Masih Nyaman Bayar Pakai Uang Tunai Ketimbang QR/QRIS? Bisa Boros

sebuah kafe dengan kode QR dan QRIS di area kasir / uli febriarni

Wabah pandemi Covid-19 membuat transaksi non-tunai digalakkan di semua sektor. Transaksi non tunai yang dimaksud, bukan lagi sekadar menggesek kartu debet, kartu kredit, tetapi memakai kode quick response (QR) dan quick response code Indonesia standard (QRIS).

Baik QR dan QRIS sebetulnya sama-sama menggunakan kode khusus dalam pengaplikasiannya. Bedanya, QRIS bisa digunakan oleh berbagai layanan pembayaran, sementara kode QR 'eksklusif' hanya untuk layanan pembayaran atau dompet virual tertentu.

Pengaplikasian kode QR/QRIS saat ini tak main-main. Dari warung makan, hotel, jasa parkir, sampai tukang bakso gerobak langganan kita, kini menerima pembayaran pakai QR/QRIS. Kebiasaan baru ini semakin banyak diterapkan penjual.

Tentu saja, dengan penggunaan QR/QRIS, proses jual-beli lebih praktis, pedagang terhindar dari kerepotan menghitung kembalian. Kelebihan lainnya lebih mudah memisahkan rekening pribadi dan bisnis, terhindar dari uang palsu, transaksi tercatat otomatis.

Sementara itu, beberapa keuntungan yang bisa dirasakan pelanggan yang membayar pakai QR/QRIS, antara lain:

  • Mudah. Tinggal memindai, klik

  • Tidak perlu gesek kartu, tidak perlu menekan PIN yang rawan diintip pelanggan lain

  • Tidak perlu repot menghitung lembaran atau koin uang

  • Lupa bawa dompet tapi sudah di depan kasir? cukup keluarkan telepon genggam!

Hanya saja harus diakui, sebagai pelanggan, di antara kita pasti ada yang masih lebih nyaman menggunakan uang tunai. Mungkin poin-poin ini yang membuat kita masih lebih nyaman menggunakan uang tunai.

  • Tidak perlu mengeluarkan telepon genggam, membuka aplikasi, menunggu proses transaksi berlangsung. Yakinlah, proses memuat data terkadang menguji kesabaran

  • Keluar uang, bayar, selesai

  • Kita butuh uang nominal kecil sebagai kembalian. Nantinya uang itu digunakan untuk membayar parkir, di kawasan yang menerapkan bayar tunai 

  • Tidak khawatir dengan keamanan dana di rekening

  • Untuk yang suka lihat saldo rekening awet, membayar dengan uang tunai seadanya di dompet adalah kepuasan tersendiri

Tapi, ada risiko yang harus mau kita tanggung juga ketika lebih nyaman dengan pembayaran tunai ini. Apa saja itu?

Lama Menunggu Kembalian

Menggunakan uang tunai, apalagi dalam jumlah besar, berarti saat itu kita harus siap menunggu kasir menghitung kembalian untuk kita. Ada waktu yang terbuang tidak efektif untuk menunggu aktivitas ini.

Apalagi kalau toko yang kita datangi tak punya banyak stok uang nominal kecil. Salah satu solusi, kita menunggunya mencari uang untuk ditukar, ke toko sebelahnya. Masih bisa kalem menunggu?

Harga Lebih Mahal

Sejumlah toko mungkin hanya menyediakan dua jenis pembayaran, non tunai dengan gesek kartu dan memindai QR/QRIS. Menerapkan pembayaran dengan QR/QRIS, berarti kita hanya membayar apa yang kita ingin beli. Sedangkan pembayaran dengan mesin EDC mayoritas membutuhkan jumlah transaksi nominal tertentu. 

Bayangkan, kita yang sedang diet harusnya hanya membayar secangkir kombucha mawar yang harganya Rp25.000 dengan pembayaran metode pindai QR/QRIS. Kemudian, karena pakai kartu, harus terpaksa membeli lagi mix platter yang harganya Rp35.000 supaya pembayaran kita diterima kasir.

Lupa PIN? Bahaya

Siapa yang bisa menjamin kita selalu ingat dengan nomor PIN ATM? Tak menutup kemungkinan di suatu hari, kita lupa kombinasi nomornya saat tepat berada di depan kasir.

Tiga kali salah memasukkan nomor PIN, maka ATM terblokir. Sedangkan uang di dompet jauh dari kata cukup. Apa yang kira-kira akan kita lakukan dalam posisi ini? 

Bagaimana? Apakah saat ini kamu masih nyaman membayar pakai uang tunai?

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI