Kali Pertama! Pohon Dengan Modifikasi Genetika, Ditanam di Hutan Amerika Serikat

Uli Febriarni
Selasa 21 Februari 2023, 20:59 WIB
menanam pohon (Sumber : freepik)

menanam pohon (Sumber : freepik)

Pada Senin 13 Februari 2023, di dataran rendah sabuk pinus Georgia selatan, setengah lusin pekerja menanam baris demi baris pohon poplar yang mirip ranting.
Namun, ini bukan pohon sembarang pohon: beberapa bibit yang ditanam di tanah basah telah direkayasa secara genetika, untuk menumbuhkan kayu dengan kecepatan turbocharged sambil menyedot karbon dioksida dari udara.

Poplar ini mungkin merupakan pohon hasil rekayasa genetika pertama, yang ditanam di Amerika Serikat, di luar percobaan penelitian atau kebun buah komersial.

Sama seperti pengenalan tomat Flavr Savr pada 1994 -yang memperkenalkan industri baru tanaman pangan hasil rekayasa genetika- para penanam pohon pada Senin itu berharap untuk mengubah hutan.

Dilansir oleh New York Times, Living Carbon, sebuah perusahaan bioteknologi berbasis di San Francisco yang memproduksi poplar, bermaksud agar pohonnya menjadi solusi skala besar untuk perubahan iklim.

Kepada media tersebut, salah satu pendiri dan kepala eksekutif perusahaan Living Carbon, Maddie Hall, mengungkap kalau orang-orang sempat mengatakan kepadanya bahwa proyek poplar tidak mungkin terlaksana. 

Mimpinya untuk menerapkan rekayasa genetika atas nama iklim adalah sia-sia.

Tetapi dia dan rekan-rekannya, juga telah menemukan orang yang memiliki kepercayaan cukup untuk menginvestasikan $36 juta di Living Carbon. 

Tidak hanya itu, perusahaan tetap menarik kritik. Salah satunya The Global Justice Ecology Project. Kelompok lingkungan ini telah menyebut pohon-pohon poplar living Carbon menjadi ancaman yang berkembang terhadap hutan.

The Global Justice juga menyatakan kekhawatiran bahwa pemerintah federal mengizinkan mereka untuk menghindari peraturan. Termasuk juga membuka pintu untuk penanaman komersial jauh lebih cepat daripada biasanya, untuk tanaman rekayasa.

Living Carbon belum menerbitkan makalah peer-review; satu-satunya hasil yang dilaporkan secara publik, berasal dari uji coba rumah kaca yang berlangsung hanya beberapa bulan.

Data-data ini membuat beberapa ahli tertarik, tetapi tidak memberikan dukungan penuh.

Ahli genetika Universitas Illinois, Donald Ort, mengatakan kalau apa yang dilakukan Living Carbon memiliki beberapa hasil yang menggembirakan. Eksperimen tanamannya membantu menginspirasi teknologi Living Carbon.

Namun dia menambahkan gagasannya, bahwa hasil rumah kaca yang akan diterjemahkan menjadi kesuksesan di dunia nyata itu 'tidak sesederhana slam dunk'.

Sedikit wawasan, poplar Living Carbon memulai hidup mereka di laboratorium di Hayward, California.

Di sana, ahli biologi mengutak-atik bagaimana pepohonan melakukan fotosintesis; yakni rangkaian reaksi kimia yang digunakan tumbuhan, untuk menenun sinar matahari, air, dan karbon dioksida menjadi gula dan pati.

Dalam beberapa kali babak sejarah panjang bumi, peningkatan fotosintesis telah memungkinkan tumbuhan menelan cukup karbon dioksida. Itu digunakan untuk mendinginkan planet secara substansial.

Sementara itu fotosintesis memiliki dampak besar di bumi, sebagai proses kimia jauh dari sempurna.

Banyak inefisiensi mencegah tanaman menangkap dan menyimpan lebih dari sebagian kecil energi matahari yang jatuh ke daunnya. Ketidakefisienan tersebut, antara lain, membatasi seberapa cepat pohon dan tumbuhan lain tumbuh, dan seberapa banyak karbon dioksida yang diserapnya.

Para ilmuwan telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mencoba mengambil alih evolusi yang tertinggal. Pada 2019 misalnya, Dr. Ort dan rekan-rekannya mengumumkan hasil riset mereka dalam jurnal yang mereka unggah di science.org.

