Shopee Jadi Pilihan Banyak UMKM Sebagai Tempat Jualan

riset INDEF menyebut bahwa Shopee jadi platform pilihan UMKM untuk berjualan (Sumber: Getty Images)

Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mendapati bahwa, sebanyak 50% usaha mikro kecil menengah (UMKM) memilih Shopee sebagai platform utama yang mereka gunakan untuk berjualan daring dalam satu tahun terakhir.

Garis besar riset tersebut mengungkap, sebanyak 34,25% pelaku UMKM memilih aplikasi digital sebagai sarana berjualan.

Riset yang bertajuk Peran Platform Digital Terhadap Pengembangan UMKM di Indonesia ini menemukan, platform yang digunakan untuk berjualan bukan hanya aplikasi e-commerce, melainkan juga media sosial seperti Facebook Marketplace dan Instagram Marketplace.

"Dijabarkan dari jumlah persentase, selain Shopee, tempat berjualan daring yang paling banyak digunakan oleh pelaku UMKM antara lain Facebook Marketplace menempati 33,46%, Instagram Shop 28,74%, dan TikTok Shop menempati 20,87%," demikian diterangkan penelitian yang dikutip pada Senin (29/1/2024) itu.

Baca Juga: Manfaatkan AI, 1datapipe Menyediakan Analisis Inklusi Keuangan Secara Mendalam

Aplikasi media sosial Facebook dan Instagram, memungkinkan para penggunanya melakukan pemasaran bisnis melalui berbagai fitur yang disediakan, antara lain fitur Feed, Story, maupun Marketplace/Shop.

Riset INDEF tersebut juga menganalisis tempat berjualan daring yang 'paling sering digunakan'.

Berdasarkan hasil riset tersebut, Shopee konsisten menempati posisi pertama sebagai aplikasi yang paling banyak digunakan oleh para pelaku UMKM dengan persentase sebesar 36,22%, diikuti oleh Facebook Marketplace (18,50%) dan Online Food Delivery (16,93%), seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.

Merujuk pada hasil riset INDEF, pelaku UMKM memiliki tiga alasan utama mengapa mereka menerapkan digitalisasi dalam bisnisnya. Tiga alasan utama tersebut meliputi kepraktisan dalam berjualan secara daring (79,13%), eksposur/trafik yang lebih luas (72,83%), dan potensi pertumbuhan bisnis yang lebih cepat (69,69%).

Ekonomi Digital di Indonesia Tumbuh Positif

Menurut riset ini, digitalisasi UMKM mendorong ekonomi digital di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun.

Google, Temasek, dan Bain memproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia akan tumbuh menjadi US$109 miliar (sekitar Rp1,721 triliun) pada 2025.

"Pada 2030, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan menyentuh angka US$210 miliar hingga US$360 miliar (sekitar Rp3,317 triliun sampai Rp5,687 triliun)," lanjut riset tersebut.

Baca Juga: Telkom dan Kemendag Persiapkan Startup Gim Lokal Raih Pasar Global

Baca Juga: Microsoft PHK Ribuan Karyawan di Activision Blizzard

Pertumbuhan ini tak lepas dari tingginya nilai transaksi sektor e-commerce, yang telah menjadi kontributor utama dalam ekosistem ekonomi digital tanah air.

Kehadiran platform e-commerce juga telah membuka banyak peluang bagi pelaku UMKM untuk semakin mengembangkan bisnisnya secara daring.

Peneliti Center of Digital Economy and SMEs INDEF, Izzudin Farras, menjelaskan bahwa terlepas dari pertumbuhan ini, keterampilan digital tetap menjadi tantangan bagi UMKM untuk bisa masuk dalam digitalisasi.

'Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pelaku UMKM untuk menghadapi persaingan bisnis adalah dengan mengikuti program edukasi atau pelatihan UMKM, yang diadakan oleh berbagai platform e-commerce," kata dia.

Baca Juga: Koleksi Levi’s x Gundam SEED: Menangkap Keindahan Galaksi dan Gagahnya Gundam dari Era Kosmik

Tantangan utama yang dihadapi UMKM dalam digitalisasi adalah ketatnya persaingan antar pelaku usaha dalam platform digital (96,46%), dan kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam penggunaan platform digital (83,46%).

Namun, Izzudin juga mengatakan, saat ini sudah semakin banyak pelaku UMKM yang menyadari pentingnya penggunaan platform digital dan dampak positif digitalisasi dalam bisnis mereka.

"Oleh karena itu, para pelaku UMKM diharapkan dapat terus melakukan inovasi dari segi produk, layanan hingga strategi untuk menggaet pelanggan di tengah persaingan bisnis daring yang semakin ketat," demikian dijelaskan Izzudin.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI