Review Weapons: Film Horor Menarik yang Enggak Banyak Jump Scare

Poster film Weapons. (Sumber: istimewa)

Techverse.asia - Kalau kamu termasuk orang yang suka nonton film horor, maka film Weapons karya Zach Cregger bisa jadi opsi yang saat ini sedang tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Weapons mengisahkan hilangnya 17 anak secara tiba-tiba pada pagi buta pukul 02.17.

Mereka adalah murid-murid satu kelas di SD Maybrook dengan Justine Gandy (Julia Garner) sebagai wali muridnya. Pagi harinya, kegiatab belajar mengajar berjalan seperti biasa, tapi hanya kelas Gandy yang enggak ada siswanya, cuma muncul satu murid, Alex Lilly (Cary Christopher).

Para orang tua yang kehilangan anak-anaknya lantas langsung mendatangi SD Maybrook guna meminta kejelasan di mana keberadaan anak-anak mereka. Sekolah pun sempat ditutup selama beberapa hari untuk dilakukan penyelidikan oleh pihak berwajib.

Baca Juga: UMY Hadir di Gim Roblox, Sampaikan Informasi Tentang Kampus

Cara untuk menikmati film ini adalah tanpa menonton trailer ataupun membaca sinopsisnya. Jadi penulis benar-benar datang ke bioskop dengan ketidaktahuan apa pun mengenai Weapons.

Opening film ini dibuka oleh suara narator anak kecil tentang kronologi hilangnya anak-anak itu. Suara tersebut saja sebenarnya sudah terdengar creepy, cara yang tepat untuk mengawali pembukaan film horor. Kemudian, audiens akan disuguhkan scene-scene melalui penuturan para pemainnya alias ensemble.

Di babak awal, Cregger menampilkan alur Justine sebagai wali murid yang sangat terpukul atas raibnya murid-murid dia secara tiba-tiba tanpa ada kejelasan. Sedangkan karakter Archer Graff (Josh Brolin) mewakili orang tua yang marah dan curiga kalau dia adalah dalang di balik peristiwa tersebut.

Selain itu, pemeran pendukung lainnya juga tampil apik dalam menyajikan alur ceritanya menjadi berkesinambungan, seperti Andrew Marcus (Benedict Wong) sebagai kepala sekolah SD Maybrook yang juga atasan Justine, Paul Morgan (Alden Ehrenreich) seorang polisi yang menyelidiki kasus tersebut, serta Anthony (Austin Abrams), pecandu obat-obatan terlarang dan maling.

Baca Juga: Review Fantastic Four: First Steps, Tak Banyak Aksi, Tonjolkan Nilai Keluarga

Weapons yang durasinya 2 jam 8 menit sepenuhnya menampilkan sequences dari para pemain tersebut. Cregger mampu menjahitnya dan bermuara pada kesimpulan ceritanya. Meskipun sang sutradara menuturkan alurnya secara maju mundur namun tidak membuat penonton bingung.

Pasalnya, dalam setiap babak karakter-karakter itu, penonton dibuat penasaran tentang apa yang terjadi selanjutnya atau sebelumnya. Tentu hal ini akan mengajak penonton untuk berpikir. Di sisi lain, Cregger menyelipkan humor agar tak begitu tegang dan bisa lebih dinikmati.

Pengisahan Weapons melalui alur maju mundur bukanlah hal baru, sebab sutradara ternama seperti Quentin Tarantino dalam film-film garapannya. Plot film ini juga menurut penulis disusun dengan sangat rapi, menyisakan sedikit ruang untuk terjadinya plot hole yang dapat membingungkan penonton.

Baca Juga: Review Tebusan Dosa: Antara Supranatural atau Penjelasan Secara Saintifik

Mengenai sinematografinya sendiri, Weapons menampilkan tata cahaya yang apik, mulai dari suasana kota kecil yang suram, toko yang menjual minuman keras, hingga adegan-adegan yang dilakukan di ruang yang remang-remang. Ini didukung oleh sound design yang mencekam.

Hal yang membuat film ini menarik adalah enggak banyak memunculkan jumpscare murahan. Namun penempatannya pada momen-momen yang pas sehingga sukses mengagetkan audiens. Sebelum memasuki fase akhir film, jumpscare tetap ada namun tidak bisa diterka kapan muncul dan dari mana sumber ancamannya.

Yang jadi catatan penulis adalah akhir film ini tampaknya memang sengaja dibuat open ending sehingga para penonton bebas berteori mengenai ending Weapons. Namun, saya sendiri merasa tidak puas dengan akhirannya lantaran tidak menjawab motif utama anak-anak tersebut diculik, mengapa 17 orang dan pukul 02.17.

Weapons cukup menghibur karena memberi sudut pandang yang segar soal film horor yang begitu-begitu saja, khususnya film-film horor lokal yang kerap memasukkan elemen jumpscare ketimbang plot yang rapi atau alur cerita yang apik.

Baca Juga: Kenapa Film Horor Laris Ditonton? Mungkin Ini Alasannya

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI