Gokil! Apple Pekerjaan Peretas untuk Bikin iPhone Tak Bisa Diretas

Uli Febriarni
Selasa 21 November 2023, 14:41 WIB
iPhone 12 (sumber: Apple)

iPhone 12 (sumber: Apple)

Apple mempekerjakan peretas yang berasal kelompok terbaik dari Paris, Prancis untuk membobol sistem keamanan di iPhone. Para peretas (hacker) itu dikumpulkan di suatu tempat, setelah membobol, mereka berupaya keras memperkuat sistem keamanan iPhone.

Para peretas tersebut bukan hanya memperkuat sistem perangkat lunak (software), melainkan juga untuk perangkat keras (hardware) iPhone, agar tidak bisa dibobol. Ini juga yang menjadi alasan Apple mempertimbangkan pengunaan laser dan sensor, untuk membuat perangkat keras mereka benar-benar aman sebelum berada di tangan konsumen.

Langkah Apple ini menjadi cara menemukan solusi atas persoalan yang pernah terjadi tahun lalu, yakni iPhone berhasil diretas oleh spyware Pegasus milik NSO Group, Israel.

"Selain berusaha menjaga keamanan iOS dan sistem operasi lainnya, pengujian juga mengarah pada upaya seperti pengenalan Mode Lockdown dan peringatan terhadap potensi target peretasan," ungkap Apple Insider, dilansir Selasa (21/11/2023).

Baca Juga: Garmin Descent G1 Solar Ocean Edition, Terbuat dari Plastik Daur Ulang

Baca Juga: Indonesia Kekurangan Talenta Digital, Kecerdasan Buatan Jadi Solusi?

Penguatan software dan hardware iPhone dilakukan oleh Apple, karena menurut mereka meskipun software dapat diperbarui dengan perbaikan keamanan, hardware tidak dapat menjalani proses yang sama.

Pengujian yang dilakukan mencoba untuk menentukan: apakah ada kemungkinan hardware tersebut tidak aman dan secara tidak sengaja dapat diretas. Apple ingin menghilangkan kelemahan ini.

Kepala Teknik dan Arsitektur Keamanan Apple, Ivan Krstic, mengatakan bahwa saat ini upaya peretasan terhadap ponsel semakin sering dilakukan. Itu terjadi karena akselerasi teknologi yang semakin cepat dan semakin banyak teknologi yang digunakan.

"Hal ini menciptakan lebih banyak peluang bagi lebih banyak peretas untuk mengembangkan keahliannya, guna memilih ceruk pasar yang ingin mereka serang," kata Krstic.

Krstic juga menyebut, tindak pelanggaran data telah meledak dalam dekade terakhir, dengan jumlah serangan lebih dari tiga kali lipat antara tahun 2013 dan 2021. Dalam jangka waktu yang sama, sejumlah penyerang lain telah melakukan jenis serangan baru, atau jenis serangan yang berbeda - terhadap perangkat, terhadap perangkat Internet of Things, dan terhadap apa pun yang terhubung ke internet.

Krstic meyakini, Apple harus berupaya meningkatkan sistem pertahanan agar selangkah lebih maju daripada pelaku serangan.

Baca Juga: Fitur Pintasan untuk Obrolan dengan AI Bakal Tersedia di WhatsApp

Krstic juga menyoroti sejumlah spyware disalahgunakan untuk merugikan pihak-pihak seperti jurnalis, diplomat, orang-orang yang berjuang untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Menurutnya, itu adalah tindakan yang salah.

"Kami berpendapat, para pengguna tersebut berhak mendapatkan teknologi yang dapat dipercaya, aman, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan aman dan bebas, sama seperti semua pengguna kami yang lain. Ini bukan keputusan bisnis. Ini adalah melakukan apa yang benar," tuturnya.

Apple juga melihat bahwa perusahaan mempunyai kewajiban untuk membela pengguna dari ancaman, baik yang umum atau dalam beberapa kasus, yang sangat serius.

Sebagai pengingat, The Guardian pernah memberitakan iPhone berhasil diretas oleh pemerintah pengguna spyware Pegasus NSO Group pada Desember 2022. Itu terjadi beberapa pekan setelah Apple menggugat perusahaan Israel di pengadilan Amerika Serikat dan menyerukan agar perusahaan itu dilarang 'merugikan individu' menggunakan produk Apple.

Baca Juga: Ini Deretan Bukti Huawei dan Xiaomi Siap Tinggalkan Android dan Google

Baca Juga: Oppo Find N3 Meluncur di Indonesia, Harga Rp30 Juta

Spyware Pegasus bisa menyalin pesan yang dikirim maupun terima, memanen arsip foto dan merekam setiap panggilan masuk dan ke luar dari ponsel yang diretas.

Sebuah laporan yang diterbitkan peneliti keamanan di Front Line Defenders (FLD) dan Citizen Lab di Universitas Toronto menemukan, ponsel milik empat pembela hak asasi manusia, pengacara, dan jurnalis Yordania diretas oleh klien pemerintah NSO, sejak Agustus 2019 hingga Desember 2021.

Dikutip dari CNBC Internasional, Amnesty International menemukan bukti peretasan di iPhone 12 yang menjalankan iOS 14.6. Ditemukan bukti lain bahwa perangkat Android juga ditargetkan oleh perangkat lunak NSO Group, tetapi tidak dapat memeriksa perangkat tersebut dengan cara yang sama seperti iPhone.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno28 April 2024, 13:47 WIB

Sejumlah Pengguna Keluhkan Akun Apple ID Mereka Logout Secara Misterius

Sejumlah Pengguna Keluhkan Akun Apple ID Mereka Logout Secara Misterius
Pengguna Apple sempat mengeluhkan akun mereka keluar secara misterius (Sumber: 9to5Mac)
Tips28 April 2024, 13:15 WIB

Cara Simpel Menerapkan Green Tourism Waktu Jadi Turis

Cara Simpel Menerapkan Green Tourism
Ilustrasi wisatawan. (Sumber: freepik)
Startup28 April 2024, 12:15 WIB

Punya Cadangan Nikel yang Besar, Indonesia Punya Posisi Strategis dalam Industri EV

Punya cadangan nikel yang besar, Indonesia punya posisi strategis di tengah industri kendaraan listrik
Punya cadangan nikel yang besar, Indonesia punya posisi strategis di tengah industri kendaraan listrik (Sumber: AC Ventures)
Startup28 April 2024, 11:47 WIB

MDI Ventures Tingkatkan Penyaluran Pembiayaan Modal Ventura

MDI Tingkatkan Penyaluran Pembiayaan Modal Ventura
MDI Genjot Penyaluran Pembiayaan Modal Ventura (Sumber: MDI Ventures)
Techno28 April 2024, 11:33 WIB

Samsung Solve for Tomorrow Kembali Digelar, Daftarkan Tim Kamu!

Samsung Solve for Tomorrow Kembali Digelar
Samsung Solve for Tomorrow Kembali Digelar (Sumber: Samsung)
Automotive28 April 2024, 09:53 WIB

Penjualan Kendaraan Penumpang Suzuki Naik 60%

Penjualan kendaraan penumpang Suzuki naik 60% kuartal 1 2024
(ilustrasi) Suzuki Jimny 5 pintu resmi meluncur di Indonesia. (Sumber: Suzuki)
Techno27 April 2024, 17:09 WIB

Berantas Judi Online, Butuh Komunikasi dengan Negara yang Melegalkan Perjudian

Berantas Judi Online, Butuh Komunikasi dengan Negara yang Melegalkan Perjudian
ilustrasi judi online (Sumber: freepik)
Startup27 April 2024, 16:54 WIB

Maka Motors: Kisah Startup yang Berasal dari Garasi Kebanjiran

Ramah Lingkungan Bukan Satu-satunya Alasan Konsumen Membeli Motor Listrik
CEO and Founders Maka Motors Raditya Wibowo (kiri). (Sumber: Dok. Maka Motors)
Startup27 April 2024, 15:48 WIB

Starcamp Ganti Nama Jadi Starventure, Kini Fokus Bantu Startup Tahap Awal Temukan Nilai Tambah

Starcamp Ganti Nama Jadi Starventure, Kini Fokus Bantu Startup Tahap Awal Temukan Nilai Tambah
Beberapa perusahaan yang merupakan portofolio Starventure (Sumber: Starventure)
Startup27 April 2024, 15:15 WIB

TransTRACK Gandeng We+, Wujudkan Manajemen Keselamatan Kerja dan Kompensasi Kecelakaan Kerja

TransTRACK Bersama We+ Ajak Terapkan Sistem Manajemen Keselamatan untuk Perjalanan Lebih Aman
TransTRACK bekerja sama dengan We+, untuk Personal Accident yang berupa kompensasi kecelakaan We Care (Sumber: TransTRACK)