Techverse.asia - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta lewat Dinas Pariwisata saat ini sedang menggagas kerjasama dengan maskapai penerbangan asal China yakni Long Air serta Hainan Airlines guna membuka rute penerbangan langsung alias direct flight dari Kota Pelajar ini.
Program tersebut punya dua program besar, yaitu pemberangkatan jemaah umrah langsung dari Yogyakarta menuju Jeddah, Arab Saudi, dan meningkatkan kedatangan wisatawan mancanegara atau inbound tourism. Selama ini, jemaah umrah yang berasal dari Kota Yogyakarta dan sekitarnya harus terlebih dahulu transit di Kota Jakarta sebelum berangkat ke Tanah Suci.
Baca Juga: Mau Umrah Langsung dari Semarang dan Solo, Kini Bisa Pilih Penerbangan Bersama Lion Air
Dengan adanya kerja sama itu, diharapkan penerbangan dapat dilakukan langsung dari Kota Yogyakarta melalui Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dengan transit di Negeri Tirai Bambu, sebelum melanjutkan penerbangan ke Jeddah. Skema ini diyakini akan menekan biaya perjalanan, sebab jemaah enggak perlu lagi menanggung biaya tambahan untuk bermalam di Jakarta.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan menyatakan, potensi jemaah umrah dari Kota Yogyakarta dan wilayah sekitarnya, termasuk Provinsi Jawa Tengah bagian selatan relatif sangat masif. Pasarnya sendiri bisa mencapai lebih dari 20 juta orang per tahunnya.
"Hal ini yang mau kami garap melalui kolaborasi inovatif," ujar Wawan.
Tak hanya membahas soal umrah saja, kerja sama tersebut juga guna mendukung sektor pariwisata dan ekonomi lokal. Selama ini, inbound tourism yang datang dari luar negeri lebih banyak masuk lewat Pulau Bali, baru kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta.
Baca Juga: 9 Startup Finalis Climate Impact Innovations Challenge 2025
"Maka dengan adanya penerbangan langsung nanti dari sini ke China diharapkan para wisatawan asing dari sana bisa langsung menjadikan Yogyakarta sebagai destinasi utama sebelum ke Bali," kata dia.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menyebutkan, data menunjukkan bahwa rata-rata lama tinggal dan tingkat pengeluaran wisatawan mancanegara tiga sampai empat kali lebih besar ketimbang wisatawan dari dalam negeri atau domestik.
"Perputaran uang wisatawan mancanegara di Kota Yogyakarta pada tahun lalu kami mencatat sekitar Rp11 juta per orang. Sedangkan untuk wisatawan domestik sendiri, spending mereka cuma sekitar Rp2,3 jutaan. Untuk itu, kalau inbound tourism meningkat, maka potensi perputaran ekonomi pun dapat mencapai miliaran rupiah," katanya.
Baca Juga: 5 Makanan dari Kota Yogyakarta Ini Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda, Apa Saja?
Merespons usulan itu, Direktur Shintian Jaya Aviasi Emerson Lo Vun Zet, yang menjadi mitra strategis dalam perencanaan ini, menandaskan akan pentingnya keberlanjutan penerbangan. Menurutnya, penerbangan setidaknya harus dilaksanakan minimal tiga kali dalam seminggu supaya tetap dapat bertahan.
"Dengan kapasitas narrow body sekitar 160 kursi, potensi pergerakan penumpang per minggu bisa tembus hampir 500 orang. Dalam jangka waktu dua tahun, dampak ekonominya juga bisa sangat signifikan," papar Emerson.
Salah satu pelaku usaha yang mendukung program itu, Edwin Himna berharap bahwa kolaborasi tersebut akan dilakukan pembahasan teknis lebih lanjut. Sehingga, proses perizinannya dengan otoritas terkait jadi lebih gampang dan lancar, tapi dia optimistis direct flight umrah sekaligus bisa segera terealisasi dalam waktu dekat ini.
Baca Juga: Pemprov Bali Segera Terapkan Kuota Bagi Wisatawan Asing
"Berkat kehadiran maskapai penerbangan Hainan Airlines otomatis harapan kami bakal semakin banyak wisatawan dari China nantinya juga berlibur ke Kota Yogyakarta. Bersyukur juga karena sudah ada titik terang (mengenai kerja sama itu)," ujarnya.
Dengan demikian, harapannya, selain melayani para jemaah umrah berangkat ke Tanah Suci, penerbangan ini juga membuka peluang ekspor produk lokal asli Yogyakarta hingga meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, utamanya dari China.