"Mereka telah meretas tanaman tembakau secara genetik untuk berfotosintesis dengan lebih efisien. Biasanya, fotosintesis menghasilkan produk sampingan beracun yang harus dibuang tanaman, membuang-buang energi," tulis penelitian tersebut.

Para peneliti Illinois menambahkan gen dari labu dan ganggang hijau, untuk mendorong bibit tembakau mendaur ulang racun, menjadi lebih banyak gula. Setelahnya, bibit yang telah dimodifikasi genetika itu menghasilkan tanaman yang tumbuh hampir 40 persen lebih besar.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno03 Mei 2024, 21:19 WIB

Meski Toko Online Menjamur, Orang Indonesia Masih Lebih Suka Belanja Offline

Perasaan bahwa 'melihat langsung produk sebelum membelinya' adalah suatu keharusan.
Konsumen di Indonesia masih belum bisa berhenti belanja offline (Sumber: freepik)
Techno03 Mei 2024, 20:11 WIB

Pemblokiran Gim Online Masih Membutuhkan Kajian Mendalam

Keputusan pemerintah untuk memblokir sebuah gim online perlu mempertimbangkan ekosistem yang terdampak.
Orang tua diminta pantau rating gim anak (Sumber: freepik)
Automotive03 Mei 2024, 19:27 WIB

Hyundai Nexo yang Jadi Kendaraan PLN, Dipamerkan di PEVS 2024

Hyundai Nexo bisa menempuh jarak tempuh maksimal hingga 611 Km dengan emisi hanya berupa air.
Mobil hidrogen PLN sedang berada di Hydrogen Refueling Station (HRS) (Sumber: Kementerian ESDM)
Automotive03 Mei 2024, 18:18 WIB

KYMCO Hadirkan Motor Listrik dengan Baterai Swap, Didukung 40 Titik Stasiun Swap

Agility EV memiliki motor penggerak berdaya maksimal 2.0 KW atau setara 2,6 tenaga kuda, dan kapasitas baterai mampu berakselerasi hingga 50 Km/jam.
KYMCO iONEX (Sumber: KYMCO)
Techno03 Mei 2024, 17:31 WIB

Spotify Diam-diam Menyumbikan Fitur Lirik ke Langganan Berbayar

Untuk saat ini pengguna Spotify di Indonesia masih bisa melihat lirik lagu yang diputar di aplikasi.
Spotify.
Techno03 Mei 2024, 17:29 WIB

Dukung Transformasi Digital dan Kesetaraan Gender, Perempuan Didorong Melek Teknologi AI

Pemerintah menilai perempuan memiliki keunggulan dalam hal kemampuan mengembangan kecerdasan buatan, yaitu adanya perspektif keberagaman
(ilustrasi) Perempuan sedang mempelajari teknologi (Sumber: freepik (dibuat dengan AI))
Techno03 Mei 2024, 17:09 WIB

Mark Zuckerberg Sebut Meta Butuh Waktu Lama untuk Menghasilkan Duit dari AI Generatif

Dia berpesan jangan berharap kalau AI generatif akan menghasilkan keuntungan dalam waktu dekat.
CEO Meta Mark Zuckerberg. (Sumber: Istimewa)
Techno03 Mei 2024, 16:56 WIB

Resmi Rujuk, TikTok dan Universal Music Group Mengakhiri Perseteruan Mereka

Kesepakatan ini meningkatkan perlindungan bagi artis terhadap munculnya AI generatif.
TikTok.
Automotive03 Mei 2024, 16:18 WIB

AIMA Meluncur Ke Indonesia, Bangun Pabrik dan Optimistis Taklukan Pasar

AIMA meluncur ke Indonesia, perusahaan akan membangun sistem pelayanan purna jual lengkap.
AIMA Electric Vehicles (Sumber: AIMA)
Techno03 Mei 2024, 15:39 WIB

Oppo Menjadikan BSS (SEVENTEEN) sebagai Reno Expert

BSS (SEVENTEEN) ditunjuk menjadi wajah baru untuk Oppo Reno11 F 5G terbaru.
Oppo menunjuk boyband BSS (SEVENTEEN) untuk menjadi anggota Reno Expert. (Sumber: Oppo)