Gemoy! Tikus Juga Menggerakkan Kepala Waktu Mendengar Musik, Eksperimen Ini Membuktikannya

Uli Febriarni
Jumat 18 November 2022, 00:00 WIB
tikus yang diamati saat diperdengarkan lagu Born This Way-Lady Gaga / Study Finds

tikus yang diamati saat diperdengarkan lagu Born This Way-Lady Gaga / Study Finds

Para peneliti di Universitas Tokyo telah menemukan bahwa, tikus juga dapat menggerakkan kepala mengikuti irama musik, menyanggah teori bahwa manusia adalah satu-satunya spesies yang dapat berdansa semalaman.

Studi mereka menemukan bahwa 'tempo optimal' untuk mengangguk mengikuti musik, bergantung pada konstanta waktu di otak-kecepatan otak kita merespons rangsangan. Tempo ini sebenarnya serupa di antara semua spesies di bumi.

Temuan baru mengungkapkan bahwa, kemampuan sistem pendengaran dan motorik untuk berinteraksi dan bergerak mengikuti musik lebih umum di antara berbagai jenis hewan daripada yang diperkirakan para ilmuwan. Tim Jepang menambahkan, penelitian mereka memberikan lebih banyak wawasan tentang pikiran hewan.

Study Finds merilis, peneliti mengatakan seberapa baik orang mengatur timing waktu untuk memahami musik sebagian tergantung pada kemampuan genetik bawaan mereka. Ini adalah keterampilan yang sebelumnya diyakini sebagai keterampilan unik pada diri manusia, oleh para ilmuwan.

Meskipun hewan juga bereaksi terhadap kebisingan pendengaran dan bahkan dapat membuat suara berirama, itu tidak sama dengan mengenali ketukan lagu dan memprediksi gerakan selanjutnya. Keahlian ini disebut beat sinkronisitas.

Kepala Tikus Dalam Laboratorium, Mengangguk Dan Bergerak Ikuti Irama Born This Way-Lady Gaga!

Dan mengejutkan, studi baru tersebut memeriksa sebuah pengamatan dan video rumahan yang merekam tentang hewan yang tampaknya bergerak ke mengikuti alur musik!

Eksperimen di laboratorium Universitas Tokyo, mendapati kalau tikus adalah salah satu spesies berbakat tersebut.

Associate Professor Hirokazu Takahashi dari Sekolah Pascasarjana Ilmu dan Teknologi Informasi mengatakan, tikus yang ditampilkan tak menerima pelatihan atau paparan musik sebelumnya. Terlihat, sinkronisasi dengan alur ketukan musik paling jelas dalam 120-140 bpm (detak per menit). Yang mana, dalam tempo itu, manusia juga menunjukkan sebuah sinkronisasi ketukan paling jelas.

"Koteks pendengaran dalam wilayah otak kita yang memproses suara, juga disetel ke 120-140 bpm, yang dapat kami jelaskan menggunakan model matematika yang diadaptasi otak kami," ujarnya, dikutip Techverse.Asia dari Study Finds, Kamis (17/11/2022).

Takahashi ini merupakan seorang spesialis elektrofisiologi, yang berkaitan dengan aktivitas listrik di otak, dan telah mempelajari konteks pendengaran tikus selama bertahun-tahun.

"Musik memberikan daya tarik yang kuat ke otak dan memiliki efek mendalam pada emosi dan kognisi. Untuk memanfaatkan musik secara efektif, kita perlu mengungkap mekanisme saraf yang mendasari fakta empiris ini," tambah Takahashi.

Ini Semua Tentang Jam Dalam Otak Kita

Tim memasuki eksperimen mereka dengan dua teori. Yang pertama adalah, konstanta waktu tubuh menentukan tempo musik yang optimal untuk sinkronisitas ketukan. Konstanta ini berbeda tergantung pada spesies dan jauh lebih cepat pada hewan yang lebih kecil.

Teori kedua adalah, konstanta waktu otak menentukan tempo optimal. Konstanta ini sebenarnya jauh lebih mirip di semua spesies.

"Setelah melakukan penelitian kami dengan 20 partisipan manusia dan 10 tikus, hasil kami menunjukkan bahwa tempo optimal untuk sinkronisasi ketukan bergantung pada konstanta waktu di otak. Ini menunjukkan bahwa otak hewan dapat berguna dalam menjelaskan mekanisme perseptual musik," jelas Takahashi. 

Tikus Dan Manusia Punya Goyangan Yang Sama?

Selama penelitian itu, para peneliti memasang akselerometer miniatur nirkabel pada tikus, yang mengukur gerakan kepala sekecil apapun. Sementara itu, partisipan manusia memakai akselerometer yang terpasang di headphone.

Penulis studi kemudian memainkan kutipan satu menit dari Mozart's Sonata for Two Pianos in D Major, K.448, dengan empat tempo berbeda untuk manusia dan hewan.
Tempo termasuk 75, 100, 200, dan 400 persen dari kecepatan asli musik. Biasanya, tempo sonata Mozart adalah 132 bpm.

Hasilnya mengungkapkan, sinkronisitas ketukan tikus paling jelas dalam kisaran 120 hingga 140 bpm. Tim juga mengamati bahwa tikus dan manusia menggerakkan kepala mereka mengikuti irama dengan ritme yang sama. Selain itu, tingkat head bopping semakin menurun seiring dengan meningkatnya tempo.

“Sejauh pengetahuan kami, ini adalah laporan pertama tentang sinkronisasi ketukan bawaan pada hewan yang tidak dicapai melalui pelatihan atau pemaparan musik,” kata Takahashi.

Peneliti juga berhipotesis, adaptasi jangka pendek di otak terlibat dalam penyetelan ketukan di korteks pendengaran. Mereka dapat menjelaskan hal ini dengan menyesuaikan data aktivitas saraf ke model matematika adaptasi.

Selain itu, model adaptasi menunjukkan bahwa sebagai respons terhadap urutan klik acak, kinerja prediksi ketukan tertinggi, terjadi ketika interval interstimulus rata-rata (waktu antara akhir satu stimulus dan awal stimulus lainnya) sekitar 200 milidetik (seperseribu detik). Ini cocok dengan statistik interval internote dalam musik klasik, menunjukkan bahwa properti adaptasi di otak mendasari persepsi dan penciptaan musik.

Hewan Pengerat Disetelkan Musik, Ada Peningkatan Statistik Kimia Syaraf

Penelitian serupa dengan yang dilakukan Takahashi pernah juga dipublikasikan di laman Frontiers, tepatnya di area penelitian individual dan perilaku sosial, berjudul Musik Mempengaruhi Hewan Pengerat: Tinjauan Sistematis Penelitian Eksperimental, atau judul versi aslinya adalah Music Affects Rodents: A Systematic Review of Experimental Research. Diteliti oleh empat akademisi dan praktisi dua universitas di Belanda.

Hasil penelitian yang selesai untuk terpublikasi Desember 2018 itu menyebutkan,
intervensi musik tampaknya meningkatkan struktur otak dan kimia saraf, perilaku, imunologi, dan fisiologi pada hewan pengerat.

Temuan peneliti, bahwa hewan pengerat yang terpapar musik menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam kimia saraf. Misalnya tingkat BDNF yang lebih tinggi, serta kecenderungan yang meningkat untuk neurogenesis dan neuroplastisitas.

Selain itu, paparan musik dikaitkan dengan pembelajaran spasial dan pendengaran yang meningkat secara signifikan secara statistik, mengurangi perilaku terkait kecemasan, dan meningkatkan respons imun si pengerat.

Berbagai perubahan signifikan secara statistik juga terjadi pada parameter fisiologis seperti tekanan darah dan aktivitas saraf (para)simpatis, setelah intervensi musik.

Mirip-mirip dengan penelitian di Universitas Tokyo, sebagian besar penelitian menyelidiki intervensi musik klasik, tetapi jenis musik lain juga memberikan efek positif pada hasil. 

Jangan-jangan ketika kamu sedang mendengarkan Taylor Swift, tikus-tikus di rumahmu ikut mengangguk-angguk. Berani cek?

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno19 April 2024, 16:27 WIB

Apple akan Ekspansi Apple Developer Academy ke-4 di Bali

Apple Developer Academy berekspansi ke Bali, Indonesia.
Ilustrasi Apple Developer Academy yang ada di Indonesia. (Sumber: Apple)
Lifestyle19 April 2024, 16:17 WIB

Akibat Pencemaran Nama Baik, NewJeans Tuntut Google untuk Ungkap Identitas Seorang Youtuber

Grup ini hanyalah band K-pop terbaru yang menerapkan UU pencemaran nama baik di Korea Selatan yang terkenal keras untuk menyerang pengguna internet.
NewJeans. (Sumber: Gary Miller/FilmMagic)
Techno19 April 2024, 15:55 WIB

Meta Menambahkan Chatbot Kecerdasan Buatannya yang Didukung Llama 3, Tersedia di 4 Aplikasinya

Chatbot tersebut ada di bilah pencarian pada semua aplikasinya.
Meta AI Search yang tersedia di Instagram. (Sumber: Meta)
Automotive19 April 2024, 15:32 WIB

VinFast VF e34 Resmi Mengaspal di Indonesia, Berapa Harganya?

Debut di Indonesia dengan VF e34, SUV elektrik segmen C yang dikonfigurasi untuk pasar kemudi kanan.
Mobil listrik VinFast model VF e34. (Sumber: VinFast)
Techno19 April 2024, 15:15 WIB

Indosat dan Mastercard Umumkan Kemitraan Cybersecurity Center of Excellence

CoE ini berfokus kepada tiga pilar, yaitu edukasi, inovasi, dan kolaborasi industri.
Menkominfo Budi Arie Setiadi (kedua dari kanan) menyaksikan kerja sama antara Indosat dan Mastercard. (Sumber: istimewa)
Automotive19 April 2024, 14:46 WIB

Fitur-fitur Hyundai N Brand yang Ada di IONIQ 5 N

IONIQ 5 N dirancang tidak hanya mengedepankan aspek keberlanjutan, tapi juga memberikan performa tinggi.
Hyundai IONIQ 5 N.
Techno19 April 2024, 14:18 WIB

Microsoft Investasi Puluhan Triliun kepada G42, Kebut Pengembangan AI

Microsoft dan G42 akan bekerja sama dan meningkatkan kerangka keamanan dan kepatuhan infrastruktur internasional bersama.
Logo Microsoft (Sumber: Dok. Microsoft)
Automotive19 April 2024, 13:47 WIB

Mobil Listrik Honda Ye Series Bakal Dipasarkan di China, Ada 3 Varian

Honda memperkenalkan jajaran kendaraan elektrik terbarunya, Ye Series di China.
Honda mengumumkan jajaran mobil listriknya Ye Series di China di Auto China 2024. (Sumber: Honda)
Techno18 April 2024, 18:12 WIB

Grok 1.5V di xAI Bisa Memproses Dokumen hingga Gambar

Grok-1.5V adalah model AI multimodal generasi pertama perusahaan.
xAI Grok 1.5. (Sumber: xAI)
Automotive18 April 2024, 18:04 WIB

Wuling Tambah 6 Lokasi DC Charging, Gratis Sampai Akhir Mei 2024

Pengembangan ekosistem mobil listrik di Indonesia merupakan komitmen Wuling untuk semakin memudahkan pemilik kendaraan listrik Wuling dalam mengisi daya saat melakukan perjalanan.
Salah satu tempat mengisi daya mobil listrik DC Wuling di Pulau Jawa. (Sumber: Wuling)