Kecanduan Medsos Bisa Menyebabkan Depresi, Anxiety dan OCD?

Uli Febriarni
Kamis 07 Maret 2024, 10:55 WIB
menggunakan smartphone (Sumber: freepik)

menggunakan smartphone (Sumber: freepik)

Para peneliti menyelidiki dampak media sosial terhadap kesehatan mental di Indonesia. Dalam penelitian itu, mereka fokus pada penggunaan Facebook, Twitter, dan aplikasi pesan instan oleh 22.423 individu berusia 20 tahun yang tersebar di 297 kabupaten/kota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan medsos memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental, sesuai dengan temuan global sebelumnya.

Menurut Pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Atika Dian Ariana, kecanduan media sosial dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari problematic internet use atau problematika penggunaan internet yang berlebihan.

"Kondisi itu ditandai dengan indikator seperti durasi, intensitas, dan frekuensi penggunaan yang melebihi batas wajar. Faktor-faktor lain termasuk obsesi, pengabaian terhadap hal-hal di luar medsos, dan kehilangan kontrol," kata dia, seperti dilansir pada Rabu (6/3/2024).

Baca Juga: Teman Pendiam Itu Terkadang Wajahnya Tenang, Benaknya Bergelombang Dan Kepalanya Berisikan Badai

Atika mengatakan, penggunaan media sosial dengan waktu sampai melebihi 5 jam sehari dapat dianggap sebagai problematik. Terutama, jika seseorang kehilangan kontrol dan terobsesi untuk terus mengakses platform tersebut.

"Faktor lain yang mencakup kecanduan media sosial adalah pengabaian terhadap aktivitas di dunia nyata, di mana individu lebih memilih untuk terlibat dalam kehidupan maya daripada kehidupan nyata," jelasnya.

Atika mengungkap, ada dampak negatif yang bisa muncul dari penggunaan internet dan media sosial yang berlebihan. Dampak tersebut bukan hanya berpengaruh terhadap kesehatan fisik, melainkan juga mental.

"Faktor-faktor seperti terlalu lama terpapar layar, posisi duduk yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah fisik seperti gangguan tidur dan kelelahan mata," urai Atika.

"Secara mental, penggunaan media sosial berlebihan dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Karena ada ketidakmampuan mengontrol perilaku berulang untuk mengakses medsos dan seterusnya," imbuhnya.

Baca Juga: Jadilah Teman Bicara Buah Hati: Cara Susah-susah Gampang Cegah Anak Jadi Pelaku Bullying

Baca Juga: Kata Riset: 40 Persen Siswa Pernah Menjadi Pelaku Bullying atau Melihat Kejadiannya

Mengutip Alodokter, depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Tanda lain yang bisa membuat seseorang dinyatakan mengalami depresi, antara lain jika sudah dua pekan merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.

Depresi yang dibiarkan terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan, dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas kerja, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.

Sementara itu, laman Cleveland Clinic, mengungkap bahwa gangguan kecemasan (anxiety) ditandai dengan perasaan gugup, panik dan takut, hingga detak jantung yang cepat. Gangguan kecemasan membuat penderitanya sulit menjalani aktivitas sehari-hari.

Kemudian, National Institute of Mental Health mendefinisikan gangguan obsesif-kompulsif atau OCD sebagai kelainan jangka panjang, yang membuat seseorang mengalami pikiran yang tidak terkendali dan berulang (obsesi), melakukan perilaku berulang (kompulsif), atau keduanya.

Baca Juga: Dampak Kurangnya Peran Ayah dalam Mengasuh Anak, Psikolog: Gampang Cemas dan Bisa Depresi

Selanjutnya ia menekankan, terapi psikologis yang umumnya digunakan untuk mengatasi kecanduan, baik itu substance maupun non-substance, lebih berfokus pada modifikasi perilaku. Ini melibatkan psikoedukasi dan pembentukan pola pikir yang lebih sehat.

Baca Juga: Ingin Ikut Program Bayi Tabung? Catat Rumah Sakit Berikut

Baca Juga: Pesan Cinta Yang Singkat, Sebuah Tips Agar Pasanganmu Lekas Sembuh Dari Sakit

Terapi juga mencakup identifikasi alasan di balik penggunaan media sosial sebagai coping, serta memberikan alternatif coping yang lebih sehat. Selain itu, rerapi psikologis yang biasanya digunakan untuk kecanduan, lebih banyak berbasis terapi perilaku.

