TikTok PHK Puluhan Karyawan di Divisi Penjualan dan Periklanan

Ilustrasi TikTok (Sumber: null | Foto: Pexels)

Techverse.asia - TikTok adalah salah satu perusahaan terbaru yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melanda industri teknologi selama setahun terakhir. TikTok dilaporkan memangkas sekitar 60 pekerjaan, sebagian besar di divisi penjualan dan periklanan di berbagai kantornya di Amerika Serikat (AS) - Los Angeles, New York, Austin - dan di luar negeri.

TikTok memberhentikan karyawannya dalam upaya mengurangi biaya, menurut karyawan di platform berbagi video tersebut, menjadikannya perusahaan teknologi terbaru yang melakukan pengurangan staf dalam beberapa minggu terakhir.

Perusahaan telah mengadakan pertemuan townhall yang berlangsung pada Selasa (23/1/2024) kemarin setelah pengumuman PHK.

TikTok adalah salah satu aplikasi paling populer di AS, dan memiliki sekitar 7.000 karyawan di negara tersebut. Perusahaan induknya yang berbasis di China, raksasa teknologi ByteDance, memiliki lebih dari 150 ribu pekerja yang tersebar di seluruh dunia.

Baca Juga: POCO X6 5G dan M6 Pro akan Meluncur 1 Februari 2024

Namun, ByteDance pun dilaporkan memangkas ratusan pekerjaan di pengembang Marvel Snap, Nuverse pada tahun lalu. Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, TikTok sendiri sempat melakukan PHK pada pertengahan 2022 karena upaya restrukturisasi global dan kemudian pada awal 2023 untuk melepas staf rekrutmennya di Dublin, Irlandia.

Meskipun hubungan TikTok dengan ByteDance selama bertahun-tahun telah membuat layanan ini menjadi perhatian para pejabat di Washington, AS karena kekhawatiran terhadap keamanan nasional, pertumbuhannya tergolong sangat besar.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka memiliki lebih dari 150 juta pengguna aktif di AS. Dan dengan nilai US$225 miliar, ByteDance diperkirakan menjadi perusahaan swasta paling berharga di dunia.

Selain itu, aplikasi ini juga tetap menjadi aplikasi nomor satu di tangga lagu hiburan iOS App Store, dan nomor lima di antara semua aplikasi gratis, mengalahkan pesaingnya seperti Instagram dan Snapchat.

Baca Juga: Waspada! Sensor Cahaya di Smartphone Sekarang Bisa Jadi Jalur Spyware

TikTok juga terus mengalami pertumbuhan, tapi menurut data SensorTower, pertumbuhannya melambat. Pada 2022, pengguna aktif bulanan TikTok tumbuh rata-rata 12 persen dari tahun ke tahun per kuartal; pada 2023, angka tersebut turun menjadi tiga persen.

Meskipun TikTok mengatakan bahwa PHK hanyalah akibat dari reorganisasi, aplikasi tersebut mungkin mengalami kesulitan saat mencari cara untuk mengintegrasikan TikTok Shop, yang secara resmi diluncurkan di AS pada September tahun lalu.

Sejak itu, pengguna TikTok dii AS mengeluhkan bahwa halaman Untuk Anda (For You Page) mereka dibanjiri dengan video dari pembuat konten yang ingin mendapatkan komisi afiliasi dengan mempromosikan produk dari TikTok Shop.

Di sisi lain, PHK di TikTok merupakan tanda terbaru dari penderitaan di industri teknologi. Perusahaan teknologi besar lainnya, termasuk Google dan Amazon, telah memangkas ribuan karyawan sepanjang tahun ini, karena seluruh sektor mengalihkan sumber daya untuk mengembangkan alat AI generatif baru, yang oleh banyak orang dianggap sebagai teknologi masa depan.

Baca Juga: Tolak Air, Solusi Kebocoran Atap Rumah dengan Teknologi Nano

Sejauh ini pada 2024, ada lebih dari 10 ribu pekerjaan di bidang teknologi yang dipecat, menurut situs pelacak pekerjaan teknologi layoffs.fyi. Hal ini terjadi setelah tahun 2023, yang merupakan tahun yang berat bagi industri teknologi, dengan hilangnya sekitar 260 ribu pekerjaan di sektor teknologi, yang merupakan pengurangan pekerjaan teknologi tertinggi sejak PHK massal yang dipicu oleh pandemi Covid-19.

Di seluruh platform sosial dan produk teknologi konsumen lainnya, PHK telah merajalela sepanjang tahun ini. Amazon telah melakukan perampingan pegawai di Twitch, Audible, Prime Video, dan MGM Studio.

Google sendiri telah memberhentikan lebih dari 1.000 karyawan di bagian penjualan perangkat keras dan periklanan, ditambah seratus karyawan lainnya di Youtube. Aplikasi populer lainnya seperti Duolingo dan Discord juga mengalami pengurangan jumlah karyawan.

Pengamat industri teknologi telah mengutip banyak hal, mulai dari perombakan tenaga kerja di industri untuk fokus pada kecerdasan buatan, staf yang membengkak akibat pandemi, hingga perusahaan yang berharap dapat memberikan lebih banyak keuntungan bagi pemegang saham sebagai alasan hilangnya pekerjaan.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI