Harga Emas Alami Penurunan Terbesar dalam 5 Tahun, Gimana Nasib Bitcoin?

ilustrasi emas (Sumber: freepik)

Techverse.asia – Harga emas di pasar spot anjlok lebih dari 5,3 persen pada Selasa (21/10/2025) ke level US$4.125, menandai penurunan harian terbesar dalam lebih dari lima tahun, setelah mencapai rekor US$4.260 sehari sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi bersamaan ketika Bitcoin justru naik signifikan dari level US$107 ribu ke US$113 ribu.

Namun, kenaikan lebih dari 5,6 persen dalam kurun waktu kurang dari 24 jam tersebut tidak bertahan lama, Bitcoin kembali terkoreksi dan saat ini diperdagangkan di area US$108 ribu. Analyst Reku Fahmi Almuttaqin menilai pasar sempat berspekulasi bahwa tren mulai berubah menjelang potensi pemangkasan suku bunga lanjutan The Fed pekan depan (29/10/2025).

"Data dari CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga bulan ini mencapai hampir 99 persen, mengonfirmasi sikap dovish The Fed terhadap kondisi ekonomi global," ungkapnya, Kamis (23/10/2025).

Baca Juga: Gandeng Atlet E-Sport Counter Strike, ASUS ROG Falchion Ace HFX ZywOo Edition Dilansir

Fahmi menyampaikan, hal ini membuat kondisi likuiditas ketat yang ada di pasar investasi saat ini dapat segera membaik dan memberikan katalis positif bagi instrumen berisiko (risk-on), sehingga narasi rotasi kapital dari emas ke Bitcoin sempat menarik banyak perhatian para trader dan investor kripto.

Mengingat harga emas yang sudah mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa pekan terakhir, penurunan suku bunga lanjutan dapat membuat investor memilih untuk merealisasikan profit guna memindahkan asetnya ke instrumen inflation hedge yang lebih berisiko dan menawarkan potensi kenaikan menarik seiring potensi meningkatnya likuiditas, seperti Bitcoin misalnya.

Laporan Bitwise pada Senin (20/10/2025) menyebutkan, hanya dengan rotasi 2 persen dari total kapitalisasi pasar emas senilai US$17 triliun dapat membuat harga Bitcoin berpotensi menembus US$161 ribu. Saat ini, neraca keuangan The Fed (Fed balance sheet) menunjukkan belum adanya ekspansi signifikan, artinya likuiditas dolar di pasar masih ketat.

Baca Juga: Reku Terima Penghargaan dari CFX, Beri Edukasi dan Inovasi Tentang Kripto

"Selain itu, data Treasury General Account (TGA) menunjukkan pemerintah AS masih melakukan penarikan likuiditas dari sistem perbankan ke kas negara, mempertegas kondisi pasar uang yang belum longgar," terangnya.

Sehingga, meningkatnya kekhawatiran investor terhadap gejolak politik dan ekonomi global dapat memberikan dampak signifikan terhadap volatilitas pasar, terlepas dari potensi bullish ke depan yang cukup terbuka di instrumen berisiko seperti Bitcoin.

Selain itu, pandangan The Fed terkait kondisi ekonomi, yang akan dipaparkan pasca pertemuan FOMC pekan depan, juga menjadi faktor krusial yang akan diperhatikan oleh para investor. Penurunan suku bunga yang diiringi oleh proyeksi kenaikan inflasi dapat membatasi katalis bullish yang dapat berkembang.

"Dalam situasi saat ini di mana potensi pergeseran naratif bullish/bearish cukup terbuka dan ketidakpastian kembali meningkat terkait situasi ekonomi dan kebijakan perdagangan global, pengelolaan portofolio investasi secara lebih aktif dengan diversifikasi yang baik bagi investor atau trader profesional dapat berpotensi memberikan performa yang lebih optimal," katanya.

Baca Juga: Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi Mencapai Rp2 Miliar, Reli akan Berlanjut?

Sedangkan bagi investor pemula, strategi akumulasi bertahap seperti dollar cost averaging (DCA), menarik untuk dipertimbangkan guna mendapatkan harga rata-rata di setiap kenaikan dan penurunan harga yang terjadi, khususnya mengingat potensi bertahannya tren bullish yang ada di pasar kripto saat ini dapat dikatakan masih cukup kuat.

Saat ini pun, investor juga bisa mengoptimalkan DCA dengan fitur yang memudahkan berinvestasi crypto blue chip. Investor dapat berinvestasi Bitcoin, Ethereum, dan crypto blue chip lainnya dalam sekali swipe melalui fitur Packs di Reku.

"Terlebih, Reku Packs juga dilengkapi dengan sistem Rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis," kata dia.

Baca Juga: Bermitra dengan Moengage, Treasury Dorong Peningkatan Konversi Emas Digital

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI