Marak Penggunaan Platform Digital untuk Belajar, Mendikbudristek: Teknologi Tidak Menggantikan Peran Guru

Mendikbudristek RI, Nadiem Anwar Makarim (Sumber: Kemendikbudristek RIl)

Baca Juga: Selama Libur Nataru, AirAsia Indonesia Sediakan 25.200 Kursi Penerbangan

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbudristek RI), Nadiem Anwar Makarim, meyakini bahwa dalam proses belajar mengajar, teknologi dan platform digital hanya memiliki peran sebagai enabler.

"Teknologi tidak akan menggantikan peran guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah. Teknologi kita manfaatkan di dunia pendidikan, untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia dalam mengakselerasi perubahan ke arah yang lebih baik," ungkapnya, dilansir dari sebuah keterangan resmi, Jumat (8/12/2023).

Nadiem mengatakannya, di tengah pemaparan laporan 'Dampak Kebijakan Merdeka Belajar dan Peran Teknologi dalam Transformasi Ekosistem Pendidikan Indonesia.' Laporan tersebut dirilis bersama dengan Konsultan manajemen global independen, Oliver Wyman.

Baca Juga: All New Honda Accord Mengaspal di Indonesia, Cek Spek dan Harganya

Baca Juga: Bawa Bekal Nasi Saat Mudik? Begini Caranya Supaya Bekalmu Tidak Cepat Basi

Baca Juga: Tahun Ini, Kemenhub Adakan Mudik Gratis Natal dan Tahun Baru

Keyakinan tersebut, kata Nadiem, selanjutnya memicu perubahan dalam proses pengembangan teknologi pemerintah, menghasilkan pendekatan yang lebih berorientasi pada pengguna.

Diketahui, laporan Oliver Wyman disusun lewat analisis berdasarkan survei terhadap 118.000 guru dan kepala sekolah, serta data aktual penggunaan pemanfaatan platform digital yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Riset tersebut menemukan, gerakan Merdeka Belajar telah menghasilkan hasil yang menjanjikan berkat ekosistem digital yang dikembangkan.

3 Tantangan Sistem Pendidikan di Indonesia

Partner dan Asia Pacific Education Practice Lead, Oliver Wyman, Claudia Wang, menjelaskan bahwa analisis Oliver Wyman terhadap transformasi pendidikan di Indonesia menunjukkan tanda-tanda positif peningkatan efisiensi, serta perubahan pola pikir dan perilaku di kalangan pelaku pendidikan. Terutama dalam konteks berubah dari masalah sistem pendidikan Indonesia yang besar, kompleks, dan menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan Indonesia.

Sebenarnya, apa saja tantangan yang dihadapi sistem pendidikan Indonesia?

Pertama, kurikulum 'one-size-fits-all' menyebabkan kurangnya kesadaran di antara kepala sekolah, tentang pentingnya menyesuaikan strategi pembelajaran dengan keadaan sekolah.

Kedua, mentalitas 'zona nyaman', yang menghambat motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Ketiga, akses pelatihan berkualitas yang terbatas. Disebabkan distribusi letak fasilitas pelatihan guru yang belum merata, dan sistem pengelolaan pelatihan yang terdesentralisasi.

Menyikapi berbagai tantangan tersebut, Kemendikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar, yang diikuti dengan mengembangkan ekosistem produk teknologi, seperti Platform Merdeka Mengajar (PMM), Rapor Pendidikan, ARKAS, dan SIPLah.

Selama kurang dari dua tahun, platform-platform tersebut secara terintegrasi telah menjadi bagian dari penunjang operasional dan aktivitas pembelajaran bagi lebih dari 3 juta guru di Indonesia.

Baca Juga: Pixel 8 Pro Kini Ditenagai Gemini Nano, Ada Banyak Pembaruan Seru

Wang mengungkap, ada pergeseran global yang menuju digitalisasi dan membuat pendidikan lebih cerdas.

Perubahan Lewat Adopsi Teknologi

Pada 2019, dari sekitar 3 juta guru di Indonesia, hanya sekitar 620.000 yang mengikuti pelatihan kompetensi guru karena keterbatasan kuota.

Kemudian, pada November 2023, PMM berhasil meningkatkan jumlah peserta pelatihan sebanyak 4,1 juta peserta. Lalu, lebih dari 40% atau 80 ribu guru di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) telah menggunakan aplikasi-aplikasi dari kementerian untuk mengakses materi pembelajaran berkualitas.

"Hal ini menyebabkan pergeseran budaya di kalangan pelaku pendidikan di seluruh negeri, menuju mentalitas pembelajar sepanjang hayat dan fokus untuk memberikan pembelajaran berkualitas bagi murid," kata Wang.

"Pergeseran paradigma juga terjadi di Kemendikbudristek, dalam pengembangan ekosistem produk teknologi yang berorientasi pengguna dan terintegrasi," demikian diterangkan Wang lebih lanjut.

Baca Juga: Toyota Hilux Hybrid Rilis di Eropa, Kenalkan Lima Mode Berkendara untuk Bertualang

PMM juga telah membantu meningkatkan keterampilan belajar mengajar guru-guru di Indonesia, dengan 84% memanfaatkannya untuk aktivitas terkait pembelajaran, seperti Pelatihan Mandiri dan webinar.

Platform Rapor Pendidikan, telah digunakan oleh 95% sekolah di seluruh Indonesia, dan lebih dari 60% telah mulai menggunakan data pendidikan dan hasil penilaian untuk membantu perencanaan kegiatan tahunan sekolah.

Sementara itu, ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) dan integrasinya dengan SIPLah (Sistem Informasi Pengadaan Sekolah), dianggap dalam membantu guru meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaporan anggaran sekolah, manajemen, dan pengadaan.

Sekitar 75% responden dari semua wilayah mengakui kemampuan platform dalam menyederhanakan proses dan menghemat waktu. Selain itu, 45% responden menyatakan, mereka menggunakan waktu tersebut untuk fokus peningkatan kualitas pengajaran, dan meningkatkan proses pengajaran di sekolah mereka.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI