baru mendapatkan visibilitas
Meskipun dominasi mobil pabrikan Negeri Sakura masih berlanjut, pasar sedang bergeser. Sekitar 81% masyarakat Indonesia kini dapat menyebutkan setidaknya satu merek mobil yang sedang naik daun, dipimpin oleh Wuling (55%) dan BYD (39%), diikuti oleh Chery (22%) dan BYD Denza (17%).
Kesadaran menurun secara signifikan melampaui empat merek teratas, menunjukkan adanya diferensiasi tahap awal di antara pemain baru. Kesadaran bahkan lebih tinggi di kalangan pembeli mobil jangka pendek yakni mereka yang berencana membeli kendaraan dalam tiga tahun ke depan.
Baca Juga: Mini Car Honda N-ONE e: Mulai Resmi Dijual di Jepang
Meningkatnya keterbukaan terhadap merek mobil baru dan yang sedang naik daun
Sementara secara keseluruhan, 58% masyarakat Indonesia terbuka untuk membeli dari merek baru atau yang sedang naik daun, meningkat menjadi 76% di kalangan pembeli jangka pendek.
Untuk lebih memahami bagaimana kesadaran berubah menjadi niat, YouGov memeriksa tingkat konversi corong pembelian untuk melihat persentase konsumen yang beralih dari kesadaran menjadi pertimbangan.
Citroën menunjukkan tingkat konversi tertinggi (81%), diikuti oleh Aion (80%) dan VinFast (80%), menunjukkan resonansi yang kuat di antara mereka yang mengenali merek-merek ini.
Meskipun Wuling memiliki kesadaran tertinggi secara keseluruhan, tingkat konversinya (77%) menunjukkan bahwa visibilitas yang kuat tidak selalu berbanding lurus dengan pertimbangan. Hal ini menyoroti nuansa persaingan awal di antara merek-merek yang sedang berkembang.
Baca Juga: Citroën Pamerkan C5 Aircross Concept dan Ami Buggy Vision di Paris Motor Show 2024
Apa yang mendorong dan membatasi daya tarik merek-merek yang sedang berkembang?
Di antara masyarakat Indonesia yang menyadari merek-merek yang sedang berkembang, faktor-faktor pendorong utama adalah konsumsi bahan bakar yang baik (57%), teknologi canggih (52%), fitur keselamatan, dan keberlanjutan (masing-masing 46%).
Namun demikian, terdapat beberapa kekhawatiran. Seperti biaya (50%), nilai jual kembali (47%), fitur teknologi yang buruk (42%), dan masalah keandalan (39%) merupakan hambatan terbesar yang mencegah pembeli jangka pendek memilih merek mobil baru.
Kaum pria lebih cenderung mempertimbangkan biaya (58% berbanding 40%) dan nilai jual kembali (50% berbanding 42%) dibandingkan wanita yang ketika mengevaluasi merek mobil yang sedang berkembang.
Baca Juga: Wuling Darion Model EV dan PHEV Mengaspal di Indonesia, Segini Harganya
Temuan ini juga menyoroti tentang kesenjangan kepercayaan yang harus diatasi oleh produsen mobil yang sedang berkembang untuk mengubah minat yang meningkat menjadi niat beli.
Metodologi yang digunakan
Wawasan dalam laporan ini bersumber dari survei YouGov: layanan – memberikan jawaban cepat dari audiens yang tepat. Survei ini telah dilakukan secara daring atau online antara 17 September sampai 10 Oktober 2025 terhadap 1.003 responden di Tanah Air.