Tahun Ini, Terjadi Lonjakan Jumlah Pembatasan Konten Meta dan TikTok di Malaysia

Uli Febriarni
Senin 18 Desember 2023, 23:15 WIB
menara kembar Petronas, salah satu ikon Malaysia (Sumber: freepik)

menara kembar Petronas, salah satu ikon Malaysia (Sumber: freepik)

Meta dan TikTok dikabarkan baru-baru ini menerbitkan data transparansi mereka, yang menunjukkan adanya pembatasan konten dalam jumlah besar di Malaysia.

Menurut Meta, mereka telah membatasi sekitar 3.100 konten –termasuk postingan dan akun– dari platform mereka di Malaysia, terhitung antara Januari dan Juni 2023.

"Jumlah ini meningkat enam kali lipat secara dramatis dari Juli hingga Desember tahun lalu; yang membatasi 470 item. Juga merupakan angka tertinggi yang pernah tercatat, sejak Meta mulai melaporkan data transparansinya," ungkap berita The Star, seperti diakses pada Senin (18/12/2023).

Selanjutnya, laporan perusahaan teknologi itu mengatakan, antara Juli 2022 dan Juni 2023 mereka telah membatasi akses lebih dari 3.500 item.

Konten tersebut meliputi kritik terhadap pemerintah, unggahan yang diduga melanggar hukum perjudian ilegal, ujaran kebencian, konten yang memecah belah secara rasial atau keagamaan, pelecehan, dan penipuan keuangan.

Otoritas Malaysia menyebut, langkah itu sebagai respons terhadap laporan dari badan regulasi komunikasi Malaysia dan lembaga pemerintah lainnya.

Baca Juga: Setahun Ke Depan, Bakal Banyak Karyawan yang Resign, 3 Hal Ini Penyebabnya

Baca Juga: Netflix Bakal Membuat Ulang Anime One Piece

Sementara itu, laporan TikTok mendapati, perusahaan menerima total 340 permintaan dari pemerintah Malaysia untuk menghapus konten atau akun antara Januari dan Juni. Menurut data, ini adalah jumlah permintaan pembatasan tertinggi yang diterima TikTok dari pemerintah, untuk menghapus atau membatasi konten di wilayah Asia Tenggara.

Menurut laporan Reuters, angka tersebut enam kali lipat dari periode setengah tahun sebelumnya; jumlah tertinggi sejak TikTok mulai melaporkan pembatasan konten di Malaysia pada 2017.

Badan Regulasi Komunikasi Malaysia, dalam sebuah pernyataan mengatakan, upaya mereka untuk meminta penghapusan konten di platform media sosial bertujuan untuk: melindungi pengguna dari 'peningkatan signifikan kerugian online', dan bukan untuk menekan keberagaman pandangan.

Baca Juga: LG Hadirkan Antena Transparan untuk Mobil, Terintegrasi Kaca Mobil dan Sunroof

Menteri Komunikasi Malaysia, Fahmi Fadzil, mengungkap Malaysia mengajukan lebih banyak permintaan untuk membatasi konten di TikTok dibandingkan dengan pemerintah lain di Asia Tenggara.

Hal itu dikarenakan, statistik lembaganya menunjukkan adanya peningkatan 24 kali lipat dalam konten berbahaya di platform media sosial. Jumlahnya naik menjadi 25.642 pada 2023, dari yang sebelumnya 1.019 pada 2022. Konten berbahaya yang dimaksud mereka, termasuk penipuan, penjualan ilegal, perjudian, berita palsu, dan ujaran kebencian.

Untuk ditekankan bersama, ras dan agama adalah isu sensitif di Malaysia; yang memiliki populasi mayoritas etnis Melayu Muslim, namun juga minoritas etnis China dan India yang signifikan. Negara ini juga memiliki undang-undang yang melarang pernyataan penghinaan terhadap monarki.

Pemerintah Malaysia membantah tuduhan menekan dissenting opinion online. Mereka menyatakan, yang mereka inginkan adalah mengekang unggahan provokatif yang menyinggung ras, agama, dan kerajaan.

Baca Juga: OpenAI Menangguhkan Akun ByteDance, Karena Ketahuan Buat Saingan ChatGPT Pakai API OpenAI

Analis politik Malaysia, Azmi Hassan, mengatakan dia tidak terlalu khawatir dengan angka yang ditunjukkan oleh statistik pembatasan. Azmi meyakini, sebagian besar konten yang dihapus adalah ujaran kebencian yang menyentuh isu 3R (race, religion, royalty (ras, agama, royalti)).

"Sangat sulit untuk mengetahui berapa persentase konten yang dihapus karena kritik terhadap pemerintah. Tetapi secara keseluruhan, saya yakin, peningkatan jumlah konten yang dihapus karena permintaan pemerintah pasti merupakan ujaran kebencian dalam konteks kita," kata Azmi.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Lifestyle16 Juli 2025, 20:48 WIB

Pizza Hut x DC Studios Hadirkan Big Box Superman Edisi Terbatas

Ini bersamaan dengan penayangan film Superman karya James Gunn.
Big box edisi Superman hanya di Pizza Hut Indonesia. (Sumber: istimewa)
Techno16 Juli 2025, 19:48 WIB

Marshall x Awake NY Meluncurkan Speaker Bluetooth Acton III Edisi Terbatas

Speaker yang memadukan gaya dan suara secara mulus.
Marshall Acton III x Awake NY. (Sumber: marshall)
Lifestyle16 Juli 2025, 19:09 WIB

Pakar: Anak yang Tumbuh Tanpa Ayah Sudah Menjadi Krisis Sosial di Indonesia

20,9% Anak Indonesia Tumbuh Tanpa Figur Ayah.
Ilustrasi hubungan ayah dan anak. (Sumber: freepik)
Techno16 Juli 2025, 18:30 WIB

JobCity.id Bantu Proses Perekrutan Gen Z dan UMKM dengan AI

JobCity.id adalah platform digital rekrutmen yang memadukan kecanggihan teknologi big data dan AI.
Jobcity. (Sumber: istimewa)
Lifestyle16 Juli 2025, 16:04 WIB

Casio Rilis 2 Jam Tangan Hasil Kolaborasi Bersama Edifice dan Hidden NY

Produk-produk ini tersedia pada Juli 2025.
Casio x Edifice EDK100 Series. (Sumber: Casio)
Techno16 Juli 2025, 15:36 WIB

Sony RX1R III: Kamera Kompak Premium Full-Frame dengan Lensa Tetap

Dilengkapi sensor 61MP dan Auto Fokus Pengenalan Real-time berbasis AI dalam Bodi Seukuran Telapak Tangan.
Sony RX1R III. (Sumber: Sony)
Lifestyle16 Juli 2025, 15:03 WIB

Stanley x Lionel Messi Hadirkan 5 Tumbler Baru, Usung Warna Blue Hour

Koleksi baru yang memadukan desain presisi dengan cerita budaya dan hidrasi superior.
Stanley x Lionel Messi. (Sumber: Stanley)
Techno16 Juli 2025, 14:11 WIB

Bitcoin Longsor Usai Cetak Rekor, Kekhawatiran Inflasi Semakin Nyata?

Banyak investor yang berada pada posisi wait and see menunggu diturunkannya suku bunga untuk mengalokasikan dana ke altcoin.
Ilustrasi Bitcoin.
Techno15 Juli 2025, 20:09 WIB

Jlab Meluncurkan 2 TWS ANC Baru: Go Pods dan JBuds Pods

Dua TWS ini menjanjikan masa pakai baterai yang lama.
Jlab Go Pods ANC. (Sumber: Jlab)
Techno15 Juli 2025, 19:13 WIB

Meta Resmi Membeli Startup Replikator Suara Play AI Asal California

Perusahaan ini memang sedang gencar melakukan pembelian dan perekrutan AI.
Meta (Sumber: Wikimedia)