Techverse.asia - Xendit, salah satu perusahaan infrastruktur pembayaran digital terkemuka di Asia Tenggara, berekspansi ke Amerika Latin sebagai bagian dari strateginya untuk mereplikasi kesuksesan regionalnya di pasar negara berkembang lainnya.
Baca Juga: Koltiva dan Sugata Dukung Transformasi Rantai Pasok Kakao
Langkah ini menandai tonggak penting dalam perjalanan pertumbuhan global Xendit dan menggarisbawahi ambisi perusahaan rintisan (startup) ini untuk membangun solusi pembayaran yang lancar dan terukur bagi bisnis yang beroperasi lintas batas.
Unicorn kelahiran Indonesia ini berencana untuk meluncurkan operasi di Meksiko dan Kolombia pada akhir tahun ini, lalu diikuti oleh Chili, Argentina, dan Brasil pada 2026 yang akan datang, menurut Chief Executive Officer (CEO) Xendit untuk Amerika Latin Raymundo Guerrero.
“Ekosistem pembayaran (di) Amerika Latin saat ini sangat mirip dengan Asia Tenggara satu dekade lalu. Ini menghadirkan peluang yang luar biasa untuk mendorong inklusi dan inovasi dengan menerapkan pelajaran yang telah kami pelajari dalam penskalaan di Asia,” kata Guerrero kami kutip, Senin (17/11/2025).
Baca Juga: Hangry Kumpulkan Pendanaan Seri A dari Alpha JWC Ventures, Ekspansi ke Malaysia?
Didirikan pada 2015 siliam, Xendit telah berkembang menjadi salah satu pemain pembayaran digital paling tepercaya di Asia Tenggara, didukung oleh investor awal termasuk AC Ventures (ACV) Capital.
Saat ini, Xendit memproses lebih dari US$70 miliar transaksi setiap tahunnya dan melayani lebih dari sepuluh ribu klien, termasuk Meta dan Samsung, serta pemimpin regional seperti TikTok dan Shopee di seluruh Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Melalui ekspansinya, Xendit bertujuan untuk menyederhanakan cara perusahaan mengelola pembayaran masuk dan keluar, mulai dari kartu dan dompet elektronik hingga transfer bank dan uang tunai, di berbagai negara melalui satu antarmuka pemrograman aplikasi (API).
Infrastruktur terpadu itu akan memungkinkan perusahaan multinasional maupun regional untuk melakukan ekspansi lebih mudah ke pasar baru, sehingga dapat mengurangi kompleksitas sistem keuangan yang terfragmentasi.
Baca Juga: Torch Dapat Tambahan Modal dari Init-6 Ventures, Ekspansi ke Asia Tenggara?
Masuknya Xendit menambah persaingan baru dalam lanskap pembayaran Amerika Latin yang berkembang pesat, yang saat ini didominasi oleh pemain seperti DLocal dan Ebanx.
Melalui pendekatan terintegrasi perusahaan ini memposisikannya untuk menjembatani kesenjangan antara perusahaan global dan konsumen lokal sekaligus mendukung inklusi keuangan yang lebih luas.
Guerrero menyebutkan bahwa tantangan Amerika Latin saat ini, seperti lanskap regulasi yang terfragmentasi dan kepatuhan anti pencucian uang yang lebih ketat, menciptakan peluang bagi penyedia pembayaran tepercaya yang berbasis teknologi.
"Meskipun bank-bank tradisional semakin berhati-hati dalam bertransaksi antara (Benua) Asia dan Amerika Latin, hal ini (bisa) membuka peluang bagi pelaku non-bank yang inovatif untuk memimpin gelombang pembayaran lintas batas yang patuh," tambahnya.
Baca Juga: 7 Tips Jadi Perusahaan Fintech yang Tangguh
Setelah mengumpulkan lebih dari US$500 juta hingga saat ini, termasuk pendanaan sebesar US$150 juta yang dipimpin oleh Tiger Global Management, Xendit kini dinilai sebagai salah satu unicorn fintech (teknologi finansial) yang terkemuka di kawasan Asia Tenggara.
Startup unicorn tersebut juga berencana untuk meluncurkan operasi di Amerika Serikat (AS) dan Australia pada tahun depan, yang akan semakin memperluas jangkauan globalnya.
Sebagai investor awal, AC Ventrues pun terus mendukung misi Xendit untuk membangun infrastruktur digital yang mendukung inklusi keuangan dan perdagangan lintas batas di pasar negara berkembang.
Baca Juga: AC Ventures Hadirkan Komunitas Penasihat Ahli untuk Bantu Startup Capai Keunggulan Operasional
Dengan memanfaatkan pengalamannya dalam meningkatkan skala keuangan digital di seluruh Asia Tenggara, Xendit berada di posisi yang tepat untuk mempercepat digitalisasi keuangan dan perdagangan lintas batas di Amerika Latin, di mana kedua kawasan tersebut memiliki peluang dan kompleksitas yang serupa dalam pertumbuhan pasar negara berkembang.