"Ada beberapa modifikasi perilaku yang biasanya diberikan kepada individu yang kecanduan, termasuk diiringi dengan psikoedukasi. Jadi kami percaya bahwa, perilaku itu sebenarnya adalah produk dari pola pikir," tuturnya.

Ia menambahkan, penting bagi kita untuk memberikan alternatif bagi individu yang cenderung menggunakan media sosial sebagai solusi atas masalah atau stres yang mereka hadapi.

"Strategi coping yang terus-menerus menggunakan medsos dapat memperburuk masalah kesehatan mental mereka," tambahnya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Lifestyle27 Juli 2024, 16:50 WIB

Advanced Hair Care Collection dari Sensatia Botanicals, Tiga Varian Formula untuk Tiga Masalah Rambut

Sensatia Botanicals Advanced Hair Care Collection terdiri dari tiga varian dengan total 12 produk. Setiap varian ditujukan untuk merawat rambut secara spesifik.
Rangkaian produk Sensatia Botanicals Advanced Hair Care Collection (Sumber: Sensatia Botanicals)
Techno27 Juli 2024, 15:51 WIB

ASUS Umumkan Perilisan Hardware Kelas Server dengan Dukungan AMD EPYC 4004

Hardware ASUS kelas server dengan prosesor AMD EPYC™ 4004 menonjolkan performa dan densitas tingkat tinggi.
AMD EPYC™ 4004 (Sumber: Asus)
Techno27 Juli 2024, 14:35 WIB

DeepL Menambahkan Aksara Mandarin Tradisional di Pilihan Bahasa Terjemahan

Dengan kehadiran bahasa Mandarin tradisional ini, jumlah total bahasa yang dimiliki DeepL menjadi 33 bahasa,
(ilustrasi) DeepL menambahkan translasi ke aksara Mandarin tradisional (Sumber: DeepL)
Automotive27 Juli 2024, 13:36 WIB

Delta Electronics Kenalkan Aneka Solusi Pengisian Daya Mobil Listrik Termutakhir

Rangkaian produk dan layanan TEB dapat mempermudah pemasangan dan peningkatan infrastruktur charging station di rumah, gedung, dan ruang publik.
Delta Pamerkan Inovasi Pengisian Daya Mutakhir di GIIAS 2024 (Sumber: Delta)
Automotive27 Juli 2024, 12:35 WIB

Subaru Bawa Produk Edisi Terbatas di GIIAS 2024 & Umumkan Belum Akan Fokus Elektrifikasi

Subaru membawa SUV Subaru ADVENTURE Edition (Crosstrek dan Forester), Subaru BRZ dengan paket STI Performance Parts, dan Subaru WRX M/T dengan EyeSight terbaru.
Subaru BRZ dengan STI Performance Parts (Sumber: Subaru)
Automotive27 Juli 2024, 11:50 WIB

Mejeng di GIIAS 2024, Lebih dari 100 Unit IONIQ 5 N Diborong Konsumen

Angka pembelian mencapai tiga digit itu, berasal dari penjualan melalui website dan tenaga sales Hyundai.
Mejeng di GIIAS 2024, lebih dari 100 unit Hyundai Ioniq 5 N dipesan (Sumber: Hyundai Indonesia)
Automotive26 Juli 2024, 20:36 WIB

Nissan Sakura dan Ariya Mejeng di GIIAS 2024, Begini Spek Mesinnya

Dua mobil listrik ini termasuk kategori BEV.
Nissan Ariya dan Sakura debut di GIIAS 2024. (Sumber: Nissan)
Automotive26 Juli 2024, 19:19 WIB

GIIAS 2024: Isuzu Meluncurkan MU-X dan D-Max Single Cabin 2024

Dua mobil ini mumpuni untuk melintasi berbagai wilayah off-road.
Isuzu mengumumkan MU-X dan D-Max SC di GIIAS 2024. (Sumber: isuzu)
Techno26 Juli 2024, 18:17 WIB

Google Update Play Store dengan Ulasan Aplikasi Bertenaga Kecerdasan Buatan

Pembaruan fitur ini sudah tersedia untuk semua pengguna Android.
Google Play Store kini ditenagai dengan kecerdasan buatan. (Sumber: Google)
Techno26 Juli 2024, 16:48 WIB

Butuh Kolaborasi dan Tindak Lanjut dari Pemerintah untuk Transformasi Digital Indonesia

Indonesia menjadi salah satu destinasi investasi digital yang menggiurkan.
Ilustrasi transformasi digital. (Sumber: freepik)